• logo nu online jatim
Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network
Jumat, 19 April 2024

Opini

Potret Ketangguhan Perempuan Muslim

Potret Ketangguhan Perempuan Muslim
Dengan kelebihan yang dimiliki, perempuan layak berada di depan. (Foto: NOJ/RMm)
Dengan kelebihan yang dimiliki, perempuan layak berada di depan. (Foto: NOJ/RMm)

Menurut riwayat (H Munawar Chalil, Tarikh Nabi Muhammad SAW, 1960: 360), dikisahkan saat para istri pemuka musyrikin Quraisy ikut dalam barisan perang, yaitu di antaranya Hindun, istri Abu Sufyan. Hindun bertugas untuk memimpin para istri musyrikin Quraisy untuk mengumandangkan syiir-syiir sebagai pengobar semangat bagi pasukan musyrikin Quraisy.

 

Seperti dalam perang Uhud, mereka berbaris mulai dari depan, tengah dan belakang pasukan musyrikin Quraisy. Yang dilakukan memukul rebana dan tambur seraya mengucapkan syiir-syiir yang mengandung arti pengobar semangat dan penggairahan hati para pasukan musyrikin Quraisy yang sedang bertempur melawan pasukan muslimin.

 

Di antara syair yang diucapkan Hindun adalah:

 

وَيْهًا بَنِى عَبْدِ الدَّارِ اوَيْهًا حٌمَاةُ الْاَدْبَارِا ضَرْبًا بِكُلِّ بَتَّارٍ.

 

Artinya: Beranilah, wahai keturunan Abud-Dar. Beranilah, wahai pembela barisan belakang. Pukullah mereka dengan pedang yang tajam.

 

Apabila Hindun sudah mengumandangkan syair seperti itu, maka disambut oleh para perempuan yang berbaris di belakangnya dengan serentak:

 

نَحْنُ بَنَاتُ طَارِقْ. نَمْشِيْ عَلَى النَّمَارِقْ. مَشَى الْقَطَا النَّوَازِقْ. وَالْمِسْكُ فِى الْمَفَا رِقْ.وَالدُّرُّفِى الْمَخَانِقْ. اِنْ تُقْبِلُوْا نُعَا نِقْ. وَنَفْرُشُ النَّمَا رِقْ.اَوْتُدْ بِرُوْانُفَارِقْ. فِرَاقَ غَيْرِ وَامِقْ.

 

Artinya: Kami anak perempuan bintang pagi. Kami berjalan di atas bantal-bantal sutra. Berjalan dengan pijakan yang halus. Minyak kasturi dalam belahan rambut dan permata intan dalam kalung-kalung. Jika kamu menghadap, kami merangkul. Kami membentangkan bantal-bantal sutra. Jika kamu mundur ke belakang, kami akan menceraikan. Perceraian yang tidak ada penyesalan.

 

Demikian bunyi nyanyian mereka yang didengungkan dengan gembira untuk mengobarkan pasukan musyrikin Quraisy yang sedang bertempur.

 

Menurut riwayat, Nabi SAW ketika mendengar syiir mereka dengan tenang berdoa:

 

اَللّهُمَّ بِكَ اَحُوْلُ وَبِكَ اَصُوْلُ وَفِيْكَ أَقَاتِلُ. حَسْبِيَ اللهُ وَنِعْمَ الْوَكِيْلُ.

 

Artinya: Ya Allah, dengan-Mu aku menangkis musuh dan dengan-Mu aku menyerang musuh dan dengan-Mu pula aku berperang memerangi musuh. Cukuplah Allah bagiku dan Dia tempat sebaik-baik berpasrah diri.

 

Sedangkan kaum Musyrikin bersyair dengan kata-kata:

 

يَا عُزَّ!يَاهُبَلْ!

 

Artinya: Wahai ‘Uzza, wahai Hubal. (Nama dari kedua berhala terbesar bagi musyrikin Arab).

 

Dan syair perang kemudian terus bergema saat perang Uhud berlangsung, namun semangat jihad kaum muslimin sangat mendominasi peperangan tersebut.

 

Begitulah satu kisah di antara begitu banyak kisah tentang ketangguhan perempuan muslim pada masa Rasulullah SAW. Ketangguhan tersebut bahkan terlihat lebih besar dibandingkan tentara Quraisy yang dihadapi mereka. Sedangkan tentara didominasi kaum pria. Potret ketangguhan tersebut tentu dapat menjadi suri teladan yang baik, terlebih bagi perempuan muslimah masa kini. Ketangguhan dan segenap proses resiliensi atas semua polemik hidup, adalah hal penting untuk dimiliki.

 

Dengan begitu, kaum perempuan hendaknya merenungkan identitas ketangguhan yang menjadikannya sosok istimewa. Sehingga perempyuan hendaknya jangan bertanya tentang kapan akan meletakkan pilihan pada kepasrahan akibat lelahnya diterpa perlawanan. Melainkan bertanyalah, dapatkah menjaga kekuatan, ketegaran, dan keberanian. Bagaimana kala beradu dengan perlawanan penyerangan dari mereka yang melihat lemah atas kekuatan fisik?

 

Ketahuilah perempuan, bahwa kekuatan fisik tidak akan memiliki arti besar tatkala berhadapan dengan ketangguhan diri. Ketangguhan diri tidak perlu diukur secara fisik, melainkan bagaimana menggabungkan antara keberanian, kepekaan, dan kecerdasan. Tatkala kaum perempuan memiliki keberanian, maka sejatinya itu sangatlah sejati karena tidak mengandalkan fisik belaka. Dan kepekaan yang dimiliki perempuan merupakan identitas keistimewaan. Maka saat kecerdasan harus diandalkan, jangan hilangkan kepekaan.


Editor:

Opini Terbaru