• logo nu online jatim
Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network
Rabu, 17 April 2024

Keislaman

Pandangan Ulama soal Hukum Membaca al-Qur’an di Kuburan

Pandangan Ulama soal Hukum Membaca al-Qur’an di Kuburan
Sejumlah imam madzhab memberikan pandangan terkait ngaji al-Qur'an di kuburan. (Foto: NOJ/MMt)
Sejumlah imam madzhab memberikan pandangan terkait ngaji al-Qur'an di kuburan. (Foto: NOJ/MMt)

Banyak cara yang bisa dilakukan dalam mengisi kegiatan harian agar bernilai ibadah. Yang dapat dipilih juga beragam dari ibadah yang bersifat personal, maupun sosial.

 

Qira’atul qur’an atau pembacaan al-Qur’an merupakan aktivitas yang mulia, bahkan bernilai sebagai ibadah utama. Tidak sedikit kaum muslimin yang melakukan ibadah ini saat Kamis petang dan hari Jumat.

 

Terkait qira’atul qur’an atau pembacaan al-Qur’an di kuburan, ulama berbeda pendapat. Mayoritas ulama berpendapat, hukum pembacaan al-Qur’an di kuburan tidak dimakruhkan. Mereka bahkan menganjurkan aktivitas ini.

 

Tetapi sebagian berpendapat, hukum pembacaan al-Qur’an di kuburan adalah makruh.

 

 وسئل القاضي أبو الطيب عن قراءة القرآن في المقابر فقال الثواب للقارىء ويكون الميت كالحاضر ترجى له الرحمة والبركة فيستحب قراءة القرآن في المقابر لهذا المعنى وأيضا فالدعاء عقيب القراءة أقرب إلى الاجابة والدعاء ينفع الميت

 

Artinya: Ketika ditanya perihal membaca al-Qur’an di kuburan, Qadhi Abut Thayyib menjawab: Pahala membaca itu kembali kepada orang yang membaca. Sedangkan mayit seperti orang hidup yang diharapkan rahmat dan keberkahan Allah untuknya. Pembacaan al-Qur’an dianjurkan dalam rangka ini. Sedangkan doa setelah pembacaan al-Qur’an lebih dekat pada ijabah. Doa orang hidup itu akan bermanfaat bagi si mayit. (Imam An-Nawawi, Raudhatut Thalibin, [Riyadh, Daru Alamil Kutub: tanpa catatan tahun], juz I, halaman 657).

 

Artikel diambil dariHukum Membaca Al-Qur’an di Kuburan

 

ذَهَبَ جُمْهُورُ الْحَنَفِيَّةِ وَالشَّافِعِيَّةِ وَالْحَنَابِلَةِ إِلَى أَنَّهُ لاَ تُكْرَهُ قِرَاءَةُ الْقُرْآنِ فِي الْمَقَابِرِ بَل تُسْتَحَبُّ

 

Artinya: Mayoritas ulama mazhab Hanafiyah, Syafi’iyah, dan Hanabilah berpendapat bahwa, qira’atul qur’an atau pembacaan al-Qur’an di kuburan tidak dimakruh, tetapi justru dianjurkan. (Lihat Mausu’atul Fiqhiyyah al-Kuwaitiyyah, [Kuwait, Wazaratul Awqaf was Syu’unul Islamiyyah, cetakan pertama: 2002 M/1423 H], juz 39, halaman 347).

 

Sebagian ulama Hanafiyah berpendapat bahwa qira’atul qur’an atau pembacaan al-Qur’an di kuburan dengan khatam sekalipun tidak dimakruh sejauh dibaca perlahan atau sir. Kemakruhan itu muncul karena al-Qur’an dibaca jahar atau keras. (Mausu’atul Fiqhiyyah al-Kuwaitiyyah, 2002 M/1423 H: 39/347-348).

 

 

Adapun mayoritas ulama mazhab Maliki berpendapat bahwa hukum qira’atul qur’an atau pembacaan al-Qur’an di kuburan adalah makruh secara mutlak, baik dibaca sir maupun jahar. (Mausu’atul Fiqhiyyah al-Kuwaitiyyah, 2002 M/1423 H: 39/348).

 

Dari pelbagai keterangan ini, dapat ditarik simpulan bahwa ulama berbeda pendapat perihal masalah ini. Sebagian besar menganjurkan pembacaan al-Qur’an di kuburan sebagai dorongan doa. Tetapi tidak ada satupun ulama yang mengharamkan pembacaan al-Qur’an di kuburan.​​


Editor:

Keislaman Terbaru