Keislaman

Latar Belakang dan Alasan di Balik Penamaan Bulan Safar

Kamis, 31 Juli 2025 | 18:00 WIB

Latar Belakang dan Alasan di Balik Penamaan Bulan Safar

Ilustrasi bulan Safar. (Foto: NOJ/ Istimewa)

Saat ini kalender hijriah sudah memasuki bulan Safar. Bulan ini memiliki beragam keistimewaan dan sejumlah peristiwa penting terjadi di dalamnya. Namun, sedikit orang yang mengetahui alasan ataupun latar belakang di balik penamaan Safar pada bulan kedua dalam hitungan hijriah ini.

 

Safar dalam bahasa Arab memiliki arti kosong atau sepi. Imam Ibnu Katsir menjelaskan, penamaan itu tidak lepas dari kekosongan atau kesepian perkampungan Arab di bulan tersebut. Sebagaimana penjelasan berikut:

 

 صَفَرْ: سُمِيَ بِذَلِكَ لِخُلُوِّ بُيُوْتِهِمْ مِنْهُمْ، حِيْنَ يَخْرُجُوْنَ لِلْقِتَالِ وَالْأَسْفَارِ

 

Artinya: “Safar dinamakan dengan nama tersebut, karena sepinya rumah-rumah mereka dari mereka, ketika mereka keluar untuk perang dan bepergian.” (Ibnu Katsir, Tafsirul Qur’anil Azhim, [Riyadh, Dar Thayyibah lin Nasyri wa Tauzi’: 1999 M/ 1420 H], juz IV, halaman 146).

 

Senada dengan pendapat di atas, Ibnu Manzur juga berpendapat bahwa ada beberapa alasan mendasar yang melatarbelakangi penamaan bulan Safar.

 

وَ صَفَرٌ: الشَّهْرُ الَّذِي بَعْدَ الْمُحَرَّمِ، وَقَالَ بَعْضُهُمْ: إِنَّمَا سُمِّيَ صَفَرًا لِأَنَّهُمْ كَانُوا يَمْتَارُونَ الطَّعَامَ فِيهِ مِنَ الْمَوَاضِعِ؛ وَقَالَ بَعْضُهُمْ: سُمِّيَ بِذَلِكَ لِـ إِصْفَارِ مَكَّةَ مِنْ أَهْلِهَا إِذَا سَافَرُوا؛

وَرُوِيَ عَنْ رُؤْبَةَ أَنَّهُ قَالَ: سَمَّوْا الشَّهْرَ صَفَرًا لِأَنَّهُمْ كَانُوا يَغْزُونَ فِيهِ الْقَبَائِلَ،

فَيَتْرُكُونَ مَنْ لَقُوا صُفْرًا مِنَ الْمَتَاعِ، وَذَلِكَ أَنَّ صَفَرًا بَعْدَ الْمُحَرَّمِ، فَقَالُوا: صَفِرَ النَّاسُ مِنَّا صَفْرًا

 

Artinya: “Safar adalah bulan setelah Muharram. Sebagian ulama mengatakan, "Bulan itu dinamakan Safar karena pada bulan itu mereka biasa membeli atau mengumpulkan makanan dari berbagai tempat". Sebagian lainnya berkata: "Dinamakan demikian karena Makkah menjadi kosong dari penduduknya ketika mereka bepergian".

 

Diriwayatkan dari Ru’bah bahwa ia berkata: Mereka menamai bulan itu Saafar karena pada bulan itu mereka biasa menyerang suku-suku (berperang), lalu mereka meninggalkan orang-orang yang mereka temui tanpa harta benda (kosong dari perbekalan), karena bulan Saafar datang setelah Muharram (bulan yang diharamkan perang), maka mereka berkata: "Orang-orang menjadi kosong dari kami (kami rampas harta mereka), maka mereka dalam keadaan shafran (kosong)”." (Muhammad Al-Anshari, Lisânul ‘Arab, [Beirut: Dârus Shadr 2000 M], juz 4, halaman 462-463).

 

Dari penjelasan di atas, dapat dipahami bahwa alasan mendasar di balik penamaan bulan Safar meliputi beberapa hal, yaitu:

 

Pertama, membeli atau mengumpulkan makanan dari berbagai tempat, hingga mengosongkan tanah-tanah mereka dari tanaman pada bulan Safar.

 

Kedua, banyak orang Arab yang melakukan perjalanan pada bulan Safar, sehingga kota mereka menjadi sepi (kosong).

 

Ketiga, pada bulan Safar orang Arab memiliki kebiasaan memerangi setiap kabilah yang datang, sehingga kabilah-kabilah tersebut harus pergi tanpa bekal (kosong) karena mereka tinggalkan akibat rasa takut pada serangan orang Arab.

 

Demikian alasan yang melatarbelakangi penamaan bulan Safar. Semoga dapat menjadikan tambahan wawasan dan keilmuan kita tentang sejarah dan ajaran Islam. Aamiin.