Pendidikan

Penerima Beasiswa Unusa: Dukungan Keluarga Jadi Pelecut Semangat

Selasa, 10 September 2024 | 13:00 WIB

Penerima Beasiswa Unusa: Dukungan Keluarga Jadi Pelecut Semangat

Pengukuhan ribuan mahasiswa baru Unusa di Dyandra Convention Hall Surabaya, Senin (09/09/2024). (Foto: NOJ/ Humas Unusa)

Surabaya, NU Online Jatim

Tercatat sebanyak 3.544 mahasiswa baru (Maba) Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (Unusa) resmi dikukuhkan di Dyandra Convention Hall Surabaya, Senin (09/09/2024). Di antara ribuan maba tersebut, terdapat sejumlah penerima beasiswa dari berbagai program, baik oleh pemerintah maupun lembaga donor lainnya, termasuk dari Unusa sendiri.

 

Para penerima beasiswa mengungkapkan, dukungan dari keluarga menjadi salah satu penyemangat mereka dalam meraih beasiswa dan melanjiutkan studi di jenjang perguruan tinggi. Sebut saja, Siti Hidayah, penerima beasiswa KIP-K yang diterima menjadi mahasiswa pada Prodi S1 Manajemen Unusa.

 

Siti adalah salah satu dari penerima beasiswa yang memiliki tekad kuat untuk melanjutkan pendidikan meskipun berasal dari keluarga sederhana. Ayahnya, Kambyah, seorang pedagang soto di pinggir jalan, sedang ibunya Muntamah, seorang ibu rumah tangga.

 

Perempuan kelahiran Surabaya, 2 Maret 2005 ini menunjukkan semangat luar biasa dalam mencapai impiannya. Ia percaya bahwa pendidikan adalah kunci untuk membuka pintu kesuksesan dan memberikan harapan baru bagi masa depannya.

 

"Motivasi saya untuk melanjutkan studi datang dari keyakinan bahwa pendidikan adalah kunci untuk mencapai impian dan tujuan karier saya," jelas Siti.

 

Dikatakannya, ia yakin bahwa jika dirinya terus berusaha dan berdoa, Allah akan selalu membuka jalan dan pintu rezeki bagi siapa saja yang gigih berusaha. Keyakinan Siti ini diperkuat oleh inspirasinya dari sosok Almarhum B.J. Habibie yang sering ia jadikan panutan.

 

"Saya selalu mengingat kata-kata beliau: 'Keberhasilan bukan milik orang yang pintar, namun milik orang yang senantiasa berusaha.' Itu yang membuat saya terus termotivasi untuk tidak pernah berhenti berjuang, bahkan ketika menghadapi kegagalan," tambahnya dengan penuh semangat.

 

Meski berasal dari keluarga yang secara finansial terbatas, Siti bersyukur karena dukungan penuh dari orang tuanya. "Orang tua saya sangat mendukung keinginan saya untuk melanjutkan pendidikan," kata Siti dengan penuh rasa syukur.

 

Ayah saya, katanya menambahkan, bekerja keras sebagai pedagang soto di pinggir jalan, sementara ibu seorang ibu rumah tangga. Meski pekerjaan mereka sederhana, dukungan moral yang diberikan sangat besar dan menguatkannya untuk melanjutkan pendidikan.

 

Lulusan SMA Negeri 5 Surabaya ini juga merasa sangat beruntung karena memiliki dukungan moral yang kuat tidak hanya dari keluarga tetapi juga dari guru-guru di sekolah dan teman-temannya.

 

"Selama proses seleksi beasiswa, saya banyak dibantu oleh guru-guru yang memberikan bimbingan dan teman-teman yang selalu mendukung. Mereka selalu menyemangati saya, meskipun saya sempat mengalami kegagalan. Dukungan mereka sangat berarti bagi saya," ungkapnya.

 

Ke depan, Siti berharap agar ia dapat memanfaatkan beasiswa yang didapatkan sebaik mungkin. Ia mengaku akan berupaya untuk menjadi mahasiswa yang tidak hanya unggul secara akademik, tetapi juga aktif dalam berbagai kegiatan non-akademik.

 

“Saya ingin berkontribusi bagi kampus dan masyarakat. Saya ingin membanggakan kampus ini dan orang-orang yang telah mendukung saya sejak awal," ujar Siti penuh harap.

 

Melina Optimis Meski Ekonomi Terbatas
Selain Siti, ada satu lagi yang patut diapresiasi semangatnya, ia adalah Melina Yunita, yang diterima sebagai mahasiswa Prodi S1 Bahasa Inggris. Perempuan kelahiran Paok, Lombok Timur, NTB, 1 Juli 2004 ini menunjukkan semangat luar biasa dalam usahanya melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.

 

Melina dibesarkan dalam keluarga yang sederhana. Sang ayah, Marwan, bekerja sebagai tenaga kerja di Kalimantan, dan ibu, Murniati, yang menjaga warung di rumah. Tetapi, hal itu tetap membuatnya optimis meski kondisi ekonomi keluarga terbatas.

 

"Motivasi terbesar saya tentu berasal dari orang tua. Mereka berharap salah satu anaknya bisa meraih gelar dan membawa harapan besar bagi keluarga. Meskipun mereka tidak terlalu mampu secara finansial, mereka tetap mendukung penuh saya untuk melanjutkan studi," ungkapnya.

 

Dikatakannya, orang tuanya memang tidak pernah lelah bekerja keras demi pendidikan anak-anak mereka. "Ibu saya setiap hari mengelola warung kecil di rumah, sementara bapak bekerja di Kalimantan. Mereka telah berkorban banyak, dan saya tidak ingin menyia-nyiakan harapan mereka," lanjut perempuan lulusan Madrasah Aliyah UF NWDI Paok Lombok.

 

Melina menceritakan, jika ia tidak mendapatkan beasiswa santri berprestasi, keluarganya mungkin tidak akan mampu sepenuhnya membiayai kuliah. Tetapi, ia tidak menyurutkan tekad untuk kuliah.

 

"Saya berusaha sekuat tenaga untuk meraih beasiswa, karena saya tahu betapa sulitnya orang tua saya membanting tulang demi pendidikan saya. Alhamdulillah, saya mengerti keadaan keluarga dan ini yang membuat saya bertekad kuat untuk mendapatkan beasiswa," tambahnya.

 

Selain dorongan dari keluarga, lingkungan di pondok pesantren tempat Melina menempuh pendidikan juga memainkan peran penting dalam membangkitkan semangat belajarnya. "Pondok pesantren saya sangat mendukung proses studi lanjut ini. Mulai dari pendataan, pemberkasan, hingga diberikan kelas khusus untuk belajar kitab bersama ustadz," jelasnya.

 

Melina mengakui bahwa keinginan untuk melanjutkan pendidikan ini juga muncul dari cita-citanya yang tinggi. "Selain motivasi dari orang tua dan lingkungan pondok, saya juga memiliki keinginan kuat untuk meraih cita-cita saya. Saya ingin berkontribusi bagi masyarakat dan menjadi seseorang yang bermanfaat di masa depan," ujarnya penuh semangat.

 

Dalam proses meraih beasiswa ini, Melina mendapat banyak pengalaman dan pembelajaran berharga. "Awalnya, teman saya yang mengajak untuk ikut dalam proses seleksi beasiswa ini. Setelah itu, pesantren mendukung penuh, mulai dari pengurusan berkas hingga menyediakan kelas khusus. Ini membuat saya semakin semangat untuk mengikuti proses seleksi," katanya.

 

Melina pun menutup dengan harapan besar terkait masa depannya dan teman-temannya yang sama-sama berjuang mendapatkan beasiswa. Diharapkan dengan beasiswa ini, ia dan teman-teman yang mendapatkannya bisa memanfaatkannya dengan sebaik-baiknya.

 

“Kami ingin belajar lebih giat, lulus tepat waktu, dan berkontribusi bagi masyarakat jika diperlukan. Selain itu, kami juga ingin mengharumkan nama baik kampus. Semoga di masa depan, lebih banyak lagi beasiswa seperti ini, karena masih banyak di luar sana yang ingin melanjutkan pendidikan, tetapi terkendala biaya," ujarnya.

 

Siti Hidayah dan Melina Yunita adalah contoh nyata bahwa semangat belajar dan dukungan dari keluarga serta lingkungan dapat membawa seseorang melangkah lebih jauh, meski dalam keterbatasan. Semangat juang mereka patut dijadikan inspirasi bagi banyak generasi muda yang bercita-cita meraih pendidikan tinggi dan mengubah nasib keluarga serta masyarakat di masa depan.