• logo nu online jatim
Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network
Jumat, 19 April 2024

Pendidikan

Perjuangan Moh Nawafil Raih Prestasi Akademik Sempurna di UIN Malang

Perjuangan Moh Nawafil Raih Prestasi Akademik Sempurna di UIN Malang
Moh Nawafil, mahasiswa Pascasarjana UIN Malang. (Foto: NOJ/ ISt)
Moh Nawafil, mahasiswa Pascasarjana UIN Malang. (Foto: NOJ/ ISt)

Malang, NU Online Jatim

Moh Nawafil merupakan mahasiswa Pascasarjana Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang. Dalam menjalani pendidikan strata-2 itu dirinya harus melalui banyak perjuangan. Betapa tidak, di tengah kesibukannya sebagai kepala keluarga, ia masih mampu menunjukkan prestasi akademik sempurna.

 

Hal ini ia tunjukkan salah satunya dengan meraih IPK 4.00, nilai yang sempurna. Ia pun layak menjadi teladan bagi mahasiswa lainnya, bahwa pendidikan di era saat ini merupakan hal yang penting. Ayah dari Muhammad Azzam Annawafil ini pun akan diwisuda di PPs UIN Malang pada periode II tahun 2023, tepatnya 13 Mei 2023 nanti.

 

Bagi Nawafil, IPK tidak lebih penting dari kemampuan. Menurutnya, penting atau tidaknya IPK ini memang tergantung pada sudut pandang yang diambil. Jika ditinjau dari sisi pekerjaan, menurutnya yang tengah bekerja di salah satu publikasi jurnal ilmiah dan bussiness food, IPK tidak lebih penting dari kemampuan.

 

Pasalnya, laki-laki kelahiran Situbondo, 26 November 1998 ini merujuk pada pengalamannya yang belum pernah melampirkan ijazah ataupun transkrip IPK selama melamar kerja.

 

“Saya semangat meraih IPK sempurna dilatarbelakangi oleh perspektif orang tua, anak dan istri. Saya enggan melewatkan momen bahagia dan bangga mereka saat melihat saya meraih IPK sempurna,” terangnya dilansir timesindonesia.co.id pada Jumat (05/05/2023).

 

Saat mulai duduk di jenjang pendidikan S2, Nawafil bercerita kalau dirinya memang bertekad untuk meraih IPK bagus dan lulus tepat waktu. Untuk itu, strategi yang dilakukan adalah dengan menyimak setiap materi yang disampaikan.

 

“Saya juga kerap mencatat atau merekam sesi perkuliahan agar dapat di-review,” ungkap suami dari Gina Alfiatussalimah itu.

 

Di samping itu, strategi lain ialah dengan memberdayakan internet dengan baik. Menurutnya, dengan mengoptimalkan penggunaan internet, mahasiswa dapat menemukan banyak literatur dan mengakses banyak jurnal ilmiah yang membantu perkuliahan.

 

Di luar jam kuliah, ia membuat program diskusi interaktif bersama dosen dan para mahasiswa. Program ini ia buat melalui perannya sebagai Ketua Devisi Keilmuan Himpunan Mahasiswa Pascasarjana UIN Malang.

 

“Mencukupkan belajar di ruang kuliah itu kurang berdampak signifikan terhadap pengetahuan. Karena mahasiswa harus berorganisasi, mengikuti diskusi, sharing bersama dosen dan tokoh-tokoh lain di luar jam kuliah, serta membangun jaringan yang lebih luas,” tegasnya.

 

Nawafil pun tetap ingin melanjutkan pendidikannya ke jenjang doktor. Menurutnya, melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi bukan untuk mencari pekerjaan semata, akan tetapi lebih dari itu terdapat pengalaman yang sangat berharga bertemu orang hebat dan upgrade kapasitas pengetahuan yang dimiliki.

 

Dukungan Keluarga

Diketakan Nawafil, bahwa perjalanan menempuh program magister tidak luput dari kontribusi sang istri. Belahan jiwanya itu selalu berada dalam satu visi dan selalu mendukung setiap langkahnya.

 

"Selisih umur kami hanya terpaut satu tahun. Saya kelahiran 1998 dan istri 1999. Ini membuat kami relatif lebih mudah menyatukan ego dan pemikiran yang berbeda," ucap Nawafil.

 

Tentu, menyandang status mahasiswa ketika sudah menjadi kepala keluarga, menemui banyak tantangan. Selain harus optimal mengkaji semua mata kuliah, tugas mencari nafkah untuk anak dan istri tidak bisa ditinggalkan begitu saja.

 

“Karena memberikan nafkah untuk keluarga merupakan kewajiban seorang suami. Sedangkan berprestasi dalam akademik merupakan prioritas setiap mahasiswa,” katanya.

 

Sebab itu, bekerja dan belajar merupakan elemen kausalitas bagi mahasiswa yang sudah berkeluarga. Di saat pemenuhan pembiayaan kuliah harus terpenuhi, kebutuhan anak dan istri juga harus tercover secara seimbang. Alhasil, bagi Nawafil tidak ada kata bermalas-malasan. Setiap waktu merupakan kesempatan emas demi meraih cita-cita.

 

"Saya selalu menyempatkan membaca buku kuliah sebelum berangkat kerja dan melihat beberapa tugas yang diberikan dosen ketika beban pekerjaan sudah terselesaikan di malam hari.  Di samping itu, saya harus kembali berkonsentrasi terhadap pekerjaan setelah aktivitas kuliah rampung," tegas Nawafil.

 

Pengertian Istri

Mengikuti kuliah secara maksimal menjadi tantangan yang berarti ketika disandingkan dengan keinginan anak dan istri yang mendesak. Tidak bisa dipungkiri bahwa keluarga butuh liburan di waktu tertentu. Akan tetapi di waktu yang lain harus menyelesaikan tugas kuliah demi memperoleh nilai bagus, meskipun itu masih terbilang weekend.

 

Menurutnya, hal semacam ini perlu adanya pengertian dari istri agar tugas akademik suami tetap terselesaikan dengan baik. Meskipun demikian, Nawafil tetap menyiapkan strategi alternatif agar tanggung jawab akademik dan keluarga sama-sama berjalan.

 

Sebagaimana yang sering Nawafil sampaikan, bahwa tidak ada kata susah mewujudkan akademik gemilang dan keluarga senang.

 

"Apabila anak dan istri minta liburan ke luar kota, saya harus menyiasati segala tugas untuk dikerjakan di malam hari ketika mereka sudah tertidur pulas. Belajar itu memang payah dan letih, tapi saya yakin semua akan terbayar indah di masa depan," kenangnya.

 

Meskipun ada tawaran bekerja di beberapa kampus di Kota Malang, ia menegaskan tetap ingin pulang ke kampung halaman. Di samping telah diproses administrasi menjadi dosen di Universitas Ibrahimy. Menurutnya tidak ada alasan untuk tidak pulang ke Sukorejo, sebuah tanah keramat yang banyak menempa pengetahuan dan ruhaninya selama ini.

 

“Saya akan menata karir di kampung halaman, di Universitas Ibrahimy. Sebagai santri, saya hanya ingin  ilmu saya bermanfaat untuk pesantren dan meneruskan perjuangan guru KHR As’ad Syamsul Arifin. Di Pesantren Sukorejo inilah saya bisa mengikuti banyak event,” tandasnya.


Pendidikan Terbaru