• logo nu online jatim
Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network
Jumat, 26 April 2024

Metropolis

Ketinggian Hilal Minus 4 Derajat, Mustahil Terpantau

Ketinggian Hilal Minus 4 Derajat, Mustahil Terpantau
Ilustrasi meneropong benda langit. (Foto: NOJ/NF)
Ilustrasi meneropong benda langit. (Foto: NOJ/NF)

Surabaya, NU Online Jatim

Pengurus Wilayah Lembaga Falakiyah Nahdlatul Ulama (LFNU) Jawa Timur akan melaksanakan rukyatul hilal untuk menentukan 1 Syawal 1442 Hijriah pada Selasa besok (11/05/2021). Berdasarkan hitungan Ilmu Falak, hilal sangat mungkin tidak akan terpantau karena ketinggiannya minus empat derajat di bawah ufuk. Jika begitu, Ramadlan digenapkan 30 hari, yaitu berakhir pada Rabu lusa dan 1 Syawal kemungkinan jatuh pada Kamis (13/05/2021).

 

Ketua PW LFNU Jatim Shofiyullah alias Gus Shofi menjelaskan dua alasan kenapa hilal sangat mungkin tidak akan terlihat saat dipantau pada Selasa sore hingga petang besok. Pertama, ijtimak terjadi pada Rabu dini hari, 12 Mei 2021, sekira pukul 02.00 WIB. Sementara syarat lahirnya hilal yaitu ketika sudah terjadi ijtimak. Artinya, bila belum ijtimak tidak mungkin lahir hilal.

 

Kedua, lanjut Gus Shofi, saat pemantauan dilakukan ketinggian hilal berada di posisi minus empat derajat. Artinya, hilal di bawah ufuk. Padahal, untuk bisa melihat hilal di Indonesia syaratnya ketinggian hilal minimal dua derajat. Karena minus, hilal terbenam lebih dulu sebelum Matahari terbenam.

 

"Minus itu maksudnya berarti menunjukkan bulan itu saat Maghrib, yang itu saat yang paling bagus untuk melihat hilal, hilal itu sudah terbenam lebih dulu. Jadi kalau sudah terbenam, kita mau melihat apa. Kan, tidak mungkin," tandasnya.

 

Lantas kenapa NU masih melakukan rukyatul hilal pada tanggal 29 padahal sudah bisa diperkirakan tidak akan bisa dilihat?

 

“Karena itu sebagai dasar untuk istikmal (menggenapkan bulan Ramadlan menjadi 30 hari). Karena masuknya awal bulan bagi NU itu ada dua cara. Pertama, dengan terlihatnya hilal. Kedua, dengan istikmal. Artinya, ketika tanggal 29 itu tidak terlihat hilal, maka diistikmalkan bulan Ramadlan menjadi 30 hari dan besok lusanya otomatis tanggal 1 (Syawal),” papar Gus Shofi.

 

“Karena kalender Hijriyah itu maksimal 30 hari. Jadi, Nabi itu sudah memberikan pedoman bahwa kalender Hijriyah itu kalau enggak 29 (hari), ya, 30 (hari). Sehingga kalau bulan bersangkutan itu diistikmalkan, digenapkan menjadi 30 hari, maka hari 31 bagaimana pun harus masuk tanggal satu bulan berikutnya. Saat ini praktiknya Hari Raya (Idul Fitri),” tambah Gus Shofi.

 

LFNU Jatim sendiri pada Selasa besok akan melaksanakan rukyatul hilal di 27 titik. Yaitu di POB Sunan Kaliwining, Kabupaten Jember; MAN 3 kediri; Balai Rukyat NU Condrodipo, Kabupaten Gresik; Balai Rukyat Ibnu Syatir PP Al Islam Ponorogo; Lereng Gunung Pandan Saradan, Kabupaten Madiun; dan Pantai Taneros Ambunten, Kabupaten Sumenep.

 

Kemudian di Masjid Agung At Taqwa Bondowoso; Pantai Mbah Drajid Yosowilangun, Kabupaten Lumajang; Bukit Wonocolo, Kedewan, Bojonegoro; Ponpes Bayt Al Hikmah, Kota Pasuruan; Pantai Ngliyep, Kabupaten Malang; Pantai Kalbut Kabupaten Situbondo; BPAA LAPAN Watukosek Gempol, Kabupaten Pasuruan; Bukit Gumuk Klasi Indah, Banyuwangi; dan Menara Rukyat Banyuurip Senori, Tuban.

 

Lalu di Pantai Tajungmulya Sangkapura Bawean, Kabupaten Gresik; Balai Rukyat NU Jabung, Mojokerto; POB Masjid Jami’ PP Denanyar, Jombang; Pantai Paseban Kencong, Jember; Pucuk Pelangi Sumberboto Wonotirto, Blitar; di Banjarsari, Blitar; Pantai Srau, Pacitan; Pelabuhan Tadden, Sampang; Twin Tower B UINSA, Surabaya; Pantai Gebang, Bangkalan; Tanjung Kodok, Lamongan; dan Perbukitan Ketanggung Sine, Ngawi.

 

Editor: Nur Faishal


Metropolis Terbaru