‘Ter-ater’, Cara Warga Tapal Kuda Berbagi Bahagia saat Lebaran
Sabtu, 15 Mei 2021 | 12:30 WIB
Syaifullah
Kontributor
Jember, NU Online Jatim
Banyak cara yang dilakukan warga dalam berbagi kebahagiaan. Khususnya dalam momentum hari raya Idul Fitri seperti saat ini. Salah satunya adalah dengan mengantarkan makanan siap santap kepada tetangga.
Tradisi itu untuk kawasan Tapal Kuda dikenal dengan istilah ‘ter-ater’. Ter-ater adalah bahasa Madura yang bisa diterjemahkan dengan bahasa Indonesia antar-mengantar. Maksudnya saling mengantar kue dan nasi antartetangga dekat. Kegiatan ter-ater ini biasanya dilakukan 3 hari sebelum lebaran sampai 6 hari seteleh hari raya.
“Tradisi ini juga berfungsi sebagai perekat persaudaraan antartetangga,” ujar Nurhadi kepada NU Online Jatim, Sabtu (15/5/2021).
Warga Desa Paseban, Kencong tersebut menjelaskan bahwa selama lebaran, tradisi ter-ater tetap jalan. Namun sasarannya adalah sanak famili. Jadi antarfamili saling mengunjungi dengan membawa kue dan nasi. Tidak hanya di sekitar rumah tapi juga meluas ke tempat lain di mana si famili bertempat tinggal. Setelah dikunjungi, sekian hari kemudian, si famili itu akan melakukan kunjungan balasan dengan ‘oleh-oleh’ yang sama. Biasanya tradisi kunjung-mengunjungi itu akan berakhir setelah lebaran ketupat, yaitu hari ketujuh Idul Fitri.
Yang menarik, selama lebaran, siapa pun yang berkunjung antar tetangga apalagi famili, pasti disuguhi makanan berat (nasi).
“Suguhan itu sebaiknya memang dimakan. Sebab kalau tidak, terkadang si tuan rumah tersinggung. Ya kalau kunjungan hari raya, kita harus pintar-pintar mengatur makan. Jangan banyak-banyak makan, agar bisa makan di rumah yang akan dikunjungi berikutnya,” terangnya.
Itulah sebabnya kenapa lebaran seolah menjadi hari-hari yang sangat sibuk. Sebab, selain menyediakan suguhan makanan, setiap rumah juga menyediakan kue. Kue tersebut biasanya dibuat beberapa hari sebelum Lebaran tiba. Selain itu, yang sudah pasti adalah baju baru.
Selain ter-ter, tradisi yang lain adalah mengunjungi makam leluhur. Itu pasti. Terkadang dilakukan sehari sebelum lebaran, atau pagi-pagi setelah shalat Idul Fitri. Setelah shalat Id, saling minta maaf antartetangga. Semua pinta terbuka dengan jajanan dan kue yang berjejer di atas meja. Sujurus kemudian, sebagian warga menghilang untuk mengunjungi sanak saudaranya di tempat lain.
Tradisi dan kekhasan seperti ini yang membuat banyak kalangan tidak bisa menahan rindu ketika lebaran tiba. Karenanya segala cara dilakukan demi memastikan bisa berkumpul dengan keluarga di tanah kelahiran.
Bagaimana dengan larangan mudik yang diberlakukan pemerintah? Ya, ada sebagian yang menaati, namun tidak sedikit yang terpaksa melanggar. Bagi kalangan kedua ini, berkumpul bersama keluarga dengan aneka kekhasan yang dimiliki tidak dapat diganti dengan lainnya.
Terpopuler
1
Puang Makka Kunjungi Lumajang, Teguhkan Spirit Thariqah di Halaqah Sufi Interaktif
2
Kader Fatayat NU di Mojokerto Raih Gelar Doktor Predikat dengan Pujian
3
3 Nasihat Rasulullah bagi Pasangan yang Melaksanakan Pernikahan
4
Wali Kota Surabaya Keluarkan SE Waspada Covid-19: Warga Jangan Panik
5
Perintah Menjaga Lingkungan dalam Al-Qur'an
6
Ketua PBNU Soroti Eksploitasi Sumber Daya Alam di Raja Ampat
Terkini
Lihat Semua