Syaifullah
Kontributor
Sumenep, NU Online Jatim
Setiap daerah memiliki ciri khas tersendiri. Dari mulai tokoh legendaris, cerita rakyat, lokasi wisata, makanan, minuman, dan sejenisnya. Dengan demikian, hanya dari kawasan tersebut yang layak membanggakannya.
Ā
Salah satu kawasan yang sarat dengan ikon adalah Sumenep. Kendati ada di ujung timur dari pulau Madura, namun tidak menyurutkan minat sejumlah kalangan untuk berkunjung di daerah tersebut. Seperti kabupaten lain di pulan garam, yang mengemuka dari Sumenep adalah keindahan alam, budaya, dan yang paling unik adalah kuliner. Sehingga selalu ada alasan untuk mengunjunginya kembali.
Ā
Salah satu yang menarik di Sumenep adalah Jubede. Yaitu sejenis camilan dengan rasa manis yang dibuat sedemikian rupaĀ dan bentuk yang juga unik. Bentuknya imut sekitar telunjuk jari, diikat menggunakan pelepah daun aren sebagai talinya. Sangat unik dan mengundang perhatian kala disajikan saat lebaran.Ā
Ā
āIni camilan aneh. Bayangkan saja bentuknya kecil seperti telunjuk jari dan diikat dengan rajin dari pelepah daun aren. Sungguh keren,ā kata Bintang, warga Surabaya saat menjumpai camilan ini saat Idul Fitri.
Ā
Jika berminat untuk menyicipi kuliner ini langkah pertama yang harus dilakukanĀ yaĀ berkunjung ke Sumenep karena kuliner ini hanya dijual di sana, khususnya di Pasar Kapedi, sebelum memasuki Ā Kota Sumenep.
Ā
Bila penasaran dan ingin mengetahui lebih jauh tentang jubede, bisa datang ke sentra pembuatannya di Dusun Blajut, Desa Karduluk, Kecamatan Pragaan. Salah satunya adalah Jazilah.
Ā
Dirinya menceritakan bahwa jubedeĀ sudah dikenal masyarakat sejak zaman dahulu. Dia mengaku sebagai generasi kelima pembuat camilan jubede. Sebab, berdasar cerita ke cerita, nenek moyangnya sudah terbiasa membuatnya.
Ā
āSudah dari zaman dulu di sini buat jubede,ā katanya sebagaimana dilansir Radar Madura.
Ā
Cara Membuat
Untuk membuat jubede, sebenarnya terbilang mudah. Bahan-bahan yang dibutuhkan juga mudah didapat. Yakni, air nira, tepung jagung, tepung tapioka, dan gula pasir. Bahan-bahan tersebut dicampur dengan takaran satu banding satu.
Ā
āTepung jagung dan tapioka dicampur dan dimasukkan ke dalam rebusan air nira sampai larut. Kemudian ditambah gula pasir,ā jelasnya. Kalau tepungnya satu kilo, gula pasirnya juga satu kilo, lanjutnya.
Ā
Setelah larut, campuran tepung dan air nira didinginkan dan dijemur di terik matahari. Butuh sekitar dua hari agar jubede benar-benar kering dan bisa diedarkan ke masyarakat. Jika di musim hujan, pengeringan bisa sampai tiga atau empat hari.
Ā
āPerebusannya sekitar tiga jam. Cara bikinnya hampir mirip bikin dodol, cuma lebih encer,ā tegasnya.
Ā
Meski dibuat dari bahan tepung tapioka dan tepung jagung, tapi rasa yang dominan pada jubede tetap gula merah. āRasa jagungnya hilang. Tinggal aroma gula merahnya yang kental terasa,ā paparnya.
Ā
Kini camilan unik ini dapat dijumpai di sejumlah minimarket dalam kemasan yang dibungkus mika. Dengan demikian,Ā tampilannya juga cukup menarik dan lebih menggugah selera. Rasa yang ditawarkan pun berbeda tidak hanya sekadar manis, ada rasa pedas jahe dan hangat di kerongkongan saat jubede ditelan.
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Menata Hati dengan 7 Perbuatan
2
Mensos Gandeng PPATK Telusuri Penerima Bansos Terindikasi Main Judol
3
Garda Fatayat NU Jatim Terima 100 Bibit Tanaman dari BPBD untuk Dukung Ketahanan Pangan
4
Distribusikan Benih Padi, Langkah Ansor Jatim Perkuat Ketahanan Pangan
5
Pesantren Bebas Kekerasan: Nawaning Nusantara Siapkan Satgas dan Edukasi Seksual
6
5 Dosen UIN KHAS Jember Ikut Terlibat dalam Penyusunan Raperda MDT
Terkini
Lihat Semua