Pasuruan, NU Online Jatim
Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kabupaten Pasuruan menggelar ziarah muasis NU Pasuruan, Kamis (16/01/2024). Adapun Rute ziarah dimulai dari maqbarah Pondok Pesantren Sidogiri dan Pondokkaton. Selanjutnya ke Kota Pasuruan, yakni ke makam KH Abdurrahman di Kecamatan Bugul Kidul dan KH Abdul Hamid di belakang Masjid Al-Anwar.
Dari beberapa makam tersebut banyak orang yang tidak mengenal sosok KH Abdurrahman Bugul, padahal beliau merupakan Rais Syuriyah ke-2 PCNU Pasuruan.
"Tidak banyak orang yang tau tentang KH Abdurrahman karena silsilahnya dibakar agar tidak dimanfaatkan oleh anak cucunya nanti," ujar Gus Ridwan Kholil, Cucu KH Abdurrahman.
Gus Ridwan mengatakan, khidmah KH Abdurrahman di NU dimulai karena kedekatannya dengan KH Wahab Hasbullah ketika ada di Makkah kurang lebih selama 15 tahun.
"Sebelum berangkat ke Makkah beliau mondok di Panjen asuhan KH Abdul Latif kemudian menikah dengan Nyai Khodijah bin Yasin Kebonsari," katanya.
Semasa hidupnya KH Abdurrahman juga pernah menjadi Mahkamah Islam Tinggi di Jakarta yang diutus oleh KH Hasyim Asy'ari.
"Selain menjadi Mahkamah Islam Tinggi beliau pernah menjadi anggota Majelis Islam A'la Indonesia (MIAI) yang terbentuk pada 21 September 1937," jelasnya.
KH Abdurrahman wafat pada 11 Robiul Akhir 1364 H. Beliau wafat dalam perjalanan naik kereta api dari Jakarta menuju Pasuruan namun takdir berkata lain, beliau menghembuskan nafasnya di Solo.
"Wafatnya KH Abdurrahman hanya diketahui oleh Nyai Khodijah dan crew kereta api," terangnya.
Namun crew Kereta api dilarang untuk memberi tau orang lain karena jika diketahui oleh Tentara Jepang maka akan diturunkan di stasiun selanjutnya .
"Jika ada yang bertanya katakan tidur. Karena kalau diketahui meninggal, akan diturunkan paksa oleh Pasukan Jepang. Saat KH Abdurrahman wafat gejolak perang masih terjadi Surabaya sehingga kereta api yang ditunggangi Nyai Khodijah mengambil arah dan turun ke Malang, sehingga dimakamkan di Pasuruan," tandasnya