• logo nu online jatim
Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network
Rabu, 24 April 2024

Tapal Kuda

Santri Harus Selektif Pilih Konten Tontonan

Santri Harus Selektif Pilih Konten Tontonan
Sosialisasi Budaya Sensor Mandiri kepada para santri di Pasuruan. (Foto: NOJ/ Rahma Salsabila)
Sosialisasi Budaya Sensor Mandiri kepada para santri di Pasuruan. (Foto: NOJ/ Rahma Salsabila)

PasuruanNU Online Jatim

Yayasan Al Hasani Lajuk Kabupaten Pasuruan bersama Lembaga Sensor Film (LSF) Republik Indonesia menggelar sosialisasi budaya sensor mandiri yang bertajuk ‘Cerdas Memilah dan Memilih Tontonan’ pada Rabu (06/07/2022). Melalui kegiatan tersebut, para santri diajak selektif memilih konten tontonan.


Kegiatan tersebut dipusatkan di Gedung Tarbiyah Roudlotul Hasan Lajuk Kecamatan Gondangwetan Kabupaten Pasuruan.


Naswardi selaku Ketua Komisi III LSF Republik Indonesia mengatakan bahwa saat ini pesantren dan sekolah menjadi fokus garapannya untuk mengedukasi pemuda setelah dua tahun berkutat di Perguruan Tinggi se-Indonesia.


"Agar para santri dapat meningkatkan pengetahuan dan pemahaman literasi mengenai konten yang mereka tonton, dan saya rasa lebih mudah diawasi karena mereka terikat oleh peraturan pesantren," imbuhnya.


Menruutnya, tidak seluruh tontonan membawa dampak positif, sedangkan minat baca di Indonesia mengalami kemunduran dan beralih ke minat nonton.


"Berdasarkan hal itu, maka kita memiliki tugas untuk melindungi anak-anak maupun santri di pesantren. Kontrol mereka agar mematuhi aturan-aturan usia yang telah kami tetapkan. Karena selain menyaring film/tontonan yang layak dan tidak layak, kami butuh seluruh pihak agar membantu untuk mengedukasi masyarakat luas," jelasnya.


Sementara itu, Anis Anisah yang merupakan Ketua Ikatan Guru Indonesia (IGI) Kota Pasuruan menyebutkan bahwa literasi digital berperan penting bagi pendidikan dan pesantren.


"Resolusi digital diperkirakan akan menghilangkan 800 juta lapangan kerja di seluruh dunia, yang diestimasi akan terjadi sampai tahun 2030 karena digantikan oleh mesin, tuntutan zaman ini menjadikan santri milenial tidak cukup hanya pintar mengaji, tapi juga memiliki daya hidup dan kreativitas," ungkapnya.


Menurutnya, hal itu relevan dengan perkembangan zaman, tuntutan dunia industri dan dunia usaha di masa ini serta mendatang.


Editor:

Tapal Kuda Terbaru