Pacitan, NU Online Jatim 

Cucu KH. Abdul Manan Dipomenggolo, Gus Mus'ab Muhammad Mahfudz, menyampaikan bahwa agenda Haul Pacitan bukan sekadar peringatan, melainkan upaya menggali lebih dalam khazanah sejarah dan sanad ulama yang terpendam di Pacitan. Hal ini disampaikan dalam rangkaian acara ‘Dampar Simbah’ haul ke-168 K.H. Abdul Manan Dipomenggolo di Masjid Baitul Millah, Desa Semanten, Kecamatan Pacitan, Kabupaten Pacitan, Selasa (22/04/2025).

 

Gus Mus'ab mengungkapkan, masih banyak sekali kisah dan jejak ulama Pacitan yang belum terungkap secara luas. Ia mengajak berbagai pihak untuk berpartisipasi dalam mengumpulkan catatan sejarah, cerita tutur, dan peninggalan para ulama Pacitan. Gus Mus'ab membuka pintu bagi siapa saja yang memiliki informasi terkait KH. Abdul Manan maupun kiai-kiai lain di Pacitan untuk berbagi.

 

"Banyak sekali cerita sejarah Syekh Abdul Manan yang masih terkubur. Silakan memberitahukan kepada kami jika mengetahui karya-karya Mbah Abdul Manan," ujarnya.

 

Gus Mus'ab menuturkan, haul Mbah Abdul Manan sebagai momentum pengungkapan sejarah ini mulai digagas sekitar tahun 2014-2015. Ia bersyukur, melalui haul tersebut, terjalin silaturahmi dengan keluarga besar Mbah Soleh Tambak Agung yang memiliki informasi penting tentang K.H. Abdul Manan.

 

"Pengaruh KH. Abdul Manan begitu kuat hingga beberapa muridnya selalu menyebutkan Pacitan sebagai kiblat ilmunya. Bahkan, nisbat "Kiai Pacitan" melekat pada makam Mbah Soleh," terangnya.

 

Lebih jauh, Gus Mus'ab menjelaskan bahwa agenda haul ini juga menjadi sarana untuk menelusuri sanad keilmuan para ulama Pacitan. Ia berharap, dengan terungkapnya berbagai kisah dan sanad ini, masyarakat akan semakin mengenal dan menghargai kekayaan sejarah Islam serta para ulama yang telah berjasa di Pacitan.

 

"Lantaran haul Mbah Abdul Manan, Alhamdulillah dari keluarga Mbah Soleh Tambak Agung itu mengetahui Simbah Abdul Manan," ungkapnya.