• logo nu online jatim
Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network
Jumat, 26 April 2024

Tapal Kuda

Haul Mbah Hamid Pasuruan Tidak Pernah Kekurangan Kelapa, Ini Kisahnya

Haul Mbah Hamid Pasuruan Tidak Pernah Kekurangan Kelapa, Ini Kisahnya
Mbah Hamid (kiri). (Foto: NOJ/Faisol)
Mbah Hamid (kiri). (Foto: NOJ/Faisol)

Pasuruan NU Online Jatim

KH Abdul Hamid atau lebih dikenal Mbah Hamid lahir pada tahun 1333 H di Desa Sumber Girang, Lasem, Rembang Jawa Tengah. Ayahnya bernama Abdullah bin Umar seorang tokoh Islam yang rajin dan taat beragama. Sedangkan, ibunya bernama Raihannah, putri dari Kiai Shiddiq. 

 

Mbah Hamid merupakan sosok waliyullah yang demikian dihormati di kalangan pesantren dan kaum muslim di Tanah Air. Tidak sedikit santri dan sejumlah kalangan yang kini menjadi orang penting, ternyata berkesempatan bertemu fisik ataupun non fisik dengan almaghfurlah. 

 

Rangkaian haul ke 41 KH Abdul Hamid dimulai pada Selasa-Rabu (04-05/10/2022). Tentunya para santri dan alumni telah berbondong bondong untuk menyambut haul ke 41.

 

Namun, cerita Nyai Hj Kuni Zakiyah satu minggu menjelang haul, belum ada kiriman dari para alumni. Sampai keluarga pesan ke pasar sebanyak 1000 butir. Sebelum pesanan kelapa itu dikirim ke Pondok Pesantren Salafiyah, sang waliyyullah Mbah Hamid mendatangi alumni asal Genteng Banyuwangi lewat mimpi jam 2 dini hari.

 

"Dengan memegang tangannya santri ini menunjuk kelapa yang ada di bawah kolom amben (kursi terbuat dari bambu), Mbah Hamid dawuh segera bawa ke Pasuruan karena haul kurang seminggu," cerita Nyai Hj Kuni Zakiyah, menantu Mbah Hamid di akun media sosialnya beberapa hari yang lalu.

 

Padahal kelapa tersebut memang mau dikirim ke Pasuruan, tetapi masih menunggu alumni yang lainnya. Setelah didatangi Mbah Hamid lewat mimpi, malam itu juga dia berangkat dari Banyuwangi ke Pasuruan membawa 50 butir kelapa yang dibawa mengunakan pickup.

 

"Sesampainya di Pasuruan, dirinya bercerita kepada Kiai Idris Hamid, putra Mbah Hamid sambil menangis karena merasa bersalah karena tidak perhatian dengan gurunya sampai akhirnya ditegur lewat mimpi dan benar-benar menyesal karena terlambat mengantarkan kelapa," terangnya.

 

Sejak saat mimpi itu, panitia pelaksana tidak pernah kekurangan kelapa setiap tahunnya meski jumlah kelapa setiap tahunnya bertambah sampai sepuluh ribu butir kelapa.

 

"Subhanallah karomah sang waliyyullah tidak pernah sirna dengan rahmat Allah dan berkah Nabi Muhammad Saw," tutup Nyai Kuni.


Tapal Kuda Terbaru