• logo nu online jatim
Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network
Jumat, 26 April 2024

Metropolis

Kisah Bung Karno Utus Jenderal Minta Doa ke Kiai Sahlan Sidoarjo

Kisah Bung Karno Utus Jenderal Minta Doa ke Kiai Sahlan Sidoarjo
Peringatan Haul Akbar ke-51 Romo KH Sahlan Tholib, Sidoarjo. (Foto: NOJ/ Boy Ardiansyah)
Peringatan Haul Akbar ke-51 Romo KH Sahlan Tholib, Sidoarjo. (Foto: NOJ/ Boy Ardiansyah)

Sidoarjo, NU Online Jatim
Gus Muhammad Yunus, Pengasuh Pondok Pesantren Bahrul Ulum Sahlaniyah, Sidoarjo mengisahkan, bahwa tokoh proklamator dan Presiden RI pertama Ir Soekarno di zaman dahulu pernah mengutus seorang jenderal untuk meminta doa kepada KH Sahlan Tholib, pendiri pesantren setempat.


“Saya pernah mendengar cerita bahwa Bung Karno mengutus seorang jendral untuk memintakan doa ke KH Sahlan Tholib,” ujarnya saat sambutan dalam acara Haul Akbar KH Sahlan Tholib yang ke-51, Rabu (27/08/2022) malam. Agenda tersebut dipusatkan di halaman pesantren setempat, Dusun Sidorangu, Kecamatan Krian, Sidoarjo.


Disebutkan Gus Yunus, bahwa sosok kiai itu dapat dibagi menjadi tiga, yaitu Kiai Silem, Kiai Silo, dan Kiai Silat. Menurutnya, Kiai Silem merupakan kiai yang ahli tirakat dan menjadi jujukan untuk meminta doa dan barokah, seperti KH Sahlan Tholib.


Dijelaskan, bahwa Kiai Sahlan zaman dahulu tidak ikut dalam peperangan melawan penjajah. Namun, banyak pejuang yang datang kepadanya untuk meminta doa agar selamat saat melakukan perang.


“Dan, Kiai Sahlan semasa hidupnya memang dikenal ahli tirakat, bahkan setiap hari melaksanakan puasa,” ucap Gus Yunus.


Sementara Kiai Silo menurutnya adalah kiai yang istiqamah mengajar santri di pesantren. “Contohnya seperti KH Marzuki Lirboyo yang merupakan teman Kiai Sahlan saat menjadi santri di Pondok Pesantren Panji Sidoarjo,” imbuhnya.


Menurutnya, Kiai Marzuki pernah memberi pengakuan bahwa dirinya tidak kuat jika harus tirakat seperti yang dilakukan oleh Kiai Sahlan. Disebutkan, bahwa kedua sosok kiai ini saling tawadhu. Suatu ketika saat Kiai Sahlan silaturahim ke Pesantren Lirboyo, Kiai Sahlan membawa kitab kemudian meminta Kiai Marzuki untuk membacakannya.


“Demikian pula ketika Kiai Marzuki silaturahim ke Krian, juga membawa kitab dan meminta Kiai Sahlan untuk membacakannya,” terangnya.


Terkait Kiai Salit, lanjut Gus Yunus, merupakan sosok kiai yang ahli dakwah, ikut serta sebagai penggerak organisasi Islam, dan turut serta secara langsung dalam kepentingan negara. Salah satu contohnya adalah KH Abdul Wahab Chasbullah, Tambakberas, Jombang.


“Kiai Wahab ini juga teman Kiai Sahlan ketika di Pesantren Siwalan Panji, Sidoarjo. Keduanya ini sering saling bersilaturahim, sehingga salah satu cucunya ada yang berjodoh,” tandasnya.


Metropolis Terbaru