Matraman

Toleransi Umat Beragama di Bulan Ramadhan, dari Warung Buka hingga Tadarus Malam Hari

Jumat, 24 Maret 2023 | 20:00 WIB

Toleransi Umat Beragama di Bulan Ramadhan, dari Warung Buka hingga Tadarus Malam Hari

Sekretaris Umum (Sekum) PMII Blitar, Muhammad Thoha Ma'ruf. (Foto: NOJ/Madchan Jazuli)

Blitar, NU Online Jatim

Serba-serbi bulan suci Ramadhan penuh keberkahan sekaligus banyak fenomena yang perlu dijadikan sebuah pembelajaran. Pengurus Cabang (PC) Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Blitar mengajak Nahdliyin untuk menjaga toleransi umat beragama selama bulan suci Ramadhan.

 

Sekretaris Umum (Sekum) PMII Blitar, Muhammad Thoha Ma'ruf mencontohkan, toleransi yang bisa terus dijaga saat bulan puasa perihal warung tetap buka, namun harus menyesuaikan keadaan bulan Ramadhan.

ADVERTISEMENT BY OPTAD

 

"Seandainya bulan puasa warung itu tidak buka 100 persen. Artinya, hanya buka separuh pintu atau tirai warungnya, tidak lain agar orang muslim bisa menjalankan ibadah dengan tenang, tanpa tergoda makanan di warung," beber Muhammad Thoha Ma'ruf, Jum'at (24/3/2023).

 

Ma'ruf beralasan, pada bulan Ramadhan adalah bukan yang berkah bagi umat muslim. Karenanya, umat muslim akan menjadikan ajang perlombaan untuk berbuat kebaikan selama bulan Ramadhan.

ADVERTISEMENT BY ANYMIND

 

“Meskipun berlomba-lomba dalam berbuat kebaikan, semua elemen masyarakat beragama bisa beraktivitas sehari-hari dengan tenang,” terangnya.

 

Pria yang pernah menjadi Ketua Komisariat PMII Universitas Islam Balitar (Unisba) Blitar 2020-2021 ini menambahkan, contoh yang lain ialah saat pelaksanaan tadarus Al-Qur'an di malam hari. Umat Islam harus mengecilkan volume pengeras suara saat membaca Al-Qur'an di masjid ataupun musala saat memasuki waktu tengah malam.

ADVERTISEMENT BY OPTAD

 

"Kalau tadarus di bulan puasa itu ya harus mengetahui waktunya. Dibatasi penggunaan pengeras suaranya. Saat jam 10 malam ke atas, kalau bisa tidak usah memakai pengeras suara. Itu bisa diterapkan untuk menjaga toleransi antar umat beragama," tandasnya.

 

Tidak hanya itu, menurut mahasiswa jebolan Fakultas Pertanian Unisba Blitar ini, bagi masyarakat yang melakukan ronda malam menggunakan pengeras suara juga harus menghargai masyarakat yang sedang beristirahat.

ADVERTISEMENT BY ANYMIND

 

"Jangan sampai, niatnya membangunkan orang untuk sahur, tapi malah membuat jengkel orang, karena suara sound system yang terlalu keras. Lebih baik memakai alat tradisional saja, yang penting bagaimana orang bisa bangun untuk sahur," tandasnya.

ADVERTISEMENT BY ANYMIND