Mojokerto, NU Online Jatim
Ning Farida Ulfi Na’imah dari Aswaja NU Center Sidoarjo mengatakan bahwa salah satu ciri perempuan salehah adalah enak dipandang. Dijelaskan perintah untuk melakukan kebaikan sifatnya adalah umum, maka dalam konteks ini ciri laki-laki saleh juga sama yakni enak dipandang.
“Secara manusiawi kita sama-sama menyenangi hal-hal yang sifatnya rapi,” ujarnya menguraikan makna Kitab Manba'us Sa'adah saat kajian rutin bersama mahasiswi Universitas KH Abdul Chalim, Pacet, Mojokerto, Jumat (31/05/2024).
ADVERTISEMENT BY OPTAD
Kedua, ciri perempuan salehah adalah taat ketika diperintah. Ketaatan ketika diperintah untuk melakukan sesuatu tujuannya membangun komunikasi agar terjalin kehidupan yang baik. Orang yang taat memiliki tujuan agar sama-sama nyaman.
“Oleh karenanya konsep taat ini tidak harus perempuan yang melakukan, karena tujuannya adalah terjalin suasana yang nyaman maka harus pula dilakukan oleh laki-laki,” terangnya.
ADVERTISEMENT BY ANYMIND
Ketiga, yakni menjaga diri ketika ditinggal sendirian. Ini yang dituntut menjaga diri adalah perempuan karena pada umumnya perempuan di rumah. Namun apakah yang meninggalkan tidak dituntut untuk menjaga diri? Jika yang meninggalkan tidak menjaga diri maka tidak akan ketemu. “Maka, saling menjaga itu perlu sama-sama dilakukan,” katanya.
Dijelaskan, jika melihat teks dengan metode mubadalah maka akan meninggalkan subjek maupun objek dan fokus pada isi pesan. Maka perempuan tidak selalu menjadi objek dan laki-laki sebagai objek. Ketika teks mengatakan seorang istri diperintahkan untuk mengucapkan terima kasih atas apa yang telah diupayakan oleh suami maka juga berlaku sebaliknya.
ADVERTISEMENT BY OPTAD
“Ketika istri melayani dan memberikan yang terbaik kepada suami maka suami juga harus bersyukur dan berterima kasih kepada atas pelayanan istri,” ungkapnya.
Dirinya mengatakan, setiap manusia baik laki-laki atau perempuan akan senang jika mendapat ucapan terima kasih. Karena meski terlihat sepele, mengucapkan terima kasih sangat susah, sama dengan halnya mengucap permintaan maaf.
ADVERTISEMENT BY ANYMIND
Di samping itu, ia menyebutkan bahwa KH Faqihuddin Abdul Qodir menulis kitab Manba'us Sa'adah dengan prinsip melakukan interaksi dengan baik, serta pentingnya kesehatan jiwa dan raga di dalam kehidupan keluarga.
“Kitab Manba'us Sa'adah ini ditulis oleh KH Faqihuddin Abdul Qodir atas permintaan santrinya. Sama seperti Kitab Ar-Risalah ditulis oleh Imam Syafi’i atas perintah raja,” tandasnya.
ADVERTISEMENT BY ANYMIND