Metropolis

Ning Farida Ulfi Jelaskan Tugas Seorang Istri dalam Pekerjaan Rumah

Rabu, 21 Mei 2025 | 14:00 WIB

Ning Farida Ulfi Jelaskan Tugas Seorang Istri dalam Pekerjaan Rumah

Ning Farida Ulfi saat mengisi kajian. (Foto: NOJ/Boy Ardiansyah)

Sidoarjo, NU Online Jatim

Wakil Satuan Tugas (Satgas) Aswaja NU Center (Asnuter) Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Sidoarjo, Ning Farida Ulfi Na’imah menjelaskan, menurut Ulama Syafi'iyah, Hanabilah dan sebagian Malikiyah berpendapat bahwa tidak wajib bagi seorang istri untuk melaksanakan pekerjaan rumah seperti memasak, mencuci, menyapu dan lain sebagainya.


“Jadi kalau mengikuti pendapat ini, maka suami tidak berhak marah-marah kalau istrinya tidak memasak, tidak mencuci baju, menyapu rumah dan lain sebagainya. Sebab dia tidak wajib melakukannya,” katanya saat mengisi kajian di Masjid Al Ishlah Karangtanjung, Kecamatan Candi, Kabupaten Sidoarjo, Selasa (20/05/2025).

ADVERTISEMENT BY OPTAD


Sementara menurut Hanafiyah, istri wajib melakukan hal tersebut, sebab Rasulullah memberlakukan hal ini pada keluarga Sayyidah Fathimah dan Sayyidina Ali. Suami bekerja mengurusi urusan luar seperti mencari nafkah, sedangkan istri mengurusi wilayah domestik. Jadi pendapat inilah yang dipakai kebanyakan masyarakat Indonesia sampai suami komplain jika istrinya tidak mengurus rumah dengan baik.


“Ketika membaca teks semacam ini, banyak ibu-ibu langsung menyimpulkan bahwa memasak, mencuci, dan lain sebagainya adalah kewajiban suami. Padahal bukan, yang benar secara fikih tidak ada yang wajib melakukan pekerjaan itu dari keduanya,” ungkapnya.

ADVERTISEMENT BY ANYMIND


Ia menyebut, jikalau tidak ada yang mencuci baju, membersihkan rumah, dan sebagainya maka tidak sampai berindikasi berdosa. Permasalahannya baju kotor, rumah jorok dan tentu tidak enak dipandang saja. Bahkan andaikan mau tinggal di tempat sampah juga boleh. Artinya, syariat tidak akan memasukkan seseorang ke neraka sebab hal-hal semacam ini.


“Tapi bisa memasukkan seseorang ke surga bila orang tersebut mau menjaga kebersihan dan saling membantu,” terangnya.

ADVERTISEMENT BY OPTAD


Lebih lanjut, karena semua itu bukan kewajiban, maka perempuan yang biasanya melakukan hal-hal tersebut berarti melakukan tindakan sunnah yang bernilai pahala besar. Perlu apresiasi pada pasangan yang sudah dengan tulus melakukan pekerjaan di luar kewajibannya. Masing-masing melakukan apa yang mampu dilakukannya.


“Si istri menghandel stabilitas rumah, si suami memberikan apresiasi dengan mengajak jalan-jalan dan membiayai perawatannya ketika sakit, mencukupi keperluan skincare dan make up,” jelasnya.

ADVERTISEMENT BY ANYMIND


Hal-hal tersebut adalah amalan-amalan yang mengantar ke surga. Jadi pesannya jangan banyak menuntut, tapi banyaklah berbuat baik pada pasangan.


“Jangan banyak mewajibkan pasangan untuk ini dan itu lalu marah-marah ketika dia tidak menjalankannya dengan sempurna, tapi banyaklah memaklumi dan menghargai,” pungkasnya.

ADVERTISEMENT BY ANYMIND