Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network

Metropolis

Pesan KH Ma'ruf Amin dalam Penutupan Muktamar ke-34 NU

KH Ma'ruf Amin saat menutup Muktamar NU ke 34 di Lampung. (Foto: NOJ/ Maschan Yusuf)

Bandar Lampung, NU Online Jatim

Wakil Presiden (Wapres) Republik Indonesia (RI), Prof Dr KH Ma'aruf Amin menyampaikan bahwa Nahdlatul Ulama (NU) adalah mitra pemerintah yang paling setia dalam membangun bangsa. NU tidak pernah absen dalam mempertahankan dan mengisi kemerdekaan. NU juga selalu berkontribusi untuk mendorong kader-kader terbaiknya untuk duduk dalam jajaran pemerintahan.

 

"NU siap untuk mengabdi, karena memang memiliki prinsip Hubbul Wathon Minal Iman yang menempatkan posisi di mana cinta tanah air sebagian dari iman karena itu pengabdian kepada bangsa kepada negara bagian dari aqidah islamiyah," jelasnya.

 

Kiai Ma'aruf mengungkapkan bahwa NU memiliki banyak pilot-pilot yang handal sehingga situasi apa pun dapat diatasi dengan baik dengan akhir yang menyenangkan.

 

"Bagi pemerintah ini sangat menggembirakan dan menyenangkan karena selama ini dianggap dapat menjadi persatuan umat di Indonesia," ungkapnya.

 

Lebih lanjut, kiai Ma'ruf mengatakan bahwa hasil Muktamar ke-34 Nu ini adalah sesuatu yang harus disyukuri bagi seluruh nahdliyin. Ia sangat mengapresiasi terhadap seluruh pihak yang turut berperan dalam mengawal perjalanan mukta,ar dari awal hingga akhir, sehingga dapat berjalan dengan damai dan tentram karena untuk menjaga amanat yang diemban. Di NU tidak boleh ada terjadi perpecahan, permusuhan serta ketidakkompakan hingga membuat kiprah NU menjadi lemah.

 

 "Alhamdulillah muktamar kali ini dapat berjalan dengan aman, lancar dan juga damai," ujarnya saat menyampaikan sambutan pada penutupan Muktamar ke 34 NU di Universitas Raden Intan, Lampung, Jum'at (24/12/2021).

 

Dalam kesempatan ini, dirinya juga mengajak seluruh nahdliyin untuk terus menjaga sikap-sikap terpuji yang diajarkan para ulama, yaitu sikap saling mencintai, saling menyayangi, saling membantu, sikap saling menolong.

 

Ia berpesan agar umat islam harus saling menyayangi dan mencintai seperti tubuh yang satu, sama seperti satu bangunan. Dimana yang satu sama lain saling menopang sehingga menjadi bangunan yang kuat dan hebat untuk mewujudkan khittah nahdliyah bersama.

 

"Bagi saya khittah nahdliyah itu jugaberarti khittah nabawiyyah (garis perjuangan para nabi) juga khittah Islakhiyah (perjuangan perbaikan)," imbuhnya

 

Menurut Kiai Ma'ruf, Hadratussyaikh KH Hasyim Asy'ari menuturkan bahwa NU adalah jamiyatul islakhi yaitu gerakan organisasi perbaikan, NU adalah kharokatul ulama fii Islakhil ummah diniyyahtan wa ijtimaiyyatan, yaitu gerakan ulama dalam memperbaiki umat dalam urusan agama maupun kemasyarakatannya.

 

Dalam semua tataran, baik dalam tanggung jawab keumatan (masuliyah ummatiyah), hingga tanggung jawab kebangsaan dan kenegaraan (masuliyah wathaniyah) hingga tanggung jawab global (masuliyah alamiyah) merupakan kiprah NU dalam melakukan perbaikan keseluruhan.

 

"NU mempunyai tanggung jawab global, dapat dipahami dari gambar logo NU yang terdapat gambar bola dunia dengan di tengahnya dilalui huruf dlo' pada lafadz Nahdlatul Ulama, yang artinya misi NU adalah menduniakan ajaran Islam ahlussunnah wal jamaah," terangnya.

 

Kiai Ma'ruf juga menyatakan bahwa tema Muktamar ke 34 NU 'Menuju Satu Abad NU, Membangun Kemandirian Warga Untuk Perdamaian Dunia' ini sangat tepat, karena Indonesia mempunyai modal yang cukup untuk dapat mewujudkan perdamaian dunia.

 

Ia menceritakan bahwa ada seorang produser film dari Italia datang ke Indonesia beberapa tahun yang lalu untuk melihat islam nusantara untuk dijadikan bahan untuk membuat film yang diputar di beberapa negara di Eropa dan Emerika.

 

"Mereka datang ke Banten dilihat Baduy orang Baduy yang di tengah-tengah umat Islam tidur dengan nyenyak tidak ada gangguan, kemudian di Borobudur dan Bromo yang aman, tidak diganggu oleh umat islam, ini mungkin semuanya dikawal Barisan Ansor Serbaguna (Banser)," kata kiai Ma'aruf.

 

Produser film asal eropa tersebut kemudian menyatakan film ini adalah yang terbaik dan santri-santri Nusantara merupakan pemimpin masa depan yang akan membawa perbaikan dunia menuju terjadinya perdamaian.

 

Kiai Ma'ruf juga menceritakan bahwa beberapa minggu yang lalu juga datang utusan dari majlis hukama muslim yang berpusat di Al-Azhar, Mesir. Seorang sekretaris jenderal tersebut menemui saya untuk belajar tentang bagaimana islam yang wasathiyah dan rahmatan lil alamin yang nyata sudah menjadi watak umat Islam di Indonesia. 

 

"Dia bilang ke saya, datang ke Indonesia bukan ingin mengajari orang Indonesia. Akan tetapi saya datang ke Indonesia, saya mau belajar tentang islam wasathiyah (moderat) tentang watak umat islam di Indonesia yang dibawa oleh Nahdlatul Ulama. Dia juga bilang, sekarang bukan waktunya lagi tulisan-tulisan berbahasa Arab diterjemahkan ke Indonesia tapi sekarang kami akan belajar tulisan-tulisan Indonesia dibalik yang harus diterjemahkan ke dalam bahasa Arab supaya orang-orang di Timur tengah paham betul tentang Islam yang rahmatan lil alamin Islam yang toleran di Indonesia," papar kiai Ma'ruf.

 

Kiai Ma'ruf menganggapnya sebagai modal besar yang dimiliki oleh kamilah Nahdlatul Ulama guna dikembangkan untuk membawa Islam yang damai di seluruh dunia dalam rangka ikut menata masyarakat global.

 

"Oleh karena itu, sudah saatnya disamping masalah keumatan kebangsaan dan kenegaraan saat ini, tapi juga masalah dunia global yang sampai sekarang belum menentu dan masih terjadi konflik di berbagai tempat di dunia dan belum ada konsep yang bisa menyelesaikan konflik-konflik tersebut," tegasnya.

 

Maka yang harus kita lakukan sebagai warga Nahdliyah adalah menata ulang langkah-langkah perbaikan yang harus kita lakukan. Khittah merupakan platform permanen, karena itu bagaimana kita menterjemahkan khittah ini dalam bentuk-bentuk yang kita sesuaikan, agar apa yang kita lakukan benar-benar mengarah kepada upaya perbaikan umat.

 

Kiai Ma'ruf mengingatkan agar langkah-langkah yang diambil NU harus merupakan langkah perbaikan bukan untuk mencari kemasyhuran ataupun kekuasaan. Kekuasaan adalah Khatwah Rabbaniyyah, dimana yang menentukan siapa yang berhak berkuasa adalah Allah semata.

 

"Allah yang memberikan urusan pemerintahan kepada siapa yang dikehendakinya. Selain itu, Allah juga yang mencabut kekuasaan dari orang-orang yang dia kehendaki," dawuh kiai Ma'ruf dengan mengutip salah satu ayat Al-Qur'an.

 

Kiai Ma'ruf juga menyinggung bahwa NU harus mampu menyiapkam sumber daya manusia untuk melakukan perbaikan terhadap masalah keagamaan, ekonomi, sosial budaya dan politik agar membawa kemaslahatan di dunia dan akhirat.

 

"Konsep islam itu bukan hanya maslahat di dunia, tapi juga maslahat di fase kedua yaitu akhirat. Dengan membangun SDM yang unggul dan mampu mengemban tugas besar dengan baik untuk memperbaiki langkah-langkah supaya lebih cepat menuju terwujudnya kembali hamasah, yaitu semangat seperti yang pernah dimiliki di zaman yang lalu," ulas kiai Ma'ruf.

 

Kiai Ma'ruf menjelaskan bahwa yang harus diperbaiki NU ialah langkah-langkahnya serta menggiatkan langkah-langkah tersebut agar lebih tepat terhadap khittah nahdliyah. Jadi, tugas NU adalah bergerak dan menggerakkan, untuk hasilnya adalah urusan Allah.

 

Ia teringat kisah Siti Maryam dalam keadaan lelah dan lemah, kemudian diminta oleh Allah untuk menggerakkan pohon kurma disekitarnya agar berjatuhan buah kurma sebagai bahan makanannya.

 

"NU harus sesuai dengan namanya adalah oleh gerakan, oleh karena itu harus selalu bergerak. Kalo tidak, maka dirubah menjadi sukutul ulama atau diamnya para ulama," terangnya.

 

Editor: Risma Savhira

Maschan Yusuf
Editor: Risma Savhira

Artikel Terkait