Nusiana

Cerita Gus Dur tentang Kecerdasan Tukang Becak Madura

Kamis, 9 Juli 2020 | 02:16 WIB

Cerita Gus Dur tentang Kecerdasan Tukang Becak Madura

Pengayuh becak asal Madura kerap menyimpan kisah humor. (Foto: NOJ/DT)

Ini cerita Fahry Ali saat KH Abdurrahman Wahid (allahumma yarham) di Australia.
Bahwa saat malam makin larut, tamu di rumahnya di Clayton, Melbourne, Australia tinggal, 5 orang yang ‘setia’.


Gus Dur yang bersila di atas karpet, menyandarkan punggungnya di kursi panjang. Kursi yang dilengkapi tempat khusus meletakkan telpon itu, dibeli tuan rumah di toko barang bekas di Dandenong. 


Tapi, kendati yang tersisa hanya segelintir orang, cerita kecil tetap berlanjut. Kali ini, Gus Dur berkata: Bahwa tahun 1950-an di Surabaya masih ada trem. Sebuah kendaraan umum mirip kereta, tapi lebih pendek, yang digerakkan listrik. 

ADVERTISEMENT BY OPTAD


Suatu ketika, trem tersebut melaju kencang di atas relnya. Namun tiba-tiba, sebuah becak yang dikayuh orang Madura berhenti di lintasan rel itu. 


Jarak antara trem dan becak hanya tinggal 15 meter. Dengan gugup dan susah-payah, masinis menekan rem sehabis-habisnya. Dan trem berhasil terhenti hanya beberapa inci dari becak. 

ADVERTISEMENT BY ANYMIND


Terenggah-engah, marah dan penuh emosi, sang masinis melotot dan berteriak kepada tukang becak itu:


"Hai! Kamu kok berdiri di situ?! Tidak bisa mundur?!"

ADVERTISEMENT BY OPTAD


Dengan tenang, tukang becak itu menjawab:


“Saya bisa. Sampean enggak.”

ADVERTISEMENT BY ANYMIND


Ha ha ha, orang Madura dilawan.......

ADVERTISEMENT BY ANYMIND


Terkait