Opini

Integrasi Kepanduan dengan Nilai Keagamaan

Sabtu, 3 Mei 2025 | 19:00 WIB

Integrasi Kepanduan dengan Nilai Keagamaan

Ilustrasi apel Sako Pramuka Maarif NU. (Foto: Istimewa)

Satuan pendidikan yang bernaung di bawah LP Ma'arif NU saat ini berjumlah lebih dari 21 ribu, yang terdiri dari satuan pendidikan berbentuk sekolah ataupun madrasah. Satuan pendidikan ini tersebar dari Aceh sampai Papua, serta memiliki beragam kualitas, berada di kota dan pedesaan. Jumlah yang besar itu tentu menjadi potensi untuk untuk digerakkan menjadi kegiatan bermanfaat untuk meningkatkan nilai pendidikan. Satu di antaranya adalah melalui gerakan kepanduan. Gerakan kepanduan ini penting untuk meningkatkan mentalitas kemandirian pada diri setiap anggotanya yang notebene adalah para siswa.

 

Untuk itulah pada tahun 2013, LP Ma’arif NU berinisiatif membentuk sebuah Satuan Komunitas Pramuka di kalangan satuan pendidikan di bawah LP Ma’arif NU yang diberi nama Satuan Komunitas Pramuka Ma’arif NU. Satuan Komunitas Pramuka Ma’arif NU yang selanjutnya disingkat Sako Ma’arif NU adalah satuan organisasi penyelenggara pendidikan kepramukaan, yang berbasis organisasi masyarakat berbasis keagamaan, Nahdlatul Ulama.

ADVERTISEMENT BY OPTAD

 

Secara lebih rinci, Sako Pramuka Ma’arif NU merupakan organisasi pendukung Gerakan Pramuka yang merupakan himpunan dari gugus depan berbasis komunitas satuan pendidikan yang mempunyai kesamaan afiliasi kelembagaan kepada Nahdlatul Ulama. Selain berbasis keagamaan, Sako Pramuka juga bisa dibentuk atas dasar profesi atau aspirasi tertentu.

 

Sebagaimana amanat undang-undang kepramukaan bahwa kegiatan gerakan Pramuka adalah kegiatan yang wajib ada di setiap satuan pendidikan. maka wajar kiranya jika LP Ma’arif NU berinisiatif membuat komunitas kepramukaannya agar dapat mengakselerasikan gerakan pramuka di kalangan para siswa NU. Para siswa di satuan pendidikan NU tersebut, baik yang secara kelembagaan milik NU, milik orang NU yang berada di bawah LP Ma’arif NU, dan mereka yang terafiliasi dengan NU, dapat mengikuti Sako Pramuka Ma’arif NU.

ADVERTISEMENT BY ANYMIND

 

Sako Ma'arif dan Agama yang Menggerakkan

Kritik Karl Marx di Eropa bahwa agama pada masanya adalah candu, maka tidak demikian halnya dengan yang terjadi di negara-negara Asia dan Afrika. Agama banyak digunakan untuk membangkitkan orang-orang, untuk membuat orang-orang bergerak memperoleh haknya dan mengembangkan dirinya sendiri.

ADVERTISEMENT BY OPTAD

 

Pada masa Marx, gereja dan kekuasaan memang berkelindan membentuk sebuah dinding yang sulit ditembus bagi pikiran-pikiran saintifik sehingga kebangkitan Eropa pada masanya dilakukan dengan cara memisahkan agama dan negara. Hal demikian agar pikiran-pikiran bebas itu tidak dikebiri atas nama agama oleh negara atas permintaan para agamawan. Dengan meletakkan agama pada ruang privat dan negara pada ruang publik, maka kreativitas itu dapat dibuat. 

 

Fenomena sebaliknya terjadi di Asia dan Afrika, di mana kebangkitan itu justru berasal dari semangat yang diletupkan oleh nilai-nilai agama. Fenomena penerjemahan karya-karya filsafat Yunani pada masa Dinasti Abbasiyah di Baghdad misalnya terjadi karena ada penghargaan yang besar dari agama Islam atas ilmu dan orang yang berkecimpung di dalamnya. Pada masa kolonialisme, gerakan-gerakan perlawanan atas penjajahan dan pengibaran panji-panji kemerdekaan juga dipicu oleh semangat keagamaan untuk mengusir segala bentuk kedzaliman.

ADVERTISEMENT BY ANYMIND

 

Maka m, dari itu Sako Ma’arif NU menjadi penting untuk melihat potensi besar meletakkan agama sebagai penggerak bagi peradaban Nusantara. Oleh karenanya, meletakkan gerakan Pramuka dalam satuan pendidikan berbasis keagamaan akan membantu orang-orang untuk memahami bahwa Pramuka itu tidak hanya bernilai keduniawian saja, tetapi ia juga memiliki nilai tambah ibadah jika dilakukan dengan niat yang benar untuk tujuan yang benar.

 

Nilai tambah inilah salah satu kelebihan yang bisa dilakukan oleh komunitas NU di Indonesia. Ia dipercaya memiliki nilai keagamaan yang positif untuk merekatkan kebangsaan dan juga melakukan pemberdayaan masyarakat. Hal ini karena NU berhasil membuat para jamaahnya bergerak tidak atas nama kepentingan duniawi tapi gerakan atas nama kepentingan akhirat. 

 

Para jamaah ibu-ibu Muslimat NU misalnya, dapat dengan mudah kita lihat mereka menghadiri pengajian-pengajian yang digelar oleh komunitasnya tanpa dibayar. Para bapak-bapak jamaah NU dapat duduk berjam-jam tanpa perlu dijanjikan bayaran oleh orang yang mengajaknya. Semuanya dilakukan karena mereka percaya bahwa acara-acara yang dilakukan oleh NU adalah kegiatan-kegiatan yang bernilai akhirat dan dapat memberikan manfaat bagi mereka pada kehidupan setelah mati.

ADVERTISEMENT BY ANYMIND

 

Selama ini salah satu kelemahan gerakan Pramuka adalah ia sering dipandang sebagai kegiatan yang tidak memiliki basis semangat keagamaan di dalamnya, dan tidak jarang dipertentangkan dengan kegiatan ekstra keagamaan lain seperti mengaji dan kegiatan keagamaan lain di masyarakat. Kegiatan Pramuka sering hanya diasosiasikan dengan nyanyi-nyanyian yang bagi kalangan beragama sering kali berkonotasi negatif. 

 

Dengan membentuk Sako Pramuka, LP Ma’arif NU mencoba meletakkan Pramuka sebagai perkara yang juga memiliki nilai keagamaan dan bermanfaat bagi para anggotanya. Sako Pramuka Ma’arif NU juga dapat memutus anggapan bahwa Pramuka hanya masalah nyanyi-nyanyi, baris berbaris, dan tali temali, yang tidak memiliki nilai keagamaan dan tidak memiliki keuntungan bagi  keakhiratan.

 

Menjadi pramuka bagi siswa NU juga menjadi implementasi dari kaidah “manusia terbaik adalah yang bermanfaat bagi manusia lainnya”. Nilai kepramukaan yang suka menolong orang, menghormati lingkungan dan memiliki karakter baik, perlu terus didengungkan di kalangan para siswa, terutamanya anggota Pramuka.

 

Sako Pramuka Ma’arif NU bertindak menjembatani para siswa untuk dapat selamat di dunia dengan berbagai skill yang diajarkan dan selamat pula di akhirat dengan karakter baik yang ditanamkan. Sebuah pola pikir yang tidak mempertentangkan antara dunia dan akhirat serta tidak pula menjadi sikap harus memilih salah satunya dalam kehidupan sekarang. 

 

Sebuah masalah yang dihadapi oleh anak generasi masa kini kebanyakan adalah mereka yang cenderung taat beragama akan sedikit abai terhadap masalah sosial. Sementara mereka yang cemerlang dalam dunia sosial dan akademik cenderung melakukan pengabaian terhadap agamanya. Sako Pramuka Ma’arif NU mengambil posisi mempertemukan keduanya sehingga dapat menghasilkan pribadi yang holistik, memiliki akar keimanan yang kuat, serta puncak kepribadian yang mulia.

ADVERTISEMENT BY ANYMIND