OPOP Jatim Yakin Ekonomi Pesantren Pulih di Tengah Pandemi
Senin, 31 Mei 2021 | 16:30 WIB
Surabaya, NU Online Jatim
Pesantren di era saat ini memiliki fungsi ganda. Tidak hanya sebagai lembaga pendidikan, namun juga sebagai lembaga pemberdayaan ekonomi umat. Namun, saat pandemi Covid-19 membuat pesnatren tidak maksimal dalam menjalankan fungsi strategi situ.
ADVERTISEMENT BY OPTAD
Sekitar 6.000 pesantren yang tersebar di Jawa Timur dengan jumlah kurang lebih satu juta santri harus menahan diri dan beradaptasi di kondisi yang serba terbatas ini. Pesantren mengalami kondisi dilematis, ketika memutuskan santri harus kembali. Beberapa Pesantren bahkan melarang santri kembali ke pondok dengan alasan menghindari pandemi. Kondisi tersebut berdampak pada upaya pesantren melahirkan kader-kader dakwah sekaligus kader pemberdayaan ekonomi umat.
ADVERTISEMENT BY ANYMIND
Setelah satu tahun lebih menghadapi masa pandemi ini, pesantren mulai membuka diri dengan tetap melakukan upaya-upaya pencegahan penularan Covid-19. Pola pemberdayaan ekonomi mulai dijalankan kembali. Pondok Pesantren kembali melakukan proses produksi dengan menggunakan digital teknologi.
ADVERTISEMENT BY OPTAD
Muhammad Ghofirin, Sekretaris One Pesantren One Product (OPOP) Jatim mengatakan bahwa dirinya yakin pesantren di Jatim bisa bangkit dengan melakukan berbagai upaya percepatan.
ADVERTISEMENT BY ANYMIND
“Kebangkitan pesantren sudah saatnya didorong dan sejalan dengan kebangkitan Jatim,” katanya, Senin (31/05/2021).
Melalui program OPOP Jatim, pesantren didorong untuk menjadi produsen sekaligus konsumen. Pesantren diharapkan melakukan transaksi bilateral antar pesantren. Jawa Timur gudangnya Pesantren, tentu menjadi gudangnya produk-produk, baik sektor kuliner, pakaian, kerajinan, perikanan, pekebunan, pertanian, jasa dan digital teknologi.
ADVERTISEMENT BY ANYMIND
“Hal ini menjadi kekuatan Jatim untuk bangkit,” terangnya.
Pesantren juga dihubungkan oleh sistem yang memudahkan dalam berbelanja dan sekaligus menjual produk-produk pesantren.
“Dengan demikian perputaran dan transaksi akan terjadi. Peningkatan kapasitas Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) berbasis pesantren juga harus dilakukan melalui pelatihan, pendampingan, sertifikasi, dan standarisasi produk,” jelasnya.
ADVERTISEMENT BY ANYMIND