Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network

Pendidikan

Lahirkan Mahasiswa Unggul, Unisma Implementasikan Merdeka Belajar Kampus Merdeka

Kampus Unisma. (Foto: NOJ/LPPM Unisma)

Malang, NU Online Jatim

Universitas Islam Malang (Unisma) sebagai salah satu Lembaga Pendidikan Tinggi Nahdlatul Ulama (LPTNU) terbaik turut merespons program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM). Unisma melakukan berbagai implementasi guna mendukung program ini. Hal tersebut disampaikan oleh Prof H Maskuri, Rektor Unisma, Ahad (13/06/2021).

 

“Unisma saat ini sudah melakukan berbagai terobosan baru terkait MBKM. Bukan sekedar persiapan namun sudah dilakukan,” kata Prof Maskuri.

 

Berbagai terobosan itu antara lain kerja sama dengan perguruan tinggi dari dalam dan luar negeri.

 

“Diantaranya kami memiliki program pertukaran pelajar baik dari dalam dan luar negeri. Di luar negeri banyak mahasiswa kita kuliah selama satu semester seperti di Rusia, Thailand, Taiwan, Jepang. Mahasiswa asal Uzbekistan juga berkuliah selama satu semester di Unisma,” terangnya.

 

Tidak hanya itu, Unisma juga melakukan kerja sama dengan perusahaan, perindustrian, Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Badan Usaha Milik Swasta (BUMS), dan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD).

 

“Mahasiswa Unisma juga melakukan magang di dunia usaha dan industri. Dengan ini banyak mahasiswa kita yang belum lulus tapi sudah bekerja di perusahaan nasional dan internasional,” ungkapnya.

 

Respons positif Unisma terhadap MBKM ini menurut Prof Maskuri adalah sebagai upaya untuk mempersiapkan mahsiswa yang berdaya saing.

 

“Kita mempersiapkan mahasiswaa bukan hanya intelek yang ulama atau ulama yang intelek namun jg punya jiwa wirausaha yang tinggi. Sehingga mahasiswa memiliki luaran yang berdaya saing,” ujarnya.

 

Oleh karena itu, pembelajaran di Unisma juga didesain sedemikian rupa untuk mendukung cita-cita tersebut.

 

“Proses pembelajaran mahasiswa kami desain 40 persen di kelas, 60 persen praktek. Jadi mahasiswa melakukan research and development agar dekat dengan realitas dan dapat menjadi problem solving,” pungkas Prof Maskuri.

Risma Savhira
Editor: Risma Savhira

Artikel Terkait