Unusa Kampanye Atasi Obesitas Anak dan Remaja Bareng UNICEF
Rabu, 30 April 2025 | 21:00 WIB

Unusa dan UNICEF saat melakukan kampanye publik tentang obesitas anak dan remaja di halaman kampus Unusa, Selasa (29/04/2025). (Foto: NOJ/ Dok. Humas Unusa)
Surabaya, NU Online Jatim
Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (Unusa) dan United Nations International Children’s Emergency Fund (UNICEF) berkolaborasi menggelar kampanye publik untuk meningkatkan kesadaran tentang obesitas anak dan remaja di Indonesia. Kegiatan ini dipusatkan di halaman Unusa Tower Kampus B, Surabaya, Selasa (29/04/2025).
ADVERTISEMENT BY OPTAD
Nutrition Officer Unicef, dr Karina Widowati, menjelaskan bahwa data terkini jumlah kasus obesitas menunjukkan tren peningkatan yang mengkhawatirkan. Ia merujuk pada temuan prevalensi kegemukan pada balita mengalami pembalikan sejak tahun 2023. Riset menunjukkan obesitas pada anak usia 5-12 tahun meningkat dari 11 persen (2013) menjadi 12 persen (2023). Peningkatan lebih signifikan terjadi pada kelompok usia 13-15 tahun dan 16-18 tahun.
“Ini memang perjalanan yang tidak mudah. Meski prevalensi stunting berhasil diturunkan dari 28 persen (2019) menjadi 21 persen (2023), masalah obesitas justru meningkat. Situasi ini mencerminkan kompleksitas tantangan gizi yang dihadapi negara ini, di mana kekurangan dan kelebihan gizi hadir bersamaan,” ujarnya.
ADVERTISEMENT BY ANYMIND
Karina juga menyerukan keterlibatan orang tua dalam mendidik anak soal gizi dan pola makan sehat. Salah satu rekomendasinya adalah konsumsi minimal lima porsi buah dan sayur per hari serta membiasakan membaca label gizi pada makanan kemasan.
“Harus ada kebiasaan makan di rumah, butuh juga dukungan dari orang tua untuk memasak dan memastikan anaknya memperoleh makanan yang sehat,” katanya.
ADVERTISEMENT BY OPTAD
Selain itu, butuh kebiasaan untuk olahraga bagi anak-anak. Bahkan saat berada di dalam kelas pun bisa dilakukan. “Jadi olahraga bisa dilakukan di mana saja, termasuk di dalam ruangan. Aktivitas itu bisa menjadi pengimbang asupan gizi yang baik dengan kebiasaaan rutin olahraga,” terangnya.
Dalam kesempatan yang sama, Analis Kesehatan Seksi Kesehatan Gizi Masyarakat (KGM) di Bidang Kesehatan Masyarakat, Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur, Budi Indrawati, mengungkapkan bahwa salah satu hambatan utama dalam upaya pencegahan dan pengendalian obesitas adalah rendahnya pemahaman masyarakat bahwa obesitas termasuk dalam kategori penyakit.
ADVERTISEMENT BY ANYMIND
"Masih banyak yang menganggap obesitas hanya masalah penampilan, padahal ini adalah kondisi medis yang bisa memicu berbagai penyakit kronis," ujarnya.
Ia menambahkan, peningkatan edukasi, kesadaran, dan kepedulian masyarakat sangat penting, terutama melalui deteksi dini. "Deteksi sedini mungkin sangat penting untuk menjaga kesehatan tubuh dan mencegah penyakit tidak menular seperti diabetes dan tekanan darah tinggi," jelasnya.
Sementara itu, Ketua LPPM Unusa Achmad Syafiuddin, menyampaikan bahwa UNICEF dan LPPM Unusa merekomendasikan pendekatan multi-aspek. Pencegahan obesitas tidak bisa terselesaikan jika tidak dilakukan melalui pendekatan multi-aspek. Gaya hidup aktif dengan meningkatkan aktivitas fisik regular, mengurangi waktu di depan layar, dan mendorong kegiatan outdoor untuk anak-anak sangat diperlukan.
ADVERTISEMENT BY ANYMIND
“Saat ini anak-anak sudah jarang terpapar kegiatan bermain di luar ruangan. Mereka terbiasa nyaman dengan aktivitas di dalam ruang yang cenderung minim gerakan. Melalui pendekatan-pendekatan tersebut pada 2045, kita akan menyaksikan generasi yang siap menjadi negara maju dengan status gizi yang baik dan literasi gizi yang tinggi,” jelasnya.
Diketahui, kampanye ini bertajuk “Be Healthy, Be Happy – Let’s Help Everyone Stay That Way”. Agenda ini dihadiri ratusan pelajar SMA/sederajat dari Surabaya dan Sidoarjo.
ADVERTISEMENT BY ANYMIND