• logo nu online jatim
Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network
Kamis, 25 April 2024

Kediri Raya

Haul ke-2, KH Zainuddin Ploso Sosok Luar Biasa

Haul ke-2, KH Zainuddin Ploso Sosok Luar Biasa
KH Nurul Huda Djazuli memberikan mauidhoh. (Foto: NOJ/@Alfalah_ploso)
KH Nurul Huda Djazuli memberikan mauidhoh. (Foto: NOJ/@Alfalah_ploso)

Kediri, NU Online Jatim

Salah satu kiai kharismatik asal Kediri, tepat pada 1 Juni 2023 atau 12 Dzulqa'dah 1444 H diperingati Haul ke-2 Almaghfurlah KH A Zainuddin Djazuli. Salah satu pengasuh Pondok Pesantren Al-Falah Ploso, sekaligus putra pertama pendiri pondok yaitu KH Utsman Djazuli.

 

KH Nurul Huda Djazuli mengungkapkan bahwa kakaknya tersebut memiliki jasa yang luar biasa. Sebagai putra sulung, Kiai Din atau Gus Din sapaan akrabnya menjadi teladan bagi adik-adiknya.

 

"Kita mengingat jasa Kiai Din luar biasa. Betapa tidak, Kiai Din adalah anak pertama dari Kiai Djazuli. Otomatis beliau bersusah payah dan lelah dari pada yang lain," ungkap KH Nurul Huda Djazuli dalam sambutannya, Kamis (01/06/2023).

 

Dalam haul ini, Kiai Nurul Huda mengungkapkan, hadiah yang paling berharga dari orang yang masih hidup kepada orang yang telah wafat adalah memintakan istighfar dan doa.

 

Ungkapan tersebut sebagaimana dalam kitab karangan Syekh Nawawi Banten yaitu di Kitab Nihayatuz Zain. Di situ menerangkan, hadiah orang-orang yang masih hidup kepada orang-orang yang telah meninggal dunia adalah doa dan memintakan ampunan kepada Allah (istighfar) kepada mayit.

 

"Malam ini kita semuanya, khususnya keluarga tidak lain untuk menghaturkan kado. Hadayatul ahyaai lil amwaati, ad du'au wal istighfaru," bebernya.

 

Kiai yang pernah nyantri ke ke Almaghfurlah KH Mahrus Ali Pengasuh Pondok Pesantren Lirboyo ini menjelaskan Kiai Din langsung mendapat tarbiyah dari sang ayah. Tarbiyah yang didapat tidaklah mudah, harus bersungguh-sungguh dan riyadhoh. 

 

"Seingat saya, beliau tidak bisa pisah dari Mbah Kiai Jazuli minashobah Ilal masya'. Berada dalam asuhan Kiai Djazuli, disuruh membaca kitab dan memaknai," bebernya.

 

Kiai Nurul Huda menyaksikan bahwa tulisan makna kitab sang kakak cukup bagus. Sehingga tidak jarang menjadi bahan rujukan santri-santri lain untuk dipinjam sebagai contoh menambal kitab yang belum terisi.

 

"Maknanya paling bagus, sehingga menjadi pinjaman oleh santri lain ke mana-mana," terangnya.

 

Ayah dari KH Muhammad 'Abdurrahman Al Kautsar ini juga mengingatkan kepada santri-santri untuk bersungguh-sungguh dalam mengaji di pondok pesantren. Termasuk dalam hal mencatat tambahan-tambahan dari masyayikh atau asatidz.

 

Sebab, dengan catatan itulah dikatakan Kiai Nurul Huda merupakan kekuatan yang akan terus langgeng. Berbeda dengan ingatan, akan cepat lupa sebagaimana ungkapan al insanu mahalul khoto' wa nisyan. Manusia itu tempatnya salah dan lupa.

 

"Catatan itu penting jangan sampai meninggalkan ini. Ikatlah buruan itu dengan tali yang kuat. Mudah-mudahan ada faidah dan manfaatnya, jangan sampai kita semua ini menjadi orang yang sembrono. Mengaji tidak pernah di pelajari dan tidak pernah dihafalkan," tandasnya.


Kediri Raya Terbaru