• logo nu online jatim
Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network
Kamis, 28 Maret 2024

Keislaman

Penjelasan Shalat Memakai Sandal dan Hukum Menggunakan Sajadah

Penjelasan Shalat Memakai Sandal dan Hukum Menggunakan Sajadah
Klaim manhaj salaf di sejumlah gambar terkait penggunaan sandal dan tikar kala shalat adalah pengakuan penuh kebohongan. (Foto: NOJ/FBk)
Klaim manhaj salaf di sejumlah gambar terkait penggunaan sandal dan tikar kala shalat adalah pengakuan penuh kebohongan. (Foto: NOJ/FBk)

Beberapa hari terakhir beredar gambar dengan keterangan bahwa shalat yang benar adalah dengan memakai sandal. Sehingga saat sujud dan sejenisnya, posisi sandal masih digunakan. Celakanya, pada keterangan gambar disebutkan sejumlah dalil sehingga mengesankan mereka yang tidak melakukan hal tersebut salah.  


Berikut keterangan KH Ma’ruf Khozin yang memang kerap memberikan bantahan atas sejumlah klaim yang disampaikan kelompok tertentu. 


“Klaim manhaj salaf di gambar ini lagi-lagi sekadar pengakuan yang penuh kebohongan. Sebab ulama salaf tidak semuanya mengatakan sunah memakai sandal saat shalat,” kata Ketua Pengurus Wilayah (PW) Aswaja NU Center Jawa Timur ini di status Facebooknya beberapa waktu lalu.


Alumnus Pesantren Ploso, Kediri ini memberikan penjelasan bahwa dalil yang disampaikan bahwa memakai sandal adalah sunah yang terdapat dalam kitab Sunan Abi Dawud dengan no 650 dalam versi Syamilah Android


“Andaikan tidak tergesa-gesa menyimpulkan dan mereka mau membuka nomor hadits selanjutnya, akan berpendapat sama seperti mayoritas ulama,” terangnya.


Abu Dawud meriwayatkan pada no 653 sebagai berikut: 


ﻋﻦ ﻋﻤﺮﻭ ﺑﻦ ﺷﻌﻴﺐ، ﻋﻦ ﺃﺑﻴﻪ، ﻋﻦ ﺟﺪﻩ، ﻗﺎﻝ: ﺭﺃﻳﺖ ﺭﺳﻮﻝ اﻟﻠﻪ ﺻﻠﻰ اﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ «ﻳﺼﻠﻲ ﺣﺎﻓﻴﺎ ﻭﻣﻨﺘﻌﻼ»


Artinya: Dari Amr bin Syuaib dari kakeknya bahwa ia melihat terkadang Rasulullah Shalallahu Alaihi Wasallam shalat tanpa sandal dan terkadang pakai sandal.


Di hadits ini jelas-jelas ada sahabat yang melihat Nabi Muhammad tidak pakai sandal saat shalat. Apakah dengan demikian Nabi melakukan bid'ah?


Di bab berikutnya Abu Dawud menulis: 


ﺑﺎﺏ اﻟﻤﺼﻠﻲ ﺇﺫا ﺧﻠﻊ ﻧﻌﻠﻴﻪ ﺃﻳﻦ ﻳﻀﻌﻬﻤﺎ


Artinya: Jika orang yang shalat melepas sandalnya, di mana ia meletakkan keduanya?


Lalu Abu Dawud meriwayatkan hadits no 654: 


ﻋﻦ ﺃﺑﻲ ﻫﺮﻳﺮﺓ، ﺃﻥ ﺭﺳﻮﻝ اﻟﻠﻪ ﺻﻠﻰ اﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﻗﺎﻝ: «ﺇﺫا ﺻﻠﻰ ﺃﺣﺪﻛﻢ ﻓﻼ ﻳﻀﻊ ﻧﻌﻠﻴﻪ ﻋﻦ ﻳﻤﻴﻨﻪ، ﻭﻻ ﻋﻦ ﻳﺴﺎﺭﻩ، ﻓﺘﻜﻮﻥ ﻋﻦ ﻳﻤﻴﻦ ﻏﻴﺮﻩ، ﺇﻻ ﺃﻥ ﻻ ﻳﻜﻮﻥ ﻋﻦ ﻳﺴﺎﺭﻩ ﺃﺣﺪ، ﻭﻟﻴﻀﻌﻬﻤﺎ ﺑﻴﻦ ﺭﺟﻠﻴﻪ»


Artinya: Dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah Shalallahu Alaihi Wasallam bersabda: Jika di antara kalian shalat, maka jangan letakkan kedua sandalnya di kanan atau di kiri, maka engkau berada di kanan yang lain kecuali di sebelah kirinya ada seseorang, maka letakkan sandal tersebut di antara kedua kakinya.

 

Shalat di Sajadah dan Tikar
Pembuat meme memang tidak terang-terangan menyebut bidah shalat di sajadah dan sunah mengerjakan shalat di tanah secara langsung. Di gambar yang memaksa sandal beralaskan tanah.


“Andaikan lagi mereka buka Sunan Abi Dawud di no 656, maka akan menjumpai penjelasan hadits,” katanya sembari menyertakan hadits dimaksud, yakni: 


ﻗﺎﻟﺖ ﻣﻴﻤﻮﻧﺔ ﺑﻨﺖ اﻟﺤﺎﺭﺙ : ﻛﺎﻥ ﺭﺳﻮﻝ اﻟﻠﻪ ﺻﻠﻰ اﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ «ﻳﺼﻠﻲ ﻭﺃﻧﺎ ﺣﺬاءﻩ ﻭﺃﻧﺎ ﺣﺎﺋﺾ ﻭﺭﺑﻤﺎ ﺃﺻﺎﺑﻨﻲ ﺛﻮﺑﻪ ﺇﺫا ﺳﺠﺪ ﻭﻛﺎﻥ ﻳﺼﻠﻲ ﻋﻠﻰ اﻟﺨﻤﺮﺓ»


Artinya: Maimunah binti Harits berkata bahwa Nabi Shalallahu Alaihi Wasallam shalat dan saya berada di dekatnya. Terkadang pakaian Nabi menyentuh saya saat beliau sujud. Nabi shalat di atas kain selendang.


Masih di kitab hadits yang sama, tepatnya no 658 Abu Dawud meriwayatkan hal berikut: 


ﻋﻦ ﺃﻧﺲ ﺑﻦ ﻣﺎﻟﻚ، ﺃﻥ اﻟﻨﺒﻲ ﺻﻠﻰ اﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ «ﻛﺎﻥ ﻳﺰﻭﺭ ﺃﻡ ﺳﻠﻴﻢ ﻓﺘﺪﺭﻛﻪ اﻟﺼﻼﺓ ﺃﺣﻴﺎﻧﺎ ﻓﻴﺼﻠﻲ ﻋﻠﻰ ﺑﺴﺎﻁ ﻟﻨﺎ» ﻭﻫﻮ ﺣﺼﻴﺮ ﻧﻨﻀﺤﻪ ﺑﺎﻟﻤﺎء


Artinya: Nabi Shalallahu Alaihi Wasallam mendatangi Ummu Sulaim. Kadang bersamaan dengan waktu shalat. Nabi shalat di atas tikar kami. Yaitu tikar yang kami basahi dengan air (dibersihkan dengan air).


Terkait kualitas hadits, maka Kiai Ma’ruf Khozin menyilakan untuk melakukan pengecekan terkait shahih dan tidaknya sejumlah hadits tersebut. 


“Antum kan pengikut Syekh Albani? Silakan cek sendiri penilaian beliau terhadap hadits-hadits yang saya tampilkan,” tutupnya.


Keislaman Terbaru