• logo nu online jatim
Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network
Sabtu, 27 April 2024

Keislaman

Benarkah Tidurnya Orang Berpuasa Bernilai Ibadah?

Benarkah Tidurnya Orang Berpuasa Bernilai Ibadah?
Tidurnya orang berpuasa tidak bisa dipahami sekedar tidur begitu saja (Foto: NOJ/sehatfresh)
Tidurnya orang berpuasa tidak bisa dipahami sekedar tidur begitu saja (Foto: NOJ/sehatfresh)

Memasuki bulan Ramadhan, beberapa kegiatan harian seperti makan minum mengalami penyesuaian, sebab jam makan minum digeser ketika berbuka dan sahur. Tak pelak, sistem kerja tubuh mengalami penyesuaian pula. Akhirnya, pagi hingga sore hanya digunakan tidur dengan dalih ibadah. 

Memang ada sebuah hadits yang dijadikan dasar terkait tidurnya orang puasa adalah ibadah, berikut redaksi yang tercantum dalam kitab Syuab al-Iman karya Al-Baihaqi:
 

عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ أَبِي أَوْفَى، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: نَوْمُ الصَّائِمِ عِبَادَةٌ، وَصَمْتُهُ تَسْبِيحٌ، وَعَمَلُهُ مُضَاعَفٌ، وَدُعَاؤُهُ مُسْتَجَابٌ، وَذَنْبُهُ مَغْفُورٌ 
 

Artinya: Dari Abdullah bin Abi Aufa, ia berkata, Rasulullah bersabda, tidurnya orang yang berpuasa adalah ibadah, diamnya tasbih, amalnya dilipatgandakan, doanya dikabulkan (mustajab), dosanya terampuni

Dalam kitab Hilyatul Auliya (5/83) juga disebutkan:
 

عَنِ ابْنِ مَسْعُودٍ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نَوْمُ الصَّائِمِ عِبَادَةٌ، وَنَفَسُهُ تَسْبِيحٌ، وَدُعَاؤُهُ مُسْتَجَابٌ
 

Artinya: Dari Ibn Mas’ud, ia berkata, Rasulullah bersabda, tidurnya orang berpuasa itu ibadah, nafasnya tasbih, doanya dikabulkan


Sayangnya sebagian umat Islam yang berdalih menggunakan hadits tersebut, memaknainya untuk tidur dan bermalas-malasan seharian sambil menunggu waktu berbuka. Padahal, esensi tidur yang berpahala saat puasa bukan begini. Justru hal ini tidak tepat dan tubuh semakin lemas saat bangun.
 

Dalam hal ini Hujjatul Islam, Imam Al-Ghazali menjelaskan:
 

بل من الآداب أن لا يكثر النوم بالنهار حتى يحس بالجوع والعطش ويستشعر ضعف القوي فيصفو عند ذلك قلبه
 

Artinya: Sebagian dari etika dalam puasa adalah tidak memperbanyak tidur di siang hari, hingga seseorang merasakan lapar dan haus dan merasakan lemahnya kekuatan, dengan demikian hati akan menjadi jernih, (Ihya’ Ulum al-Din, juz 1, hal. 246).
 

Dari sini dapat disimpulkan bahwa esensi puasa adalah bagaimana merasakan lapar dan haus, dan menggembleng nafsu hingga mendapatkan kebeningan hati. Puasa Ramadhan bukanlah waktu untuk bermalas-malasan, apalagi tidur seharian, akan tetapi bulan Ramadhan adalah waktu yang tepat untuk beraktivitas mengisi kebaikan, mendekatkan diri kepada Allah, menahan diri dari perbuatan tercela, seperti perkataan buruk, hasud, ghibah, adu domba.
 

Jika memang tidur adalah satu-satunya solusi untuk menghindari perbuatan buruk, maka tidurnya bernilai ibadah, tapi bukan sebagai alasan untuk tidur seharian penuh, bermalas-malasan, tidak beraktivitas, karena itu semua tidak mencerminkan etika orang berpuasa.


Editor:

Keislaman Terbaru