• logo nu online jatim
Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network
Senin, 29 April 2024

Keislaman

Tata Cara dan Niat Shalat Idul Fitri Lengkap dengan Artinya

Tata Cara dan Niat Shalat Idul Fitri Lengkap dengan Artinya
Ilustrasi Shalat Idul Fitri. (Foto: NOJ/ Antara)
Ilustrasi Shalat Idul Fitri. (Foto: NOJ/ Antara)

Shalat Id termasuk salah satu anjuran yang hendaknya dilaksanakan oleh umat Muslim saat hari raya Idul Fitri. Shalat Id yang disyariatkan sejak tahun kedua hijriah ini hukum pelaksanaannya sunnah muakkadah atau sangat dianjurkan. Hal ini sebagaimana yang dilakukan Rasulullah yang selalu menunaikan shalat Id sampai ia wafat.

 

Pelaksanaan Shalat Idul Fitri disunnahkan diperlambat untuk memberikan kesempatan kepada mereka yang belum menunaikan zakat fitrah. Berbeda dengan shalat Idul Adha yang dianjurkan mengawalkan waktu untuk memberi kesempatan yang luas bagi masyarakat yang hendak berkurban selepas rangkaian shalat Id.

 

Secara umum syarat dan rukun shalat Idul Fitri sama sebagaimana shalat fardhu lima waktu. Hanya, ada beberapa tambahan teknis yang sifatnya sunnah. Waktu shalat dimulai sejak matahari terbit sampai masuk waktu shalat Dhuhur.

 

Berikut adalah tata cara shalat Idul Fitri sebagaimana pernah dipublikasikan NU Online dalam tulisan berjudul Tata Cara Shalat Idul Fitri.

 

Pertama, niat shalat Idul Fitri di dalam hati bersamaan dengan takbiratul ihram (membaca Allâhu akbar), dan disunnahkan untuk melafalkan niat sebelumnya. Berikut lafal niatnya,

 

أُصَلِّي سُنَّةً لعِيْدِ اْلفِطْرِ رَكْعَتَيْنِ (مَأْمُوْمًا/إِمَامًا) لِلّٰهِ تَعَــالَى

 

Ushallî sunnatan li ‘îdil fithri rak’ataini ma’mûman (jika jadi imam pakai “imaman”) lillâhi ta’âlâ

 

Artinya: “Aku berniat shalat sunnah Idul Fitri dua rakaat (menjadi makmum/imam) karena Allah ta’ala.”

 

Kedua, membaca doa ifititah. Kemudian disunnahkan untuk mengucapkan takbir sebanyak tujuh kali. Di sela-sela tiap takbir dianjurkan untuk membaca lafal berikut,

 

اللهُ أَكْبَرُ كَبِيرًا، وَالْحَمْدُ لِلّٰهِ كَثِيرًا، وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَأَصِيلًا

 

Allâhu akbar kabîran, wal ḫamdulillâhi katsîran, wa subḫânallâhi bukratan wa ashîla

 

Artinya: “Allah Maha Besar dengan segala kebesaran, segala puji bagi Allah dengan pujian yang banyak, Maha Suci Allah, baik waktu pagi dan petang.”

 

Atau bisa juga lafal ini,

 

سُبْحَانَ اللهِ وَالْحَمْدُ لِلّٰهِ وَلاَ إِلٰهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ

 

Subḫânallâhi wal ḫamdulillâhi wa lâ ilâha illallâhu wallâhu akbar

 

Artinya: “Maha Suci Allah, segala puji bagi Allah, tiada tuhan selain Allah, Allah maha besar.”

 

Ketiga, membaca surat Al-Fatihah. Setelah itu disunnahkan untuk membaca surat Al-A’la, lalu dilanjut ke ruku’, sujud, duduk di antara dua sujud, dan seterusnya hingga berdiri lagi seperti shalat biasa.

 

Keempat, setelah takbir untuk berdiri rakaat kedua, disunnahkan untuk takbir sebanyak lima kali seperti takbir pada rakaat pertama. Kemudian membaca surat Al-Fatihah dan dianjurkan membaca surat Al-Ghasiyah. Lalu lanjut ke ruku’, sujud, dan seterusnya hingga salam.

 

Kelima, selesai salam, jamaah dianjurkan untuk mendengarkan khutbah yang disampaikan khatib terlebih dulu, jangan dulu beranjak dari tempat.

 

Shalat id dilaksanakan dua rakaat secara berjamaah dan terdapat khutbah setelahnya. Namun, bila terlambat datang atau mengalami halangan lain, boleh dilakukan secara sendiri-sendiri (munfarid) di rumah ketimbang tidak sama sekali. 
 

 

Pada khutbah pertama khatib disunnahkan memulainya dengan takbir hingga sembilan kali, sedangkan pada khutbah kedua membukanya dengan takbir tujuh kali. Wallâhu a’lam.


Keislaman Terbaru