• logo nu online jatim
Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network
Sabtu, 27 April 2024

Keislaman

Lebaran Momentum Memuliakan Tetangga dan Tamu

Lebaran Momentum Memuliakan Tetangga dan Tamu
Lebaran menjadi momentun saling bermaafan dengan tetangga (Foto:NOJ/ Tirto)
Lebaran menjadi momentun saling bermaafan dengan tetangga (Foto:NOJ/ Tirto)

Lebaran tentu menjadi hari kebahagiaan tersendiri, terlebih pada hari itu semua masyarakat berbondong-bondong saling bermaafan dan berkunjung ke sanak saudara, tetanggan maupun kolega. Sikap seorang muslim sejati harus bisa memuliakan mereka. Berdasarkan hadits:
 

عن ابي هريرة عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم قَالَ مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُتْ وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ فَلْيُكْرِمْ جَارَهُ وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ فَلْيُكْرِمْ ضَيْفَهُ (رواه الشيخان)
 

Dari Abu Hurairah: Siapa yang  beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaknya ia berkata baik atau diam. Dan siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaknya ia memuliakan tetangganya. Siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaknya ia memuliakan tamunya. (HR. Bukhari dan Muslim)
 

Menurut al-Nawawi bahwa ucapan baik adalah yang terlebih dahulu dipikirkan, memiliki kemaslahatan, dan apabila tidak, maka diam adalah yang terbaik.  Sedangkan makna memuliakan tetangga (ikram al-Jar) adalah bentuk “ihsan” atau berbuat baik kepada orang lain. Bahkan sedemikian fundamentalnya, Jibril berulangkali berpesan kepada Nabi Muhammad untuk memuliakan tetangga, hingga disangka juga mendapatkan hak waris.  Adapun terkait memuliakan tamu adalah memberikan layanan terbaik  melebihi kebiasaan dalam keluarga.
 

Hadits ini menurut Kiai Ahmad Abdul Hamid Kendal termasuk hadits yang sangat penting untuk diperhatikan sebab beberapa cabang hadis bermuara dari hadis ini, terlebih secara tegas surat al-Ahzab ayat 70 menyebutkan وقولوا قولا سديدا" “ (berkatalah dengan kata-kata yang benar) dan Surat Qaf ayat 18 “ ما يَلْفِظُ مِن قَوْلٍ إِلاّ لَدَيْهِ رَقِيبٌ عَتِيدٌ” (tidaklah sebuah ucapan terlontar kecuali di sampingnya ada malaikat Raqib Atid yang memantau dan mengawasi ucapan itu). Intinya, supaya berhati-hati dalam perkataan, karena sangat banyak penyakit hati yang ditimbulkan oleh lisan.
 

Begitu pula Kiai Bisri Mustafa menjelaskan bahwa ciri-ciri iman yang sempurna itu mencakup tiga poin penting, atau bila disederhanakan bagaimana sikap seorang tuan rumah terhadap tetangga dan tamunya, yakni:
 

1. Tidak berkata-kata kecuali perkataan yang baik, maksudnya lisan seseorang harus dijaga, tidak mengucapkan perkataan buruk. Apabila tidak bisa berkata dengan baik, lebih baik diam saja. Ada peribahasa terpelesetnya kaki itu masih mudah ditolong namun terpelesetnya lisan sulit untuk ditolong. Oleh karena itu, hadis ini mewanti-wanti agar berpikir terlebih dahulu sebelum berbicara. Banyak orang yang masuk penjara akibat ucapannya dan banyak pula orang yang menjadi mulia sebab ucapannya.
 

2. Memuliakan tetangga, maksudnya menjaga kerukunan dengan tetangga meskipun non-muslim. Jangan sampai mengganggu dan menyakitinya. Bahkan sangat baik bilamana kita memiliki rejeki atau hajatan, untuk tidak melupakan mereka. Lebih-lebih tetangga yang fakir harus didahulukan zakatnya. Bukan malah mendahulukan orang lain yang jauh tempatnya.
 

3. Wajib memuliakan tamu, maksudnya, menemui dan melayani tamu dengan wajah riang gembira, mempersilahkan dengan baik, misalnya menyuguhi makanan minuman. Apabila tamu menginap, maka bersihkan kamarnya dan ditata dengan rapi. Siapapun tamu itu harus dimuliakan tanpa memandang statusnya meskipun sahibul bait adalah orang yang berpangkat.
 

Dari keterangan di atas bisa ditarik kesimpulan bahwa untuk memuliakan tetangga, menghormati tamu yang kemudian diimplementasikan dalam suasana lebaran sangatlah tepat. Bagaimana sikap seorang sahibul bait dalam memuliakan tetangga dan tamunya.


Editor:

Keislaman Terbaru