Sumenep, NU Online Jatim
Sejak diumumkan pada acara Bahtsul Masail di Mejelis Wakil Cabang Nahdlatul Ulama (MWCNU) Giliraja tempo hari, gerakan ianah syahriyah terus dikumandangkan oleh Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Sumenep. Supaya gerakan itu dicontoh oleh segenap MWCNU dan Ranting NU demi menopang keuangan organisasi.
Sesuai kesepakatan bahwa ianah tersebut bagi pengurus utama cabang minimal Rp 20.000 setiap bulan. Adapun bagi pengurus Lembaga dan Badan Otonom di tingkat cabang paling sedikitnya Rp 10.000 yang diberikan setiap bulan kepada petugas yang ditunjuk.
KH A Pandji Taufiq memulai menyerahkan ianah syahriyah tersebut saat rapat pengurus harian di Kantor PCNU Sumenep, Jumat (20/11/2020). Langkah Ketua PCNU Sumenep ini kemudian diikuti pengurus lainnya dan dikumpulkan kepada petugas pengelola ianah, yaitu Ustadz Abdul Hadi selaku Wakil Bendahara PCNU Sumenep. Abdul Hadi memang ditunjuk secara khusus mengelola ianah syahriyah.
Menurut Kiai Pandji, bahwa ciri kesantrian NU itu banyak berbuat, segera memulai pekerjaan baik, bukan banyak wacana. "Gerakan kemandirian ianah syahriyah ini harus segera dimulai, agar nyata dan kita bisa berbuat untuk organisasi," ujarnya memberi semangat pada yang lain.
Hal senada juga disampaikan K Zainul Hasan bahwa ada tiga hal yang didapat dari gerakan kemandirian ianah syahriyah. Pertama, ianah sangat baik sebagai bentuk keteladanan dari pengurus atau pengejewantahan dari an-naas 'ala dini muluukihim.
Alumni Pondok Pesantren Annuqayah daerah Lubangsa Guluk-Guluk tersebut mengajak untuk menjadi yadul 'ulya dan jangan terus-menerus menjadi yadus sufla. Tangan diatas (pemberi) jauh lebih baik dari tangan dibawah (penerima). "Kalau bukan kita yang memulai, siapa lagi", pungkasnya.
Editor: Romza