• logo nu online jatim
Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network
Minggu, 28 April 2024

Madura

Di Pelatihan Praktisi, Ketua NU Bangkalan Jelaskan Peran JRA

Di Pelatihan Praktisi, Ketua NU Bangkalan Jelaskan Peran JRA
Ketua PCNU Bangkalan, KH Muhammad Makki Nasir saat membukan acara pelatihan praktisi JRA Jawa Timur. (Foto: NOJ/Firdausi)
Ketua PCNU Bangkalan, KH Muhammad Makki Nasir saat membukan acara pelatihan praktisi JRA Jawa Timur. (Foto: NOJ/Firdausi)

Bangkalan, NU Online Jatim

Nahdlatul Ulama (NU) dan Jam’iyyah Ruqyah Aswaja (JRA) senantiasa menjaga ajaran ulama Ahlussunnah wal Jamaah an-Nahdliyah yang posisi, fungsi dan perannya yang berbeda.


Jika NU organisasi diniyah wa ijtimaiyah yang menghimpun orang dengan latar belakang yang berbeda namun memiliki satu tujuan. Sedangkan JRA adalah komunitas tertentu yang memiliki spesialisasi yang sama dan dan menjadi bagian dari NU, satu kesatuan yang tak terpisahkan.


Penegasan ini disampaikan oleh Ketua Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Bangkalan, KH Muhammad Makki Nasir saat membukan acara pelatihan praktisi JRA Jawa Timur (Jatim) yang dihelat oleh Pengurus Cabang (PC) JRA Team Syaikhona Bangkalan.


“Jangan sampai salah kata, salah paham, apalagi paham salah. Seperti kata peribahasa Madura, tempatnya tempati dan pekerjaannya kerjakan,” ucapnya mengingatkan peserta di aula Pondok Pesantren Syaikhona Moh Kholil Bangkalan.


Kiai yang juga diamanahi sebagai Pembina PC JRA Team Syaikhona Bangkalan ini menjelaskan, NU didirikan bukan dalam rangka membentuk ajaran baru maupun metode baru. Melainkan dibentuk dalam rangka ikhtiar agar ajaran-ajaran yang disampaikan oleh ulama pendahulu tetap terjaga sepanjang zaman.


Menurutnya, pelatihan ini dalam rangka mencetak bibit-bibit praktisi baru dan upaya memperluas medan dakwah untuk menjadikan Al-Qur’an sebagai obat pertama bagi seluruh makhluk yang sakit, baik itu penyakit psikis, medis, maupun non medis.


“Kebaikan apapun tanpa adanya langkah-langkah yang terkelola secara organisasi akan mudah terpatahkan dan terkalahkan oleh kebatilan-kebatilan,” terangnya.


Kiai Makki sapaannya mengutarakan, upaya memadamkan cahaya Allah itu memang jelas adanya, seperti adanya narasi bahwa ruqyah adalah bid’ah, sesat, syirik, dan lain sebagainya. Berangkat dari sinilah, peran JRA dibutuhkan untuk memberikan terapi agar umat tidak mudah terprovokasi.


“Tak terkecuali terapi psikis terhadap narasi-narasi yang berupaya memecah belah kerukunan umat, khususnya Nahdliyin,” papar kiai yang diamanahi sebagai Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Bangkalan ini.


Di tempat yang berbeda, salah satu panitia yakni Abdullah Hafidi menjelaskan, kegiatan tersebut dalam rangka menjawab berbagai dinamika persoalan-persoalan hidup yang kian kompleks, tidak terkecuali dalam hal meraih jalan kesembuhan bagi orang-orang yang sakit.


“Penyakit diperlukan upaya atau ikhtiar agar diberikan kesembuhan. Namun dalam tanda kutip, pengobatannya tidak bertentangan dengan Al-Qur’an dan Hadits sebagaimana yang telah diajarkan oleh ulama pendahulu,” ucapnya kepada NU Online Jatim, Rabu (23/08/2023).


Dirinya mengatakan, materi yang akan diterima secara teoritis dan praktis akan memberikan perlindungan dan melindungi orang lain, serta memohon kepada Allah agar pasien yang diobatinya sembuh.


Madura Terbaru