• logo nu online jatim
Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network
Sabtu, 7 Desember 2024

Madura

Gus Kikin Ulas Kisah Mbah Hasyim Awali Perjuangan Kemerdekaan

Gus Kikin Ulas Kisah Mbah Hasyim Awali Perjuangan Kemerdekaan
Suasana pada acara tadarus pemikiran Hadratussyaikh KH M Hasyim Asy’ari yang dihelat oleh PCNU) Sumenep. (Foto: NOJ/ISt)
Suasana pada acara tadarus pemikiran Hadratussyaikh KH M Hasyim Asy’ari yang dihelat oleh PCNU) Sumenep. (Foto: NOJ/ISt)

Sumenep, NU Online Jatim

Ketua Pj Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Timur, KH Abdul Hakim Mahfudz menyatakan, Hadratussyaikh KH M Hasyim Asy’ari mengawali perjuangan melalui membeli sebidang tanah yang kemudian didirikan Pondok Pesantren Tebuireng Jombang yang berdekatan dengan pabrik Cukir yang menjadi pusat kemaksiatan. 


Diceritakan, kondisi masyarakat sebelumnya sangat terpuruk. Selain itu ada kerja paksa, tanam paksa, semua sawah disewa dengan harga murah, pemilik sawah dipekerjakan dengan upah yang murah, setiap hari Sabtu ada pasar malam.


“Pabrik yang didirkan tahun 1884, pada tahun 1899 pesantren Tebuireng didirikan di tengah kemaksiatan yang luar biasa. Jika dibayangkan, bagaimana mental Mbah Hasyim? Kok bisa beliau memiliki keberanian seperti itu?,” ujarnya pada acara Tadarus Pemikiran Hadratussyaikh KH M Hasyim Asy’ari yang dihelat oleh Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Sumenep di Graha Al-Ikhlas Kemenag Sumenep.


Setelah dikaji, ternyata Mbah Hasyim memiliki tekad seperti itu bermula saat belajar di Makkah pada tahun 1882-1899. Beliau bertemu dan berguru kepada Syaikh Nawawi Al-Bantani. Di sanalah sang guru menceritakan bagaimana perannya saat menghadapi Belanda.


“Syaikh Nawawi Al-Bantani (1814-1825) belajar di Makkah selama 3 tahun. Pada tahun 1823 ia pulang ke Banten untuk menyebarkan Islam, mengajar dan ikut berperang di masa Perang Diponegoro. Ketika Diponegoro diasingkan, Al-Bantani ditekan Belanda sehingga kembali ke Makkah hingga beliau tutup usia. Setiap ada santri dari Indonesia belajar di Makkah, beliau menceritakan perjuangan, pada tahun 1888 banyak orang Banten pulang kampung melakukan perlawanan. Inilah awal mula mental Mbah Hasyim terbentuk,” terangnya.


Selain melakukan pengajaran di pesantren, kata Gus Kikin, setiap hari Selasa Mbah Hasyim tidak mengajar, beliau malah turun ke sawah bersama masyarakat, memperbaiki pengairan sawah, memberi pengetahuan tentang teknik bercocok tanam. Selain itu, banyak sekali masjid yang dibangun dari lingkungan Jombang, Blitar, Ponorogo, Banyuwangi. Masjid itu didirikan untuk mendapingi masyarakat, meningkatkan ekonomi masyarakat, pendidikan, dan pengajian.


“Saat Covid-19 melanda, saya menurunkan kitab-kitab beliau. Saya menemukan kitab kecil Dau’ul al-Misbah fi Bayani Ahkami al-Nikah. Saat saya baca di muqaddimahnya, banyak warga tidak paham hukum nikah. Sementara hukum perkawinan banyak di kitab-kitab tebal, sehingga warga kesulitan memahaminya,” ungkapnya sebagaimana ditonton dari kanal Youtube TVNU Sumenep, diakses NU Online Jatim, Jum’at (02/02/2024).


Rupanya kitab itu dibuat untuk merespon ordonansi guru liar dan perkawinan yang diberlakukan oleh Belanda pada tahun 1825. Setelah diteliti karya Mbah Hasyim, ternyata menunjang harakah, memperkuat masyarakat agar tidak terpengaruh Belanda. Karena pada masa itu Belanda melakukan gerakan Kristenisasi.


“Buku yang kita tadarusi ini diterbitkan untuk mengetahui waisan masyayikh. Saya melihat buku sejarah kemerdekaan yang diterbitkan pemerintah, sedikit sekali mengupas perjalanan kemerdekan. Padahal seluruh perjuangan kemerdekaan dartang dari ulama pesantren dan santri,” tandasnya.


Madura Terbaru