Madura HARI SANTRI 2024

Halaqah Pesantren PWNU Jatim Bahas Bullying, Intoleransi dan Kekerasan

Ahad, 20 Oktober 2024 | 21:00 WIB

Halaqah Pesantren PWNU Jatim Bahas Bullying, Intoleransi dan Kekerasan

Halaqoh Pesantren PWNU Jatim di di Aula Pondok Pesantren Syaichona Cholil Bangkalan, Sabtu (19/10/2024). (Foto: NOJ/ Ryan Syarif H)

Bangkalan, NU Online Jatim

Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jatim menggelar Halaqah Pesantren dalam rangkaian Hari Santri 2024. Agenda yang mengusung tema 'Membangun Lingkungan Pesantren Ramah Santri Anti Bullying, Intoleransi, dan Kekerasan’ ini dipusatkan di Aula Pondok Pesantren Syaichona Cholil Bangkalan, Sabtu (19/10/2024).

 

Dalam kesempatan itu, Wakil Rais PWNU Jatim KH A Jazuli Nur mengatakan, adanya acara Halaqah Pesantren dilakukan untuk membentengi pesantren. Apalagi saat ini banyak anggapan bullying marak terjadi di pesantren.

 

"Pesantren bukan tempatnya untuk bullying. Kita masifkan pesantren jadi ramah. Kalaupun ada kekerasan bukanlah berarti semua pesantren melakukan kekerasan," ujarnya kepada NU Online Jatim.

 

Dirinya mengungkapkan bahwa keramahan adalah motto yang harus terus dilanjutkan. Hal itu utamanya tercermin dari semua kiai. Karakter santun dan akhlakul karimah ialah karakter yang di dalamnya tidak ada bullying.

 

"Dengan kegiatan ini harapannya kepekaan pesantren terhadap pengembangan yang ada di masyarakat. Karena pesantren tidak aman-aman saja. Pesantren harus bisa menjawab tantangan yang ada di masyarakat. Apa yang diajarkan di pesantren harus ada dampaknya ujung-ujungnya berhubungan dakwah," terangnya.

 

Halaqah Pesantren ini menghadirkan tiga narasumber. Meliputi, Ketua Umum Pondok Pesantren Syaichona Moh Cholil RKH Muhammad Nasih Aschal, Kapolres Bangkalan Febri Isman Jaya, dan Founder As Salam Bangkalan Nyai Hj Eva Al Batul.

 

Dalam paparannya, RKH Muhammad Nasih Aschal berpesan agar semua santri dapat menjaga lingkungan pesantrennya dengan baik. Menurutnya, jangan sampai kemudian menjadi santri-santri yang justru tidak bisa menjaga pesantrennya sendiri.

 

“Karena kalau kita kembalikan kepada kiai-kiai kita, terutama di pesantren ini seperti KHR Abdullah Schal, yang mana beliau tidak pernah terdengar marah kepada para santrinya, tapi beliau selalu memberi ketenangan dan kesejukan," pungkasnya.