• logo nu online jatim
Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network
Sabtu, 12 Oktober 2024

Madura

Kiai Fauzan Badruddin Ingatkan Kehancuran Andalusia

Kiai Fauzan Badruddin Ingatkan Kehancuran Andalusia
KH Ahmad Fauzan Badruddin saat memberikan ceramah agama
KH Ahmad Fauzan Badruddin saat memberikan ceramah agama

Sumenep, NU Online Jatim
KH Ahmad Fauzan Badruddin selaku penceramah menyampaikan pesan khusus bahwa digelarnya maulid nabi untuk memikirkan nasib umat nabi. Bukan pula sekedar memupuk kembali kecintaan umatnya pada nabi. Tetapi ingin mengembalikan perjuangan-perjuangan nabi. Hal ini dikatakan saat peringatan maulid Nabi Muhammad SAW yang diadakan oleh Pengurus Ranting Nahdlatul Ulama (PRNU) Pakamban Laok, Rabu (17/11/2021) malam di mushalla Nurul Qur’an Dusun Kacangan, Desa Pakamban Laok, Pragaan,
Sumenep.

“Siapa saja yang mengagungkan kelahiran nabi, maka orang itu betul-betul menghidupkan Islam,” ujarnya saat menyitir pesan Umar bin Khattab yang dikutip oleh Imam Ibnu Hajar Al-Haitami dalam kitab An-Ni'matul Kubra alal Alam.

Untuk mengetahui perjuangan nabi, ia menganjurkan untuk membaca shalawat secara berjamaah dan diisi dengan menceritakan sejarah nabi. Karena tidak ada jaminan di dalam Al-Qur'an dan hadits, Islam di
Indonesia akan utuh dan kuat sampai hari akhir.

“Hadratussyekh KH M Hasyim Asy'ari mendirikan NU, karena pada saat itu ada kelompok menolak berpegangan pada ulama. Katanya mereka akan mengembalikan syariat Islam,” imbuhnya.

Pengasuh Pondok Pesantren Attoriqoh Blumbungan Pamekasan itu memberikan contoh Andalusia di Eropa yang dulu mayoritas muslim. Bahkan melahirkan ilmuwan, filsuf, dan ulama-ulama besar pada masa itu, seperti Al-Imam Ibnu Malik Al-Andalusi, pengarang kitab Alfiyah.

“Kejayaannya runtuh. Saat ini yang dikenal dengan negara Spanyol, menjadi negara yang dihuni oleh umat non muslim. Sama sebaliknya dengan negara Filipina yang awalnya mayoritas muslim, berubah non muslim. Termasuk kasus di negara-negara di Timur Tengah masih belum selesai. Kini umat Islam tinggal di pulau-pulau kecil. Karena umat Islam akan dibumihanguskan oleh oknum,” ungkapnya.

Kiai Fauzan bersyukur, sebab Indonesia masih aman dari konflik perang saudara yang berkelanjutan. Namun ada indikasi yang perlu dijadikan bahan renungan oleh semua pihak.

“Mengapa negara-negara Islam hancur? Karena menurut pengamat, tidak ada pesantren, madrasah, dan Peringatan Hari Besar Islam (PHBI) yang sesemarak seperti di Indonesia. Jika mengadakan, acap kali dianggap bid'ah, sehingga mereka jauh dari simbol-simbol keislaman,” curahnya.

Dilanjutkan, selama PHBI masih ada di Indonesia, Insyaallah Islam akan jaya. Selama ada jam'iyah Nahdlatul Ulama (NU) yang konsisten mempertahankan benteng-benteng pertahanan Islam, Islam akan tetap ada.

“Ada mitos, jika ingin menghancurkan Islam di Jawa, kuncinya di Madura. Sebab suku Madura yang dikenal keras dan kokoh keimanannya, tak bisa digoyahkan. Kecuali dibuat terlena lewat perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi. Manfaatnya banyak, tapi mudharatnya juga banyak. Lewat ini, kita bisa dijauhkan dari simbol-simbol keislaman, hingga iman kita lemah,” sergahnya.

Alumni Pondok Pesantren Mambaul Ulum Bata-Bata Pamekasan itu menegaskan, Hadratussyekh KH M Hasyim Asy'ari mendirikan NU atas restu Syaikhona Muhammad Khalil, untuk membesarkan Islam. Jika NU eksis sesuai dengan visi-misi Islam, maka Islam di Indonesia akan tetap kokoh.

“NU adalah wasilah untuk kejayaan Islam. Dengan memperkuat ukhuwah Islamiyah, Wathaniyah, Basyariyah, dan Nahdliyah, propaganda yang digoreng oleh oknum, tak mungkin terpecah belah, kendati demikian warga masih percaya pada informasi-informasi yang tidak jelas
kebenarannya,” keluhnya.

Kiai Fauzan merefleksikan kejayaan nabi. Menurutnya, kesuksesan nabi menyatukan berbagai macam suku dan kabilah, karena beliau memberi contoh kedamaian. Seperti peletakan batu Hajar Aswad yang dilakukan oleh beberapa seluruh kabilah.

“Jangan berpikir damai, jika pemimpinnya tidak damai. Jangan berpikir persatuan, jika pemimpinnya tidak bersatu. Oleh karena itu, akhlak yang dicontohkan nabi harus kita amalkan dalam kehidupan sehari-hari. Jika yang sepuh salah, jangan sampai kita mengkritik dengan mata melotot. Belum tentu yang kita lakukan itu baik, terkadang tak baik menurut orang lain,” tandasnya.


Madura Terbaru