• logo nu online jatim
Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network
Kamis, 18 April 2024

Madura

Nabi Muhammad Ajarkan Perilaku Hidup Bersih dan Hemat Air

Nabi Muhammad Ajarkan Perilaku Hidup Bersih dan Hemat Air
Gus Ghofur saat mengisi Halaqah Ekopesantren, Kamis (27/10/2022) di Pondok Pesantren Al-In'am Gapura, Sumenep. (Foto: NOJ/Firdausi)
Gus Ghofur saat mengisi Halaqah Ekopesantren, Kamis (27/10/2022) di Pondok Pesantren Al-In'am Gapura, Sumenep. (Foto: NOJ/Firdausi)

Sumenep, NU Online Jatim

KH Abdul Ghofur Maimoen, Rais Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) mengatakan, salah satu ajaran yang dibawa oleh Rasulullah adalah perilaku hidup bersih pada lingkungan serta menghemat air.

 

Pernyataan ini disampaikan saat menjadi keynote speaker pada acara Halaqah Ekopesantren yang dihelat oleh Pengurus Cabang (PC) Rabithah Ma'ahid Islamiyah Nahdlatul Ulama (RMINU) Sumenep, Kamis (27/10/2022) di Pondok Pesantren Al-In'am Gapura, Sumenep.

 

Gus Ghofur sering menyatakan pada santri bahwa paling sedikitnya nabi menggunakan air saat berwudhu seukuran 1 botol kecil. Diceritakan, dirinya pernah mempraktikkan saat naik haji, baik saat di pesawat dan tanah suci.

 

"Menghemat air bagian dari ajaran Nabi. Bahkan saat menaiki pesawat dengan rute Surabaya ke Jakarta, kami ke toilet sebanyak dua kali. Terkadang mengampet pipis dan beristinja menggunakan tissue agar menghemat air," curahnya.

 

Saat ke Maroko, ia menceritakan di tiap-tiap tempat wudhu di masjid, warganya cukup menggunakan satu gayung air. Keunikan lainnya, di depan masjid banyak sekali batu yang biasa difungsikan untuk keperluan tayamum bagi lansia.

 

"Perilaku ini sangat ramah lingkungan. Dari sini kami mengimpikan seluruh santri di pesantren berwudhu dengan air secukupnya. Tak perlu membuang sebanyak-banyaknya," harapnya.

 

Kebiasaan Jaga Kebersihan

Ketua Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Al-Anwar Sarang itu menegaskan, bertahun-tahun dirinya tidak membuang sampah sembarangan. Kebiasaan itu tercipta sejak sebelum menikah. 

 

"Sebelum menemukan tempat sampah, kami tetap membawanya. Saat di mobil, kami pun tidak pernah membuang sampah di jendela. Ingat, perbuatan ini bagian dari ajaran agama," ujarnya.

 

Lebih lanjut, ia juga membiasakan sejak dini pada anak-anaknya membuang sampah pada tempatnya. Karena di kediamannya, ia sengaja menyediakan 4 plastik sebagai tempat sampah. Masing-masing plastik diberi keterangan, yaitu sampah basah, sampah plastik, kertas dan botol minuman.

 

"Guna meminimalisir sampah, kami bekerja sama dengan seluruh warung nasi agar tidak melayani santri saat tidak membawa kotak nasi. Beginilah cara kami mencegah plastik masuk ke pesantren. Bahkan santri dilarang membawa plastik ke pesantren," terangnya.

 

Selain mendaur ulang sampah, sambungnya, ia memasukkan materi pencegahan sampah di masa orientasi santri, seperti tips meminimalisir, memilah, dan pengelolaannya menjadi barang yang bermanfaat.

 

"Kami yakin, seluruh pesantren memiliki problem sampah nasi. Untuk itu, kami jadikan nasi basi itu mejadi karak atau sejenis camilan santri," ungkapnya.

 

Alumni Al-Azhar Kairo, Mesir itu menyayangkan saat pohon ditebang lantaran kabel menyangkut. Ibarat pohon yang disalahkan. Padahal menanam pohon membutuhkan puluhan tahun.

 

"Jika ada ruang kosong, pasti kami tanam pohon. Kami berharap anak cucu nanti akan memakan buahnya. Jika tiada, ahli kubur mendapat pahala," paparnya.

 

Diceritakan pula, saat dirinya pergi ke Australia, ia melihat pohon besar yang di bawahnya terdapat kursi. Di atas pohon, tempak sarang burung. Tentunya, kursi tersebut banyak kotoran burung.

 

"Oleh masyarakat, sementara waktu kursinya tidak diduduki. Berbeda di desa kita, sarang burungnya dipindahkan. Lucunya, petugas menebang pohon tidak izin pada yang menanam," tuturnya, sontak audien tertawa.

 

Gus Ghofur berharap fungsi pesantren yang nomor tiga dalam Undang-Undang dapat direalisasikan, yakni memberdayakan masyarakat.

 

"Jika ekopesantren disikapi serius, maka pemberdayaan pesantren menjadi media dakwah. Semoga pesantren menjadi pioner," pungkasnya.


Madura Terbaru