Ikut Konferensi Internasional, Mahasiswi Unusa Bahas Ilmu Kontemporer di Pesantren
Selasa, 29 Juli 2025 | 16:00 WIB
Yulia Novita Hanum
Kontributor
Surabaya, NU Online Jatim
Prestasi membanggakan ditorehkan oleh Lutfiana Fitra Audina, salah satu mahasiswi Fakultas Kesehatan Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (Unusa). Ia mengikuti konferensi internasional yang digelar di tiga negara sekaligus, yaitu Singapura, Malaysia, dan Thailand.
Kegiatan yang mengusung tema “Santri: Sebagai Role Model Peradaban Start Up Global” itu berlangsung sejak Senin (09/05/2025) sampai Jumat (23/05/2025). Dalam konferensi itu, Lutfiana membawakan tulisan berjudul “Krisis Ilmu Kontemporer di Pondok Pesantren Konvensional: Antara Maalise Intelektual dan Ancaman”.
“Fokus kajian dalam karyanya adalah mengapa ilmu-ilmu kontemporer di pondok pesantren konvensional harus diintegrasikan,” ujar mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat itu, dilansir unusa.ac.id, Selasa (29/07/2025).
Untuk menjawab pertanyaan sederhana itu, Lutfiana mengungkapkan bahwa pada dasarnya dunia global tidak hanya membutuhkan ilmu konvensional, namun juga membutuhkan ilmu kontemporer.
“Jika santri sudah bisa dalam ilmu kontemporer, maka dia juga bisa bersaing di dunia global. Terlebih dalam dunia start up,” terangnya singkat.
Ia mengatakan bahwa partisipasinya dalam konferensi itu merupakan kali pertamanya mengikuti forum pada tingkat internasional. Ia pun mengaku tidak menyangka bakal bisa bisa mengikuti konferensi internasional tersebut.
“Dan ternyata saya bisa seperti mereka yang bersaing di dunia internasional, meskipun masih banyak yang perlu dipelajari,” kata perempuan asal Situbondo itu.
Disebutkan, selama proses persiapan, terdapat beberapa tantangan khusus, yakni dari segi biaya. Ia mengaku belum bisa mendapatkan pendanaan penuh karena merupakan pengalaman pertama.
“Terlepas dari itu, keluarga melihat usaha saya dan mendukung untuk terus melanjutkan kegiatan ini,” ucap Lutfiana.
Pengalaman ini menginspirasi Lutfiana untuk terlibat lebih jauh dalam konferensi bertaraf internasional. Saat ini, ia terpilih menjadi mentor International Conference Santri Mendunia (ICSM) batch 3. Ia berkomitmen membantu mahasiswa lain agar dapat merasakan pengalaman serupa.
“Saya sudah menawarkan dan memfasilitasi teman-teman mahasiswa Unusa untuk ikut batch berikutnya. Saya yakin manfaatnya bukan hanya sesaat, tetapi akan tertanam dalam diri mereka,” tuturnya.
Dirinya berharap semakin banyak santri serta mahasiswa Indonesia yang berani tampil dalam forum internasional. “Program ini membuktikan bahwa santri dan mahasiswa bisa bersaing bukan hanya di tingkat nasional, melainkan internasional,” pungkasnya.
Terpopuler
1
Lulusan Ma’had Aly Resmi Dapat Gelar Akademik Baru yang Ditetapkan Kemenag
2
Berikut 6 Peristiwa Penting saat Safar, Bukan Bulan Sial
3
PCNU Bangkalan Apresiasi Kebijakan Bupati soal Pembebasan BPHTB
4
Menengok Lebih Dekat Kampung Terasi di Desa Macajah Bangkalan
5
Rektor UIN KHAS Jember Sebut PKDP Kawah Candradimuka Dosen Pemula
6
Satuan Pendidikan Muadalah Nurul Qarnain Jember Peringati Milad ke-7
Terkini
Lihat Semua