• logo nu online jatim
Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network
Kamis, 25 April 2024

Madura

Pekan Rajabiyah di Sumenep Ulas Kepekaan Perempuan

Pekan Rajabiyah di Sumenep Ulas Kepekaan Perempuan
Pengasuh Pondok Pesantren (Ponpes) Nurul Bayan Sumenep, Nyai Hj Honnaniyah A Salim saat mengisi ceramah agama pada acara Harlah Fatayat NU ke-75 dan 1 Abad NU. (Foto: NOJ/Firdausi)
Pengasuh Pondok Pesantren (Ponpes) Nurul Bayan Sumenep, Nyai Hj Honnaniyah A Salim saat mengisi ceramah agama pada acara Harlah Fatayat NU ke-75 dan 1 Abad NU. (Foto: NOJ/Firdausi)

Sumenep, NU Online Jatim

Pengasuh Pondok Pesantren (Ponpes) Nurul Bayan Sumenep, Nyai Hj Honnaniyah A Salim mengatakan, jangan menganggap perempuan lemah lantaran tulang rusuknya bengkok. Di balik itu ada keistimewaan yang Allah berikan yang tidak bisa dikerjakan laki-laki. Sebaliknya, perempuan tanpa laki-laki tidak memiliki sisi kemuliaan.


Pernyataan ini disampaikannya saat mengisi ceramah agama pada acara Hari Lahir (Harlah) Fatayat NU ke-75 dan 1 Abad NU yang dihelat oleh Pimpinan Anak Cabang (PAC) Fatayat NU Ambunten, Sumenepdi aula Majelis Wakil Cabang Nahdlatul Ulama (MWCNU) setempat, Jum’at (17/02/2023).


“Dikisahkan dalam sebuah riwayat, malaikat tidak berani menemui nabi lantaran Sayyidah Khadijah Al-Kubra merangkul nabi di kala kedinginan atas kedatangan malaikat Jibril. Hal itu di latar belakangi karena istri nabi membuka kerudungnya guna menenangkan nabi yang sedang ketakutan,” ujarnya.


Menurutnya, kepekaan istri pertama nabi itu ditunjukkan pada suami tercintanya saat memberikan keterangan bahwa tamu itu adalah utusan Allah, bukan sebangsa jin. Selain itu, kecerdasan dan seluruh hartanya digunakan untuk mendukung dakwah suaminya di Makkah.


“Persoalan suami dimarahi oleh istri, baginya hal yang lumrah. Setidaknya lelaki belajar kesabaran Umar bin Khattab ra saat dimarahi istrinya,” terangnya.


Kemarahan istri, lanjutnya, bagaikan membuang sampah dan membersihkan diri. Jika sabar menghadapinya, Allah akan mengangkat derajatnya. Sama halnya saat nabi membiarkan Siti Aisyah ra cemburu, karena pada dasarnya perempuan makhluk yang mengedepankan rasa.


“Jadilah pasangan yang setia. Jadilah seperti merpati yang setia pada pasangannya. Jangan jadi ayam, karena simbol ketidak setiaan. Ingat, perempuan memiliki kepekaan yang luar biasa. Sepintar apapun lelaki menyimpan rahasia, perempuan bisa menangkap signal itu,” ungkapnya.


Ny Honnaniyah mengajak pada Nahdliyin untuk membimbing dan merangkul perempuan. Termasuk mengimbau pada Nahdliyat agar meluruskan niat saat berbusana. Syukuri nikmat Allah, boleh berpakaian baru saat menghadiri acara, karena bisa mengangkat derajat suami.


“Namun pakaian itu tidak boleh memancing syahwat, seperti menampakkan lekuk tubuh, memasang berlian di gigi, memakai perhiasan yang berlebihan. Itu semua membawa dampak buruk pada perempuan,” paparnya.


Ny Honnaniyah mengimbau untuk menghormati orang lain dan tidak merasa paling hebat. Ditegaskan, Fatayat NU tidak hanya mencetak kader yang cerdas secara intelektual, tetapi mengoleksi dan mengasah spiritualnya.


“Tumbuhan akan subur karena ladangnya. Maksudnya, didiklah sejak dini pada anaknya dengan menanamkan cinta pada nabi dan NU,” pintanya.


Madura Terbaru