• logo nu online jatim
Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network
Kamis, 25 April 2024

Madura

Risiko Tidur Berlebihan saat Berpuasa

Risiko Tidur Berlebihan saat Berpuasa
Ilustrasi tidur. (Foto: NOJ/NU Online)
Ilustrasi tidur. (Foto: NOJ/NU Online)

Sumenep, NU Online Jatim
dr H Slamet Riadi, Pengurus Cabang (PC) Lembaga Kesehatan Nahdlatul Ulama (LKNU) Sumenep menegaskan, tidur berlebihan saat menjalankan ibadah puasa dapat menyebabkan efek samping pada kesehatan. Di antaranya adalah tubuh semakin lemas.


"Seharusnya bangun tidur membuat tubuh kembali segar. Namun, jika tidur berlebihan saat puasa, tubuh akan lebih mudah lelah dan lemas. Bahkan akan merasa semakin haus dan lapar ketika bangun tidur, karena sebenarnya saat tidur pun tubuh melakukan detoksifikasi dan mengeluarkan keringat," katanya.

Kedua, membuat tubuh semakin gemuk. Dijelaskan dr Slamet, anggapan bahwa berpuasa dapat menurunkan berat badan seseorang, tidak selamanya benar, bisa jadi salah. Apalagi jika
menerapkan pola hidup dan pola makan yang kurang tepat. Misalnya, berbuka dengan gorengan dan makanan manis berlebihan, kurang olahraga hingga terlalu banyak tidur.


"Berdasarkan laman Sleep Foundation, lanjutnya, terlalu banyak tidur meningkatkan risiko terjadinya peningkatan berat badan, sakit kepala, sakit punggung, hingga masalah kardiovaskular. Secara khusus, wanita yang tidur lebih dari 10 jam memiliki risiko mengidap sindrom metabolik, sementara pria berisiko terjadinya peningkatan kadar trigliserida yang memicu hipertensi," terangnya.


Ketiga, meningkatkan risiko depresi. Ketua LK Majelis Wakil Cabang Nahdlatul Ulama (MWCNU) Gapura itu menyatakan bahwa masalah tidur dan depresi memang memiliki keterkaitan yang sangat erat.

 

"Namun, masalah yang sama juga bisa terjadi ketika tidur berlebihan pada siang hari. Biasanya, ini lebih rentan terjadi pada orang-orang yang mengalami depresi atau masalah mental seperti bipolar. Tidak hanya itu, tidur yang terlalu lama juga mengakibatkan munculnya masalah memori dan gangguan kecemasan berlebihan," ujarnya.


Berangkat dari dampak tersebut, dr Slamet menyarankan, selama bulan puasa sebisa mungkin majukanlah waktu tidur dan jadwalkan di waktu yang sama setiap harinya. Misalnya, jika selama bulan puasa rutin melaksanakan shalat Tarawih, usahakan untuk menyegerakan tidur setelahnya dan jangan paksakan diri untuk begadang. Kalau shalat Tarawih selesai sekitar pukul 19.00, usahakan sudah berbaring di tempat tidur pada pukul 21.30.


“Jika kita tidak membiasakan diri tidur lebih cepat selama bulan puasa, jam tidur kita bisa berkurang rata-rata 40 menit karena terpotong waktu sahur. Menurut penelitian yang dipublikasikan dalam Journal of Sleep Research, hal ini akan mengurangi durasi tahap tidur
pulas atau Rapid Eye Movement (REM) yang bikin kita mudah lemas dan mengantuk di siang hari,” terangnya saat dikonfirmasi, Ahad (26/03/2023).


Tak sampai di situ, ia menganjurkan untuk menyempatkan diri untuk mencuri waktu tidur di siang hari. Ditegaskan, sesibuk apapun, gunakan waktu luang yang ada selama seharian untuk mencuri waktu tidur meskipun hanya sebentar saja. Misalnya, tidur di kendaraan umum selama
perjalanan pulang-pergi ke kantor, atau manfaatkan waktu istirahat siang untuk tidur siang.


Dilanjutkan, tidur siang selama 20-30 menit saja sudah lebih dari cukup untuk memulihkan energi agar bisa kembali produktif. Selain itu, tidur siang juga dapat menurunkan hormon stres pada tubuh yang diakibatkan oleh kurangnya waktu tidur malam.


“Kurang tidur bisa mengakibatkan banyak masalah serius. Meskipun begitu, bukan berarti kita bisa tidur berlebihan juga, terlebih ketika sedang berpuasa. Pastikan tubuh tetap aktif bergerak dan berolahraga ringan, supaya kesehatan dan imunitas tubuh tetap terjaga,” pungkasnya.


Madura Terbaru