Metropolis

Tari Dewi Sekardadu Karya Dosen Unusida Resmi Terdaftar HKI

Jumat, 25 Juli 2025 | 08:00 WIB

Tari Dewi Sekardadu Karya Dosen Unusida Resmi Terdaftar HKI

Tari Dewi Sekardadu. (Foto: NOJ/Maschan)

Sidoarjo, NU Online Jatim

Tari Dewi Sekardadu karya dosen Program Studi (Prodi) Pendidikan Islam Anak Usia Dini (PIAUD) Universitas Nahdlatul Ulama Sidoarjo (Unusida) Rif’atul Anita telah resmi mendapatkan Hak Kekayaan Intelektual (HKI). Tari yang mengangkat kearifan local melalui sosok legendaris Dewi Sekardadu ini resmi dikenalkan pertama kali dalam acara Pembukaan dan Pelepasan Kuliah Kerja Nyata (KKN) Unusida Berdaya 2025 di Pendopo Delta Wibawa, Sidoarjo, Rabu (23/07/2025).

 

Kepala Prodi PIAUD Unusida tersebut mengungkapkan bahwa penciptaan Tari Dewi Sekardadu merupakan bagian dari inovasi pembelajaran yang digagas dalam mata kuliah Pembelajaran Seni Tari. Karya ini menjadi bukti nyata bahwa pembelajaran di perguruan tinggi dapat menghasilkan produk kreatif yang bernilai budaya, edukatif, dan dapat diadopsi oleh masyarakat luas.

 

“Saya ingin mahasiswa tidak hanya belajar teori, tetapi juga mampu menghasilkan produk nyata yang membumi, dan dapat menjadi kontribusi nyata dalam pelestarian budaya lokal,” ungkapnya.

 

Tari Dewi Sekardadu digarap secara kolaboratif oleh tim tari mahasiswa yang diketuai oleh Dewi Asmara Sari, dengan dukungan dari dosen dan pihak kampus. Proses kreatifnya melibatkan berbagai tahapan mulai dari studi literatur hingga eksplorasi gerak dan pembuatan musik iringan.

 

“Tarian ini terinspirasi dari sosok legendaris Dewi Sekardadu, ibu dari Sunan Giri, yang dikenal sebagai perempuan tangguh, anggun, dan penuh pengorbanan. Nilai-nilai itu kami angkat sebagai pesan moral dalam tarian,” terangnya.

 

Rif’atul menjelaskan bahwa tarian ini merupakan refleksi dari tiga pilar utama: perjuangan, kekuatan perempuan, dan nilai-nilai spiritual. Ia menekankan bahwa penciptaan tarian ini lahir dari keinginan kuat untuk memperkenalkan kembali tokoh legendaris Dewi Sekardadu sebagai simbol perempuan yang mulia dalam sejarah sslam di Pulau Jawa.

 

“Tari ini menggambarkan sosok Dewi Sekardadu sebagai ibu yang rela berkorban demi keselamatan anaknya, Raden Paku atau Sunan Giri. Ia menghadapi tekanan sosial dan penderitaan dengan penuh keteguhan demi menyelamatkan buah hatinya,” jelasnya kepada NU Online Jatim.

 

Tarian ini tak hanya menonjolkan keindahan gerak, tetapi juga sarat makna dan filosofi yang mendalam. Menurutnya, pengorbanan Dewi Sekardadu merupakan representasi dari cinta seorang ibu yang tak terhingga, yang patut dijadikan teladan bagi generasi muda, khususnya dalam menumbuhkan rasa hormat dan kasih sayang terhadap orang tua.

 

Tari Dewi Sekardadu juga mengangkat potret perempuan sebagai sosok yang kuat dan penuh kebijaksanaan. Meski gerakannya lemah gemulai, di dalamnya tersembunyi kekuatan emosional dan spiritual.

 

“Kami ingin menunjukkan bahwa perempuan bukan hanya simbol keindahan, tapi juga sumber kekuatan dan ketabahan. Dewi Sekardadu adalah dewi yang anggun, namun memiliki kekuatan magis dan karakter yang tangguh,” tambahnya.

 

Lebih dari sekadar ekspresi budaya, tari ini memuat nilai-nilai spiritual dan religius. Melalui simbol-simbol dalam gerakan, penonton diajak untuk merenungi kebesaran Sang Pencipta, serta pentingnya menjaga keharmonisan antara manusia, alam, dan Tuhan.

 

“Tari Dewi Sekardadu bukan hanya tentang keindahan, tapi juga pesan spiritual untuk menjaga keseimbangan dalam hidup,” ujarnya.

 

Dalam proses produksi musik pengiring, tim kreatif berupaya menghadirkan nuansa Islamic Java Modern. Musiknya merupakan kolaborasi unik antara instrumen tradisional Jawa seperti seruling dan woodwind, dengan instrumen modern seperti drum, keyboard, bass, dan gitar. Genre musik yang dipilih adalah Melayu Islami, mencerminkan karakter khas Nahdlatul Ulama.

 

Lebih lanjut, Anita menegaskan bahwa Tari Dewi Sekardadu ini merupakan karya orisinil dari dosen dan mahasiswa PIAUD Unusida, tanpa bantuan unsur dari luar. Sebab, ia sendiri yang menggarap musik pengiringnya, serta untuk konsep gerak merupakan hasil kolaborasi dari tim tari PIAUD Unusida.

 

“Kami sangat senang dan bangga akhirnya hasil dari proses kreatif yang banyak mengorbankan waktu dan tenaga ini di bayar dengan penghargaan yang sangat luar biasa, sertifikat HKI merupakan simbol bahwa karya tari ini layak untuk di abadikan,” imbuhnya.

 

Ia berharap Tari Dewi Sekardadu dapat terus berkembang, menjadi inspirasi bagi masyarakat serta memperkuat peran Unusida dalam menghidupkan budaya lokal Islami di era modern. Tak hanya itu, ia berkomitmen untuk mengenalkan Tari Dewi Sekardadu agar dapat tampil tidak hanya dalam kegiatan internal kampus, tetapi juga meramaikan panggung-panggung budaya, pendidikan, dan keagamaan di luar daerah.

 

“Harapannya, Tari Dewi Sekardadu dapat menjadi bagian dari identitas seni khas Sidoarjo, dan lebih luas lagi menjadi tarian Islami Nusantara yang dikenal masyarakat baik di tingkat nasional maupun global. Karya ini adalah wujud kontribusi akademik dalam pelestarian budaya islami berbasis lokal,” harapnya.