Demi Kemandirian, Pesantren Bahrul Maghfiroh Malang Produksi FORPILA dan BMC+
Ahad, 12 Januari 2025 | 16:00 WIB

Puluncuran produk Forpila dan BMC+ di Aula Pondok Pesantren Bahrul Maghfiroh Malang, Sabtu (11/01/2025). (Foto: NOJ/ Moch Miftachur Rizki)
Moch Miftachur Rizki
Kontributor
Malang, NU Online Jatim
Sebagai upaya memperkuat kemandirian pesantren, Yayasan Bahrul Maghfiroh Cinta Indonesia bersama PT Wira Ihsan Niaga resmi meluncurkan dua inovasi baru, Formula Pengawet Ikan Alami (Forpila) dan Bahrul Maghfiroh Collagen (BMC+). Peluncuran berlangsung di Aula Pondok Pesantren Bahrul Maghfiroh Malang, Sabtu (11/01/2025).
Pengasuh Pondok Pesantren Bahrul Maghfiroh Malang, KH Mohammad Bisri, menyampaikan bahwa penelitian tersebut telah berlangsung lama, tetapi baru diakses sekitar satu setengah tahun yang lalu untuk mengembangkan produk yang bermanfaat bagi penderita diabetes dan sebagai pengawet alami.
“Jadi sudah satu tahun setengah yang lalu, kemudian risetnya sudah 2 tahun yang lalu. Akhirnya kami selalu bicara produk harus berbasis riset, jangan sampai nanti produk tidak pakai riset hanya jualan,” katanya saat dikonfirmasi NU Online Jatim.
Prof Kiai Bisri menambahkan bahwa berdasarkan hasil penelitian yang menunjukkan hasil yang baik, pihaknya memutuskan untuk membangun pabrik di Tulungagung karena pondok pesantren tidak memiliki fasilitas yang memadai.
“Supaya pabrik standarnya bagus, maka harus ada standarisasi pabriknya dengan ijin BPOM. Setelah BPOM keluar, baru kami berani berjualan,” terangnya.
Produksi tersebut berkolaborasi dengan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang, yang berbasis ekstrak buah kesemek.
Peneliti dari FKIK UIN Malang, Prof Roihatul Mutiah menuturkan, salah satu latar belakang lahirnya Forpila adalah minimnya ketersediaan pengawet alami pada ikan laut, sementara penggunaan formalin dapat memberikan dampak buruk bagi tubuh.
“Akhirnya, kami melakukan penelitian dan menemukan bahwa pengawet alami untuk ikan laut memang ada. Kami memanfaatkan ekstrak dari buah kesemek dan daun selada yang difermentasi. Senyawa yang dihasilkan mampu mempertahankan kesegaran ikan,” tuturnya.
Sementara Cuka Kesemek BMC+, lanjut Prof Roihatul, adalah hasil fermentasi alami dari campuran buah kesemek muda dan matang yang dilakukan secara spontan tanpa penambahan kultur mikroorganisme dari luar.
"Produk ini 100 persen murni tanpa tambahan pemanis, pengawet, atau bahan kimia lainnya,” jelas Wakil Dekan I Bidang Akademik FKIK UIN Malang tersebut.
Dirinya menerangkan, secara tradisional cuka kesemek telah dimanfaatkan sebagai minuman kesehatan untuk meningkatkan daya tahan tubuh dan vitalitas selama ratusan tahun secara turun-temurun. “Selain itu, kandungan aktif dan efek farmakologisnya juga telah dibuktikan secara ilmiah," pungkasnya.
Terpopuler
1
Seleksi Ansor Magang Jepang 2025 Dibuka, Simak Ketentuannya
2
Diresmikan Bupati, Gedung MWCNU di Bangkalan Diharap Jadi Penggerak Organisasi
3
PMII Rayon Ibnu Aqil Gelar PKD ke-31 di Singosari, Cetak Kader Intelektual Progresif dan Militan
4
Ratusan Santri Pagar Nusa Malang Meriahkan Kejurcab III
5
Pesantren Miftahul Huda Doho Madiun Ulang Tahun Ke-10, Kini Dirikan SMP
6
Tingkatkan Kompetensi Guru, LP Ma’arif NU Blitar Gelar Workshop Deep Learning
Terkini
Lihat Semua