Malang, NU Online Jatim
Bisa menyaksikan pertandingan sepak bola di stadion adalah idaman sejumlah kalangan. Apalagi yang bertanding adalah tim kesayangan dan memiliki ikatan emosional, tentu lebih afdhal kala berada di stadion.
Hal yang sama dirasakan Miftachur Rizki yang menyaksikan laga penuh emosi antara Arema FC Malang melawan Persebaya Surabaya, Sabtu (01/10/2022) malam.
“Saya bersama tiga teman menyaksikan pertandingan dari tribun 10 Stadion Kanjuruhan,” kata Rizki kepada media ini, Senin (03/10/2022).
Dikemukakan laki-laki asli Kabupaten Malang ini bahwa saat itu sekitar pukul 19.30 WIB memasuki stadion dari tribun 14, dan kemudian mencari tempat duduk di tribun 10 yang berada di belakang gawang.
“Jalannya pertandingan terbilang kondusif, tetapi di samping saya persis ada kericuhan sesama suporter Arema lantaran chant atau nyanyian yang dilantunkan seperti Liga Inggris. Keributan kecil pun terjadi,” ungkapnya.
Ketika babak kedua, berjalan semakin banyak keributan terjadi di belakang gawang tepatnya di tribun 10 hingga 14. Kendati demikian, suasana pertandingan tetap kondusif.
“Ketika peluit panjang berakhirnya pertandingan ditiup wasit, seluruh pemain dan official Persebaya Surabaya langsung lari terbirit-birit menuju loker room untuk mengamankan diri,” kenangnya.
Hal tersebut tentu saja menghindari hal yang tidak diinginkan lantaran antara fans Arema dan Persebaya kerap terjadi bentrok. Apapagi hasil akhir pertandingan, tuan rumah kalah tipis 2-3, yang biasanya akan memicu keributan.
“Saya dan teman langsung keluar stadion dan pulang,” katanya.
Namun, ketika sampai di parkiran terdengar beberapa kali dentuman gas air mata yang ditembakkan pihak kepolisian. Kericuhan tersebut sebagaimana diprediksi banyak kalangan dipicu kekecewaan fans Arema.
Sebagai supporter fanatik, Rizki mengemukakan setidaknya ada sejumlah penyebab mengapa pendukung akhirnya menumpahkan kekecewaan di lapangan usai pertandingan berakhir.
“Pertama, karena Arema FC tidak memainkan pemain inti di laga penting seperti halnya Renshi, Gian Zola, dan Alfarizi dan terkesan memaksakan Evan Dimas untuk bermain,” urainya.
Yang kedua, kekalahan kali ini adalah terjadi di kandang Arema FC. Demikian pula yang mempecundangi adalah klub rival, yakni Persebaya.
“Yang tidak kalah penting sebagai pemicu tragedi adalah tembakan gas air mata aparat ke tribun,” tegasnya.
Rizki menjelaskan bahwa pemicu selanjutnya adalah suporter keluar di satu titik. Apalagi pada kejadian tersebut juga disertai dengan kepanikan imbas ditembakkannya gas air mata oleh pihak keamanan.
“Saat itu terjadi penumpukan penonton sehingga saling berdesakan yang mengakibatkan sesak napas dan kekurangan oksigen,” jelas dia.
Di luar itu semua, dirinya bersyukur lantaran tidak sampai terlibat dalam kerusuhan. Demikian pula bisa selamat dari tragedi di dalam stadion karena segera keluar.
“Beruntung kami segera keluar stadion dan pulang,” katanya.
Namun demikian, dirinya tidak dapat menyembunyikan perasaan sedih dan berbela sungkawa atas tragedi yang terjadi. Terutama kepada para korban dan keluarga yang ditinggalkan.
“Benar-benar kejadian yang tidak diinginkan oleh siapa saja,” pungkasnya.