Malang Raya

Prof Masdar Hilmy Apresiasi Peluncuran Ma’arif Smart School di Malang

Senin, 12 Mei 2025 | 16:00 WIB

Prof Masdar Hilmy Apresiasi Peluncuran Ma’arif Smart School di Malang

Ketua LP Ma’arif PWNU Jawa Timur, Prof. H. Masdar Hilmy saat menjadi pembicara dalam Workshop Implementasi Deep Learning dan Kurikulum Cinta. (Foto: NOJ/Moch Miftachur Rizki)

Malang, NU Online Jatim

Ketua Lembaga Pendidikan (LP) Ma’arif Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Timur, Prof H Masdar Hilmy mengapresiasi capaian LP Ma’arif Kabupaten Malang yang dinilai siap menyambut kebijakan pendidikan masa depan, termasuk implementasi deep learning dan Kurikulum Cinta.


Pernyataan tersebut disampaikannya dalam Workshop Implementasi Deep Learning dan Kurikulum Cinta bertajuk ‘Menciptakan Suasana Belajar dan Proses Pembelajaran Berkesadaran (Mindful), Bermakna (Meaningful), dan Menggembirakan (Joyful) Menuju Pendidikan Bermutu untuk Semua’. Kegiatan ini digelar oleh LP Ma’arif Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kabupaten Malang di Auditorium Pascasarjana UIN Maulana Malik Ibrahim Malang, Sabtu (10/05/2025).


Prof Masdar menyoroti keunggulan LP Ma’arif Kabupaten Malang yang memiliki basis data jaringan sekolah dan madrasah terbesar di Jawa Timur. “Saya yakin jika nanti ada Ma’arif Award, Kabupaten Malang bisa membawa pulang minimal satu penghargaan, bahkan dua untuk UAMNU, karena pesertanya terbesar se-Jawa Timur. Dari sekitar 13.000 madrasah dan sekolah di bawah koordinasi LP Ma’arif, jumlah terbesar ada di Jawa Timur,” ujarnya.


Namun, Prof Masdar mengingatkan bahwa kuantitas tidak selalu sejalan dengan kualitas. Prestasi ini harus diiringi dengan peningkatan kualitas sumber daya manusia. Ini bagian dari upaya LP Ma’arif Kabupaten Malang meningkatkan mutu pendidikannya.


Menurutnya, wacana deep learning atau pembelajaran mendalam baru sebatas gagasan di tingkat nasional. Ia menyebut, perubahan kebijakan pendidikan sering kali mengikuti pergantian menteri, termasuk kemungkinan perubahan kurikulum merdeka di bawah Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah, Prof. Abdul Mu’ti.


“Deep learning berbeda dari pembelajaran klasikal. Kalau klasikal itu seragam, standar kurikulum, evaluasi, dan semuanya sama. Tapi deep learning lebih personal, disesuaikan dengan karakteristik tiap siswa, baik kognitif, afektif, maupun psikomotoriknya,” jelasnya.


Lebih lanjut, jika deep learning diterapkan, kemungkinan akan ada tes otak yang memetakan kekuatan otak kiri atau kanan siswa, sehingga strategi belajar bisa diarahkan sesuai minat dan potensi individu.


Prof Masdar mengapresiasi peluncuran Ma’arif Smart School oleh LP Ma’arif Kabupaten Malang. “Saya sangat senang dengan inisiatif ini. Ini modal awal penting. Kalau nanti deep learning diterapkan, Ma’arif Kabupaten Malang sudah punya 50 persen kesiapan. Tinggal adaptasi saja,” ucapnya optimistis.


Dalam kesempatan yang sama, Direktur Pascasarjana UIN Maulana Malik Ibrahim Malang, Prof H Wahidmurni memaparkan pentingnya kurikulum cinta. Kurikulum berbasis cinta ini hadir untuk merekonstruksi sistem pendidikan agar mampu melahirkan insan yang humanis, nasionalis, naturalis, toleran, dan selalu mengedepankan cinta sebagai prinsip dasar dalam kehidupan.


“Kurikulum cinta bertujuan menanamkan nilai cinta kepada Tuhan, sesama manusia, lingkungan, dan bangsa sejak usia dini, terutama dalam pengembangan pendidikan agama dan keagamaan,” tambahnya.