Ribuan Santri dan Keluarga Iringi Pemakaman KH. M. Baidowi Muslich dengan Penuh Haru
Kamis, 1 Mei 2025 | 08:00 WIB
Moch Miftachur Rizki
Kontributor
Malang, NU Online Jatim
Ribuan santri, keluarga, serta umat Islam dari berbagai daerah memadati kompleks pemakaman untuk memberikan penghormatan terakhir kepada KH. M. Baidowi Muslich, Mursyid Tarekat Qadiriyyah wa Naqsyabandiyyah. Beliau juga merupakan Pengasuh Pondok Pesantren Anwarul Huda (PPAH) serta Penasehat Pondok Pesantren Miftahul Huda (PPMH) Gading, Malang.
Prosesi pemakaman pada Rabu (30/04/2025) sore itu berlangsung khidmat. Menariknya, meskipun beberapa hari sebelumnya cuaca Malang Raya tercatat sangat panas, saat pemakaman berlangsung langit mendadak mendung dan rintik hujan turun perlahan, seolah mengiringi kepergian sang ulama.
Salah satu keluarga almarhum, Gus H. Muhammad Dalhar, Pengurus Pondok Pesantren Darussalam Miftahul Huda Gading, Kota Malang, menyampaikan kesannya terhadap sosok Kiai Baidowi.
"Kiai Baidowi adalah pribadi yang istiqamah. Bahkan hingga usia sepuh, beliau masih aktif membaca Al-Qur’an dengan suara yang jelas. Beliau merupakan sosok uswah (teladan) bagi santri dan murid-muridnya," ungkap Gus Dalhar.
Ia juga mengingat sebuah pesan yang sangat membekas dari sang kiai. "Saat saya pernah berpamitan untuk bekerja di luar kota, beliau hanya berkata, berdirilah tegak di mana pun kamu berada. Itu maksudnya, di mana pun kita berada, kita tetap menjadi santri dan tetap menjadi hamba Allah yang taat," lanjutnya.
Meski telah berusia sepuh, KH. M. Baidowi Muslich masih aktif mengajar para santri hingga menjelang bulan Ramadhan. "Sebelum puasa, beliau masih mengajar seperti biasa. Namun setelah itu mulai istirahat karena ada gangguan paru-paru," ungkap Gus Dalhar.
Ia menambahkan bahwa ketika mengaji kitab, suara Kiai Baidowi masih terdengar jelas dan tegas, mencerminkan keteguhan dan semangat beliau dalam menyampaikan ilmu. "Banyak keteladanan yang saya dapatkan langsung dari beliau. Saya juga pernah menjadi pendereknya, bahkan sempat menyopiri beliau dalam beberapa perjalanan," terangnya.
Gus Dalhar mengenang masa-masa mendampingi almarhum sekitar tahun 2003–2004. “Kalau beliau pulang ke kampung halamannya di Banyuwangi, biasanya saya yang mengantarkan. Dalam perjalanan-perjalanan itu, lanjutnya, Kiai Baidowi kerap membacakan amalan dan memberi ijazah langsung kepada para pendampingnya," pungkasnya.
Terpopuler
1
Konflik Iran-Israel, Gus Nadir Serukan Kembali Memanusiakan Kemanusiaan
2
PCNU Nganjuk Apresiasi 7 Kader Lolos Beasiswa Keagamaan PWNU Jatim
3
GP Ansor Jatim Dukung Kegiatan Namen Ben Molong untuk Ketahanan Pangan
4
GP Ansor di Bangkalan Gerakkan Pertanian Mandiri Lewat Namen Semangka ben Molong Cabe
5
Unisma Gelar Wisuda ke-76, Dorong Alumni Ciptakan Lapangan Kerja
6
Resmi Dilantik, Fatayat NU Magetan Miliki Program Unggulan Mahabah
Terkini
Lihat Semua