Ponorogo, NU Online Jatim
Didik Eko S, Kepala Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Ma'arif 1 Pemda Balong berhasil mendapatkan gelar CEO (Chief Executive Officer) dari Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. Gelar itu melekat pertama dan satu-satunya bagi sekolah swasta di Kabupaten Ponorogo.
Didik Eko S, pejuang pendidikan Nahdlatul Ulama yang serius dalam mengembangkan sayap untuk sekolah yang dirintis. Dalam hal itu, Didik harus bersaing dengan 1600 kepala sekolah dari seluruh Indonesia untuk mendapatkan gelar tersebut.
"Alhamdulillah berkat doa para sahabat dan guru serta keluarga, saya bisa lolos," katanya, kepada NU Online Jatim, Kamis, (25/02/2021).
Didik yang juga Koordinator Tim Kreatif NU Care-Lembaga Amil Zakat, Infaq dan Shadaqah Nahdlatul Ulama (LAZISNU) Kabupaten Ponorogo itu mengungkapkan untuk gelar CEO sendiri diupayakan bukan untuk dirinya.
Melainkan demi memenuhi kebutuhan kemaslahatan sekolahnya agar bisa melakukan kerja sama dengan dunia industri, dunia usaha dan dunia kerja. Hal itu sesuai dengan program kementerian pendidikan dan Lembaga Pendidikan (LP) Ma'arif NU.
"Jadi salah satu persyaratan agar dapat menjalin kerja sama dengan dunia industri agar lebih mudah, maka kepala sekolah harus memiliki gelar CEO," jelasnya.
Sementara itu atas capaian Didik, sejumlah sahabat seperjuangan merasa bangga dan terus mendukungnya. Seperti Kiai Burhanudin selaku Ketua BP3MNU.
"Memang Pak Didik dari nol, kemudian tentu sangat membanggakan, bisa mendongkrak kualitas, mutu dan lainnya," katanya.
Selain itu, prestasi pengusaha susu sapi itu juga membanggakan keluarga, utamanya Eni Kristiana selaku istri tercinta yang telah memberinya seorang putri.
"Senang mas, meski kadang ditinggal karena harus berjuang untuk pendidikan," akunya.
Sebagai informasi, SMK Ma'arif NU 1 Pemda Balong memiliki keunggulan di bidang multimedia perfilman, agro bisnis, agro teknologi dan teknik otomotif. Kemudian dengan CEO, tentu lulusan nantinya bisa langsung diarahkan ke lapangan kerja.
Editor: Syaifullah
