• logo nu online jatim
Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network
Senin, 29 April 2024

Matraman

Gunungan Ketupat, Ciri Khas Tradisi Warga Durenan Trenggalek

Gunungan Ketupat, Ciri Khas Tradisi Warga Durenan Trenggalek
Salah seorang ibu yang tengah membuat ketupat. (Foto: NOJ/Madchan Jazuli)
Salah seorang ibu yang tengah membuat ketupat. (Foto: NOJ/Madchan Jazuli)

Trenggalek, NU Online Jatim

Tradisi Kupatan atau di daerah lain menyebut riyoyo kupat, ataupun lebaran ketupat menjadi warna tersendiri. di Desa Durenan, Kabupaten Trenggalek, tradisi kupatan sudah berjalan 2 abad lebih. Warga sekitar mengaku hari rayanya H+8, setelah puasa syawwal.


NU Online Jatim mencoba mengunjungi salah satu warga Desa Durenan. Awal masuk, disambut lelaki, dan istrinya yang tengah membuat ketupat. Di rumah dengan gaya minimalis modern, balutan foto Hadratussyaikh KH Hasyim Asy'ari menambah sejuk rumah.


Di rumah ini seperti tidak terasa lebaran, lantaran di meja tidak seperti rumah-rumah lain yang banyak jajan, camilan kecil hingga memenuhi meja ruang tamu. Di rumah yang hanya 200an meter dari Pondok Pesantren Babul Ulum Durenan ini, di meja hanya terdapat dua hingga tiga toples jajan, serta beberapa air mineral gelas.


"Kalau orang Durenan, hari raya dang dung dang dung itu belum lebaran. Kemarin ada orang yang masih ngecat rumah. Lebaran 3 hari saya mulai mengolesi kayu jendela rumah," beber salah satu warga, Mochamad Cholid Huda, Jum'at (28/04/2023).


Huda menjelaskan, lebaran di hari pertama terasa biasa-biasa karena dianggap belum kupatan. Hari pertama selepas Shalat Ied, berlanjut saling bermaaf-maafan sesama keluarga dekat dan juga tetangga sekitar.


Selanjutnya, pada lebaran kedua hingga ketujuh, tidak sedikit yang rumahnya tutup. Menurut Huda, selain berpuasa 6 hari Syawal, sebagian anjangsana ke luar daerah Durenan, sebab dahulu banyak orang pendatang. Baru sewaktu tradisi kupatan, semua berada di Durenan.


Perihal perasaannya, pria yang juga pengajar di SMPN 1 Durenan ini mengaku, ada kebanggaan tersendiri bagi warga Durenan Trenggalek. Pasalnya, satu-satunya ciri khas kupatan milik Durenan, meskipun sudah meluas satu kecamatan.


"Kalau bisa ikoniknya Durenan masyarakat terus dilestarikan dan siap menyambut tamu,” jelasnya.


Ia memberikan kesan tersendiri saat momen kupatan. Kunci dalam membuat ketupat jika dengan keikhlasan, membuat berapapun akan habis. Dirinya meyakini berapapun biaya yang keluarganya keluarkan, dalam memuliakan tamu pasti akan cukup dan ada.


Perlu diketahui, tahun ini akan ada arak-arakan gunungan ketupat. Ketupat diarak, sebelumnya telah di doakan oleh Pengasuh Pondok Pesantren Babul Ulum, KH Abd Fattah. Kiai sepuh tersebut adalah generasi keempat Bani Mesir, dan cucu KH Imam Mahyin yang telah menggagas 'Tradisi Kupatan'.


Matraman Terbaru