• logo nu online jatim
Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network
Rabu, 24 April 2024

Matraman

Kegigihan KH Azizi Mondok di Lirboyo, Ikut Ngabdi Agar Bisa Makan

Kegigihan KH Azizi Mondok di Lirboyo, Ikut Ngabdi Agar Bisa Makan
Suasana Pondok Pesantren Lirboyo. (Foto: NOJ/Madchan)
Suasana Pondok Pesantren Lirboyo. (Foto: NOJ/Madchan)

Blitar, NU Online Jatim

Di balik kealiman Almaghfurlah KH Azizi Hasbullah, ternyata menyimpan sisi kegigihan dan keprihatinan semasa mondok. Di Pondok Pesantren Lirboyo Kediri, beliau mengabdi di ndalem Almaghfurlah KH Idris Marzuqi supaya agar mondok dan bisa makan.

 

Salah satu dzurriyyah Pondok Pesantren Lirboyo Kediri, Agus Moh Dahlan Ridwan mengungkapkan Kiai Azizi pertama ke Lirboyo tidak ikut ndalem. Selang kurang lebih satu tahun ayahnya meninggal, kemudian nekat kembali ke Lirboyo membawa uang saku hanya cukup untuk transportasi sampai di Kemuning.

 

"Dari muning jalan kaki. Beberapa hari di pondok makannya ikut salametan pas wafatnya Mbah Yai Mahrus," ujar Agus Moh Dahlan Ridwan melalui pesan WhatsApp Grup Himasal, dikutip Senin (22/05/2023).

 

Setelah itu, dikisahkan Kiai Azizi muda sowan ke KH Idris Marzuki, tidak lain ingin mengabdikan dirinya di ndalem. Awalnya Kiai Idris enggan menerima, lantaran sudah cukup santri yang ikut membantu di ndalem.

 

"Kiai Azizi nangis di depan Mbah Idris, agar diterima meski hanya diberi makan bekatul asal bisa mondok," ungkap Gus Dahlan.

 

Akhirya, Kiai Azizi muda diterima ikut ndalem. Kiai Azizi bagian nyuci popok Agus Hasyim kecil. Tak hanya itu, dikisahkan, Kiai Azizi keliling berjualan es lilin ke desa-desa dan pondok di Kediri menggunakan sepeda di sela-sela kesibukan belajar dan mengaji.

 

"Ini (berjualan es) agak lama. Lalu, pernah jadi kepala warung. Hingga sampai disuruh Mbah Yai ngurus pondok putri, Jadi Kiai Azizi tidak pernah bagian gembala (kambing,sapi)," tandasnya.

 

Lain halnya, sesama Alumni Lirboyo, Agus Muh Anang Muhsin mengisahkan dirinya ikut belajar di kamar gedek bersama Kiai Azizi muda yang terbuat dari anyaman bambu. Dirinya bersama 5 sampai 10 sesama santri belajar dengan ditunggui oleh beliau.

 

"Beliau melayani ibaratnya 24 jam," ujarnya.

 

Dengan sabar Kiai Azizi terus melayani secara bergantian, antara grup santri satu dengan lainnya. Gus Anang menuturkan, ia tak hanya sendiri, namun bersama tamatan Pondok Lirboyo 2005 mengaji langsung ke Kiai Azizi di kamar gedek.

 

Metode unik yang digunakan Kiai Azizi dikisahkan Gus Anang ialah tidak menerangkan atau menjelaskan secara langsung dan utuh dihadapan santri-santri yang ingin belajar. Namun, Gus Anang mengungkapkan dirinya bersama 5 hingga 10 santri berdiskusi.

 

Kiai yang mendapat amanah Komisi Fatwa MUI Tulungagung itu menambahkan, Kiai Azizi hanya sebatas membenarkan kalau ada yang salah. Lalu, diberikan keterangan tambahan, sehingga sifatnya beliau seperti perumus, kemudian memberikan keterangan-keterangan yang mungkin belum ada.

 

"Kita sendiri yang musyawarah, saat itu kami syawwir Fathul Qorib. Lalu murodi sendiri, ada juga yang menerangkan. Saat teman-teman sudah mentok, baru Kiai Azizi memberikan penjelasan ini dan seterusnya," imbuhnya.

 

Pengasuh Pondok Pesantren Al-Fattahiyyah Miren Ngranti Tulungagung ini juga mendapat informasi bahwa Kiai Azizi sangat gigih dalam belajar. Dari santri ndalem yang sezaman dengan Kiai Azizi, Gus Anang mengatakan tidak menyurutkan semangat belajar saat mengabdi di kediaman Almaghfurlah KH Idris Marzuqi.

 

"Saya pernah mendapat informasi, misalnya Kiai Azizi tugas ke pasar, saat itu beliau masih santri. Beliau menuju ke pasar dengan melalar Alfiyah," tandasnya.


Matraman Terbaru