• logo nu online jatim
Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network
Senin, 29 April 2024

Matraman

Ketua PBNU Jelaskan 4 Kunci Sukses dalam Berdakwah

Ketua PBNU Jelaskan 4 Kunci Sukses dalam Berdakwah
KH Akh Farur Rozi, Ketua PBNU saat menyampaikan materi dalam Halaqah Fiqih Peradaban yang digelar di Pondok Pesantren Terpadu Al-Kamal, Blitar. (Foto: NOJ/Screenshoot)
KH Akh Farur Rozi, Ketua PBNU saat menyampaikan materi dalam Halaqah Fiqih Peradaban yang digelar di Pondok Pesantren Terpadu Al-Kamal, Blitar. (Foto: NOJ/Screenshoot)

Blitar, NU Online Jatim

Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), KH Akh Fahrur Rozi menjelaskan 4 kunci sukses dalam berdakwah. Hal ini ia sampaikan dalam kegiatan Halaqah Fiqih Peradaban yang digelar di Pondok Pesantren Terpadu Al-Kamal, Blitar pada Sabtu (23/12/2023).


Menurutnya, Indonesia mengalami proses peradaban manusia yang damai dan luar biasa. Sampai hari ini, masyarakat dapat merasakan bagaimana pengalaman bangsa Indonesia yang dulunya terdiri dari berbagai kerajaan, seperti Majapahit, Sriwijaya, Kerajaan Islam Mataram, Demak yang mampu membangun peradaban dengan baik, sehingga masyarakat tetap hidup dengan nyaman.


"Kita patut bersyukur, di Indonesia melalui proses peradaban yang sangat damai, para aulia dan wali songo hadir dengan cara yang sangat santun. Hal ini tidak terlepas dari 4 kunci yang membuat dakwah para auliya dan wali songo berhasil," terangnya.


Pertama, seperti yang didhawuhkan KH Maimoen Zubair, islam masuk dengan cara damai dan tenang. Berbeda jika masuknya dengan peperangan maka akan menimbulkan peperangan juga.


Pengasuh Pondok Pesantren An-Nur I Malang ini menerangkan, wali songo sangat adaptif dalam berdakwah, mereka mengetahui bagaimana suatu tradisi di 'Emong' menjadi ritual yang baik. Hal tersebut terbukti menguatkan Islam di Nusantara, bahkan melahirkan nilai-nilai toleransi yang luar biasa.


"Saat ini Islam memang menjadi mayoritas di Indonesia, tetapi tidak menang sendiri. Tidak ada yang merusak candi, misalnya candi Borobudur yang merupakan mahakarya luar biasa dari Hindu, malah bersama-sama kita jaga budaya dan peninggalan itu," ungkapnya.


Kedua, ulama terdahulu dan wali songo membawa Islam ke Nusantara melalui ajaran tasawuf. Hal ini dituliskan dalam sebuah naskah kuno yang dibawa ke Italia dan diterjemahkan oleh Drewes di Belanda. Dalam naskah tersebut terdapat cuplikan Kitab Bidayatul Hidayah yang merupakan kitab tasawuf.


"Artinya, ajaran Islam yang pertama kali hadir di Nusantara menggunakan tasawuf. Makanya, ajarannya lembut, lebih mementingkan harmoni, tidak tentang halal haram saja, tetapi juga keseimbangan, keramahan, serta budi luhur. Bayangkan jika Islam masuk dengan radikal, pasti sudah habis budaya Indonesia kita," jelasnya.


Ketiga, ulama dan wali songo juga menggunakan metode dakwah yang beragam dalam menyebarluaskan ajaran Islam. Seperti Sunan Kudus yang tidak menyembelih sapi untuk menghormati tradisi orang Hindu. Ada juga yang menggunakan gending, wayang, bahkan kesaktian. Jadi dakwah ini tidak harus kasar, tetapi melihat siapa sasarannya. Ibaratkan seperti dokter dan pasien, dakwah harus menggunakan dosis yang pas.


"Seperti halnya wali songo menggunakan cara dakwah yang beragam sesuai dengan keinginan dan kepentingannya, sehingga tersampaikan dengan tepat," paparnya.


Terakhir, strategi dakwah dengan pembagian wilayahnya. Seperti yang diketahui ulama dan wali songo tidak hanya berkumpul dalam satu tempat, tetapi menyebar ke seluruh Nusantara, sehingga dakwah mampu berkembang.


Oleh karena itu, para santri harus ikut berkembang, mampu menyampaikan dakwah tidak hanya di kampung halaman, tetapi juga berhijrah ke wilayah lain.


Matraman Terbaru