KH Abdul Wahab Khalil Ungkap Fadhilah Shalat Tarawih bukan Hadits Nabi SAW
Rabu, 13 Maret 2024 | 10:00 WIB
M Rufait Balya B
Kontributor
Jombang, NU Online Jatim
Ibadah Shalat Tarawih merupakan ibadah yang istimewa karena hanya dilakukan pada bulan Ramadhan saja. Maka dari itu, untuk meraih kesempurnaan dan meningkatkan semangat dalam ibadah tarawih ini, banyak akun-akun Islami bahkan juga disampaikan oleh para mubaligh tentang keutamaan melaksanakan shalat tarawih setiap malamnya.
Terkait problematika ini, KH Abdul Wahab Khalil, salah satu Pengasuh Pondok pesantren Mamba'ul Ma'arif Denanyar Jombang menjelaskan bahwa penisbatan fadhilah shalat tarawih selama 30 hari kepada sabda Rasulullah SAW dapat dipastikan maudlu' (palsu).
"Hadits yang beredar itu memang lemah dan cenderung maudlu' (palsu), akan tetapi fadhilahnya tarawih masuk pada hadits yang lebih umum. Sebaiknya kita menggunakan hadits-hadits yang shahih tersebut untuk menjauhi cerita-cerita semacam itu," terang Kiai Wahab saat dikonfirmasi NU Online Jatim, Senin (11/03/2024).
Ia menjelaskan, cukuplah umat Islam berpegangan pada hadits-hadits shahih saja, seperti hadits:
مَنْ قامَ رمضانَ إيمانًا واحْتِسابًا غُفِرَ له ما تقدَّمَ مِن ذَنبِهِ
Artinya: "Siapa yang berdiri (mendirikan) shalat di (malam) bulan Ramadhan karena iman dan mengharap pahala, maka akan diampuni dosanya yang telah lalu." (HR. Bukhori-Muslim).
Dan juga hadits shahih dari Ibnu Mas’ud, Rasulullah SAW bersabda:
لَوْ يَعْلَمُ الْعِبَادُ مَا في رَمَضَانُ لَتَمَنَّتْ أُمَّتِي أَنْ يَكُونَ السَّنَةَ كُلَّهَا
Artinya: "Seandainya hamba-hamba (Allah) mengetahui apa yang ada dalam bulan Ramadhan, sungguh ummatku bercita-cita Ramadhan dalam semua tahunnya."
Kiai Wahab mengungkapkan bahwa Nabi Muhammad sendiri dalam banyak riwayat, hanya melaksanakan shalat tarawih sebanyak tiga kali saja selama hidupnya. Sehingga tidak mungkin fadhilah-fadhilah tersebut disampaikan oleh Rasulullah.
"Maka dari itu, janganlah kita menisbatkan kisah semacam tersebut kepada Nabi SAW, akan tetapi cukup dikatakan bahwasannya ini dari ulama," ungkapnya.
Ia meminta agar hadist palsu tersebut tidak disebarluaskan melalui sosial media. "Untuk hadits palsu seperti itu sebaiknya tidak usah dishare di sosial media ataupun yang lain. Karena sama halnya kita mendidik umat untuk mempercayai hadits palsu, dan yang kedua kita tidak mengetahui ucapan siapa dan apakah memang seperti itu," pungkasnya.
Terpopuler
1
Khutbah Jumat Singkat: 3 Amalan Meraih Pintu Surga
2
Khutbah Jumat: Ciri Orang Merugi dalam Beragama ala Rasulullah
3
Ustadz Untung, Guru Madrasah dengan Keterbatasan Fisik Terima Penghargaan Tingkat Nasional
4
Menimbang Legalisasi Kasino di Indonesia: Pelajaran dari Negara-Negara Muslim
5
Ning Farida Ulfi Jelaskan Tugas Seorang Istri dalam Pekerjaan Rumah
6
Tingkatkan Kualitas, MI Bilingual Ma’arif Ketegan Kunjungan ke Singapura-Malaysia
Terkini
Lihat Semua