Matraman

Mengintip Kaligrafi Timbul Buatan Kader NU Tulungagung, Banyak Pesanan di Bulan Ramadhan

Jumat, 14 Maret 2025 | 19:00 WIB

Mengintip Kaligrafi Timbul Buatan Kader NU Tulungagung, Banyak Pesanan di Bulan Ramadhan

Hasil karya Kaligrafi Timbul dari Komarudin asal Tulungagung. (Foto: NOJ/Madchan Jazuli)

Tulungagung, NU Online Jatim

Kader Nahdlatul Ulama di berbagai pelosok daerah memiliki bakat dan kreativitas yang bermacam-macam. Komarudin (53) salah satunya. Sekretaris Lembaga Takmir Masjid Nahdlatul Ulama (LTMNU) Tulungagung ini piawai dalam membuat kaligrafi.

Tiga tahun terakhir ia membuat kaligrafi timbul dengan pewarnaan menggunakan foil prada. Hasilnya cukup memukau dan berkelas premium.

Saat NU Online Jatim mengunjungi kediamannya, ia ditemani sang istri tengah menyelesaikan pesanan kaligrafi timbul. Seluruh ruang tamu penuh sesak dengan hasil karya dari konsumen yang siap untuk diambil.

Berada di Desa Sumberejokulon, Kecamatan Ngunut, Kabupaten Tulungagung dirinya sudah sejak 1992 menyukai kaligrafi. Saat itu dirinya masih duduk di bangku putih abu-abu. Hasil goresannya ia jual di berbagai kesempatan.

"Saya menggeluti sejak tahun 1992 ketika masih Aliyah jualan (kaligrafi) nama bayi di pengajian-pengajian hingga tempat-tempat keramaian yang lain," beber Komarudin, Kamis (13/03/2025).

Seiring berjalannya waktu, hingga menikah dibantu sang istri, baru 3 tahun berjalan beralih menggunakan kaligrafi timbul dari lem silikon. Permintaan dari pelanggan terbilang banyak di bulan Ramadhan ini. 

"Alhamdulillah 3 tahun terakhir ini perkembangannya sangat memuaskan. Berkah Ramadhan, permintaan peningkatannya sekitar 200 persen. Sebelumnya 2 atau 3 sebulan, kalau sekarang bisa 8 sampai 9 permintaan," ujarnya.

Alumnus Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadi-ien Ngunut Tulungagung ini mengaku lapisan dasar yang digunakan dalam kaligrafi itu adalah kain bludru. Proses pembuatan sesuai permintaan yakni dengan melukis di atas kain bludru tersebut dengan ukuran yang telah ditentukan.

Selanjutnya, menggunakan lem silikon mengikuti hasil kaligrafi yang telah digambar. Lalu, menunggu beberapa saat hingga kering. Berlanjut dilapisi foil prada sebagai pewarna perak hingga emas.

"Kita kasih prada untuk warna emas, warna putih dan juga perak," bebernya.

Di sela-sela wawancara, Komarudin menunjukkan usai kaligrafi yang sudah di tahap finishing. Kaligrafi dibilas dengan air pelan-pelan untuk menghilangkan bekas foil prada dan lainnya. 

Setelah dijemur beberapa menit, akhirnya bisa diangkat untuk dimasukkan ke dalam pigora sesuai ukuran kaligrafi. Dan proses finishing selesai, siap diambil maupun diantar ke pembeli.

"Lama pembuatan tergantung dari pesanan. Kalau lafadz Allah dan Muhammad setengah hari saja jadi. Tapi kalau kaligrafi ayat kursi dan seribu dinar itu bisa sampai 1 hari. Asmaul Husna bisa sampai 2 hari dan seterusnya," paparnya.

Kalau harga, pria yang saat ini tercatat sebagai Dosen STAI Diponegoro Tulungagung mengaku yang termurah Rp40 ribu tanpa pigora. Ada Rp400 ribu, Rp800 ribu, sampai Rp4,5 juta sesuai dengan tingkat kesulitannya.

"Ada yang Rp4,5 juta itu sesuai dengan ukuran dan tingkat kesulitannya. Seperti beberapa waktu lalu membuat kiswah," terangnya.

Komarudin mengaku konsumen hasil karyanya berasal dari sekitar Tulungagung. Lalu, Kediri, Trenggalek, Blitar, Malang, Jombang serta dari luar negeri pernah ada yang meminta untuk dibawa ke Taiwan.

"Pernah ke Taiwan itu kaligrafi Ayat Kursi, termasuk juga dari Qatar mendapat pesanan dari bosnya orang Tulungagung," katanya.

Komarudin sangat menjaga model penulisan agar sesuai kaidah-kaidah kaligrafi.  Termasuk dari segi ketelitian sampai kerapian ia benar-benar sangat menjaga. Menurutnya, selain kaligrafi adalah seni, juga sebagai syi'ar islam melalui kaligrafi yang ia buat.

"Sayang temen-teman (yang bisa kaligrafi) ada puluhan di Tulungagung, tapi tidak ada yang bergerak di sini. Ini kelas premium dikerjakan dengan hati-hati dan menghasilkan lebih dari yang lain. Brand possitioning marketnya di situ," pungkasnya.