• logo nu online jatim
Home Metropolis Malang Raya Madura Tapal Kuda Kediri Raya Matraman Pantura Khutbah Keislaman Tokoh Rehat Jujugan Nusiana Opini Pendidikan Pemerintahan Parlemen Pustaka Video Risalah Redaksi NU Online Network
Jumat, 29 Maret 2024

Metropolis

Alissa Wahid: Ketahanan Keluarga, Awal Membangun Ketangguhan Bangsa

Alissa Wahid: Ketahanan Keluarga, Awal Membangun Ketangguhan Bangsa
Alissa Qotrunnada Munawaroh Wahid atau Alissa Wahid. (Foto: NOJ/Drm)
Alissa Qotrunnada Munawaroh Wahid atau Alissa Wahid. (Foto: NOJ/Drm)

Surabaya, NU Online Jatim

Dalam pandangan Alissa Qotrunnada Munawaroh Wahid atau yang biasa disapa dengan Alissa Wahid menyatakan bahwa bimbingan pernikahan penting dilakukan. Karena dari data terakhir, angka perceraian terus meningkat.

 

Ungkapan tersebut disampaikan perempuan yang juga Ketua Tim Penyusun Modul Bimbingan Perkawinan Kementerian Agama RI ini saat webinar. Kegiatan diselenggarakan Program Studi Hukum Keluarga Islam Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya secara virtual, Sabtu (7/11/2020).

 

“Bahwa tahun 2007 angka perceraian di Indonesia mencapai sekitar 8 persen, namun angka ini naik di tahun 2016 menjadi sekitar 15 persen. Bahkan, saat ini ada 1000 perceraian setiap harinya yang tercatat di Pengadilan Agama di seluruh Indonesia,” katanya.

.

Dikemukakan bahwa angka yang ada tersebut memberikan pesan bahwa angka perceraian di Indonesia masih tinggi dan ketahanan keluarga masyarakat Indonesia masih lemah.

 

Koordinator Nasional Gusdurian ini menjelaskan bahwa dalam bimbingan perkawinan ada dua segmen. Segmen pertama untuk remaja yang belum menikah, seusia SMP, SMA dan lainnya. Sedangkan segmen kedua untuk pasangan yang baru menikah, dengan usia perkawinan lima tahun pertama.

 

"Ini penting dilakukan pemetaan karena dalam bimbingannya nanti ada beberapa materi yang sedikit berbeda tiap segmen," jelas lulusan Fakultas Psikologi Universitas Gajah Mada (UGM) Yogyakarta ini.

 

Putri sulung KH Abdurrahman Wahid atau Gus Dur tersebut menyatakan beberapa problem yang terjadi dalam keluarga. Di antaranya perceraian, kekerasan, perkawinan anak, dan kehamilan remaja. Selain itu juga ada prevelensi stunting, kemiskinan, perkawinan berisiko, dan kematian ibu serta bayi.

 

"Pada tahun 2012 tercatat, dari 100.000 ibu yang melahirkan, 359 orang meninggal saat melahirkan. Sedang untuk angka kematian bayi sebanyak 32 meninggal per 1000 kelahiran," ungkapnya.

 

Angka yang cukup tinggi tersebut disebabkan karena beberapa fakta di lapangan. Salah satunya lantaran mayoritas masyarakat Indonesia masih memiliki perilaku untuk menikah di usia dini.

 

"Hal tersebut berdasarkan paradigma atau pandangan bahwa perempuan tidak perlu sekolah tinggi-tinggi dan atau pihak keluarga malu jika anak perempuannya tidak segera laku," terangnya.

 

Ning Alissa menambahkan, bahwa pengembangan Bimbingan Perkawinan (Bimwin) Calon Pengantin (Catin) ini memiliki beberapa paradigma dasar. Pertama, berangkat dari kebutuhan yang didukung oleh data dan bukti di lapangan, bukan ide yang belum teruji. Kedua, program ini didesain sesuai tujuan yang ditetapkan, yaitu kualitas keluarga yang baik dan kecakapan yang dibekalkan.

 

"Dan yang terakhir adalah program yang berorientasi kepada hasil, bukan pada terlaksananya kegiatan,” ungkapnya.

 

Adapun kecakapan hidup yang dilatihkan dalam Bimwin Catin tersebut meliputi kesadaran diri, kesadaran sosial, dan manajemen diri serta manajemen hubungan.

 

"Hal tersebut meliputi cara mengenali kebutuhan dirinya dan menghargai kebutuhan orang lain. Selain itu, juga dijelaskan tatacara berkomunikasi yang baik, mengelola emosi dan mengelola konflik," terangnya.

 

Pada kesempatan ini, Pimpinan Pusat Lembaga Kesejahteraan Keluarga (LKK) Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) ini turut mengulas konstruksi keluarga sakinah yang berwatak moderat.

 

Disebutkan bahwa keluarga sakinah merupakan keluarga yang bahagia lahir batin, dan menjadi sumber ketenangan jiwa.

 

"Yang nantinya, juga berimbas untuk kemaslahatan bagi setiap orang yang ada di dalamnya secara adil, bermartabat dan manusiawi," tuturnya.

 

Adapun karakteristiknya ialah dibangun di atas perkawinan yang dicatatkan, dengan dilandasi prinsip keadilan, kesalingan dan keseimbangan. Yang tentunya juga dirawat dengan kasih sayang dan membahagiakan seluruh anggota keluarga berdasarkan praktik kehidupan beragama yang moderat.

 

 "Hal tersebut perlu dilakukan dalam rangka mengupayakan kemaslahatan seluruh anggota keluarga serta berkontribusi pada kemaslahatan kehidupan masyarakat, bangsa dan negara.

 

Ning Alissa menutup webinar dengan membacakan beberapa testimoni dan kritik terkait penyelenggaraan Bimwin Catwin, baik yang negatif ataupun positif.

 

“Jika kita ingin membangun ketangguhan bangsa, maka kita perlu memulai dengan membangun dan menguatkan ketahanan keluarga,” pungkasnya.

 

Kegiatan yang mengambil tema Bimbingan Perkawinan sebagai Upaya Penguatan Ketahanan Keluarga tersebut juga menampilkan KH Farmadi Hasyim selaku Kepala Seksi Pemberdayaan KUA dan Keluarga Sakinah Kanwil Kemenag Jatim.

Editor: Syaifullah


Editor:

Metropolis Terbaru