Dzikir Midher, Tradisi Unik Warga Diponggo Bawean saat Muharram
Selasa, 2 Agustus 2022 | 18:00 WIB

Warga Desa Diponggo, Kecamatan Tambak, Pulau Bawean, Kabupaten Gresik, saat melaksanakan tradisi Dzikir Midher di bulan Muharram. (Foto: NOJ/ Aminuddin)
Aminuddin
Kontributor
Gresik, NU Online Jatim
Warga Desa Diponggo, Kecamatan Tambak, Pulau Bawean, Kabupaten Gresik, mempunyai tradisi unik yang rutin digelar setiap bulan Muharram. Kegiatan yang oleh warga disebut dengan istilah Dzikir Midher (Dzikir keliling) atau Puya Hale ini merupakan semacam ruwat desa.
Kegiatan yang diyakini sebagai doa tolak bala ini merupakan salah satu warisan budaya dari Mbah Waliyah Zainab. Ia merupakan salah satu penyebar agama Islam perempuan di Pulau Bawean tempo dulu. Seperti tahun-tahun sebelumnya, kegiatan Dzikir Midher kembali digelar oleh warga setempat, Senin (01/08/2022).
Kepala Desa Diponggo, Muhammad Salim menuturkan, Dzikir Midher ini bertujuan untuk memohon kepada Allah agar Desa Diponggo dijauhkan dari berbagai wabah dan musibah.
"Tradisi Dzikir Midher ini awalnya digelar sesuai kebutuhan warga, semisal jika ada wajah atau gangguan ghaib yang terjadi di desa. Tapi sekarang sudah rutin digelar setiap tahun sekali, yang dilaksanakan pada bulan Muharram," ujarnya.
Pria yang juga Ketua Asosiasi Kepala Desa (AKD) Kecamatan Tambak ini mengimbau kepada warga agar senantiasa menjaga tradisi atau apapun yang menjadi peninggalan Mbah Waliyah Zainab.
"Mari kita tetap jaga warisan nenek moyang kita selagi niat kita tepat. Karena nilai-nilai yang ada di dalamnya tidak ada yang buruk atau bahkan syirik. Dan sebenarnya semuanya tergantung pada niat kita," ungkap Salim.
Diketahui, kegiatan ini diawali dengan doa bersama di area museum Mbah Waliyah Zainab yang dipimpin oleh kepala desa dan para sesepuh desa setempat.
Selanjutnya, ritual Dzikir Midher ini dilanjutkan berkeliling desa berjalan kaki dengan mengarak tombak pusaka warisan Mbah Waliyah Zainab, yakni berupa tombak dan keris.
Selama ritual berlangsung, sembari berjalan kaki warga bersama-sama membacakan kalimat-kalimat tauhid. Kemudian berhenti sejenak di setiap pojok-pojok desa untuk mengumandangkan adzan.
Uniknya, ritual ini hanya boleh diikuti oleh kaum pria sambil membawa tongkat kayu Ghireng. Sementara kaum perempuan mempersiapkan hidangan untuk disantap bersama usai acara ritual berlangsung.
Terpopuler
1
5 Keistimewaan Pelaksanaan Haji Akbar
2
Viral Grup Facebook Fantasi Sedarah, Fatayat NU Minta Pemerintah Usut Tuntas
3
Ketua PW GP Ansor Jatim Ungkap Mimpi Burdah Sebelum Lantik Pengurus Sumenep
4
Pemberangkatan KBIHU NU An-Nahdliyah, Jamaah Haji Diminta Fokus Ibadah dan Jaga Kesehatan
5
GP Ansor di Bangkalan Dirikan BUMA dan Resmikan Angkringan
6
GP Ansor Sumenep Periode 2024-2028 Resmi Dilantik, Siap Kolaborasi dengan Forkopimda
Terkini
Lihat Semua