Surabaya, NU Online Jatim
H Emil Elestianto Dardak, Wakil Gubernur Jawa Timur terpilih memaparkan pentingnya sinergi antara pemerintah dengan Nahdlatul Ulama (NU). Paling tidak ada empat aspek yang akan menjadi prioritas dalam menyambut Indonesia Emas 2045. Empat aspek tersebut yang menjadi perhatian ialah di bidang pendidikan, kesehatan, perekonomian, serta kebudayaan dan karakter.
Hal itu disampaikan saat acara pra rapat kerja wilayah (Pra-Rakerwil) Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Timur di ballroom lantai 3 Kantor PWNU Jatim, Kota Surabaya, Kamis (16/01/2025).
Menurutnya, ada aturan yang diterapkan pemerintah dalam kebijakan fiskal atau anggaran dalam membangun sinergi dengan organisasi masyarakat. Tapi ada hal-hal yang membatasi dan tidak berlaku sepenuhnya apabila berbicara tentang organisasi NU, karena organisasi ini menjadi bagian dari pendiri Republik Indonesia (RI).
“Hal ini menjadi suatu hal yang bukan hanya manis di bibir saja, tapi benar-benar diamalkan dalam konteks pemerintahan," ujarnya.
Menurut Emil Dardak, 20 tahun lagi bukan waktu yang lama dalam menyambut Indonesia Emas 2045. Upaya demi upaya harus dilakukan dalam menentukan target besar 20 tahun ke depan, salah satunya ialah sinergi dengan organisasi NU.
Ia menyebut, ada empat aspek yang menjadi target besar Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jatim yang perlu dilaksanakan secara bersama dengan PWNU Jatim. Salah satunya yang sangat penting ialah di sektor pendidikan dan juga pekerjaan sangat kompleks mulai dari sarana, kualitas insan pendidikan, dan teknologi.
"Contohnya, apabila masih banyak bangunan SD yang sebenarnya rusak atau terkadang atapnya jebol, ada bangunan-bangunan sekolah negeri yang tanahnya masih numpang atau tidak layak, dan ini yang menjadi hal utama bagi pemerintah. Selain itu pemerintah juga perlu mendorong kompetensi guru dan teknologi," terangnya.
Selanjutnya ialah aspek kesehatan, dalam dunia kesehatan yang paling penting adalah promotif dan preventif. Sinergi dalam kesehatan pemerintah juga sangat membutuhkan peran NU, terutama dalam membantu memberikan pemahaman partisipasi masyarakat dalam jaringan sistem kesehatan. Ia beranggapan jika masyarakat tertib membayar premi BPJS akan juga membantu kesulitan-kesulitan orang lain.
"Ada yang berkata rugi dong jika kita membayar premi asuransi kesehatan namun tidak berobat ke rumah sakit. Padahal kalau kita membayar premi namun kita menjaga kesehatan kita jangan sampai ke rumah sakit, itu sudah melindungi saudara kita. Nah, di sini dalam aspek keagamaan membatu orang lain. Bagaimana jika kiai dan bu nyai yang dawuh, mungkin saja ini sudah menjadi salah satu sinergi," ungkapnya.
Ketiga ialah sektor Perekonomian, ketahanan pangan dan ketahanan energi menjadi kunci keberlangsungan ekonomi masyarakat. Baginya, ketahanan pangan yang baik apabila mampu berdiri kokoh di atas kesejahteraan petani. Pemprov Jatim akan berupa mencari solusi tentang segala hal yang dibutuhkan petani, termasuk pupuk dan harga hasil panen.
"Kita setuju bahwa ketahanan pangan dan ketahanan energi menjadi dua aspek penting. Selama ada pangan dan energi kita aman. Namun, apabila ketahanan pangan hanya didefinisikan sebagai pangan murah dan terjangkau tapi petaninya menangis karena pupuk mahal misalnya itu tidak akan berlanjutan. Wajar saja jika sawah yang ada dijual menjadi perumahan. Ini yang perlu dicarikan solusi,” paparnya.
Emil menjelaskan, Indonesia pernah menjadi bagian OPEC dalam hal ekspor minyak. Namun realita yang terjadi saat ini status tersebut telah beralih menjadi pengimpor minyak. "Kemudian energi, dulu itu kita anggota OPEC negara pengekspor minyak. Namun realitanya hari ini kita mengimpor minyak. Jadi ketahanan energi bukan sesuatu sederhana yang kita hadapi hari ini, kita masih bergantung pada luar negeri," jelasnya.
Keempat, tentang kebudayaan dan karakter. Ia mengaku, pergeseran karakter telah mengalami perubahan yang signifikan. Mulai dari lunturnya akhlak, kepribadian bangsa, ketertiban umum dan ketahanan keluarga yang menunjukkan kompleksitas permasalahan.
"Ini kita tahu bahwa saat ini telah luntur akhlak, kepribadian bangsa, serta ketertiban umum dan ketahanan keluarga sudah mulai terkikis. Saya memberikan perhatian kepada anak di level menyemai pada orang tua dulu itu sulit," pungkasnya.